#2

10.7K 1.2K 146
                                    

Selepas acara jumpa pers, Jungkook membawa kedua orang tuanya memasuki mansion mewahnya. Sudah seperti suatu keharusan untuk dilakukan, Tuan dan Nyonya Jeon memilih bercengkrama sejenak bersama anak dan menantunya. Setelah sebelumnya menyempatkan diri singgah disalah satu restoran termewah di New York untuk makan siang bersama.

Keempatnya duduk saling berhadapan di sofa mahal dalam ruang tamu Jungkook. Lisa berdampingan dengan nyonya Jeon, sedang Jungkook sendiri duduk bersisihan dengan ayahnya. Sekilas, mereka tampak seperti keluarga yang bahagia. Saling melemparkan canda tawa dan menceritakan hari-hari mereka.

"Apa belum ada?"      Tangan kiri Nyonya Jeon mengelus perut rata sang menantu yang duduk disebelah kanan tubuhnya. Binar mata berpendar penuh harap. Menanti kehadiran bayi mungil yang kelak menjadi generasi penerus yang memiliki jiwa kuat dan otak cerdas sebagaimana layaknya kejeniusan luar biasa yang dimiliki nyaris seluruh keturunan keluarga Jeon.

Menjadikan Lisa menggigit bibir bawahnya canggung. Lagi-lagi melirik kearah Jungkook meminta bantuan. Sejenak pemuda Jeon tampak mengatupkan rahangnya rapat. Membuat Lisa membeku karena rasa takut. Seketika merasa terintimidasi oleh sorot mata dingin dan misterius, namun menyiratkan jutaan makna yang teramat kentara. Dan Lisa paham, tatapan Jungkook kali ini bukanlah suatu pertanda baik. Menjalani hidup satu tahun bersama Jungkook cukup membuatnya peka akan berbagai gelagat mengerikan yang tersembunyi dalam diri suaminya.

"Tidak ada."         Jungkook menyahut acuh. Menatap ibunya sekilas tanpa minat.             "Jangan terlalu berharap."

Setelahnya Tuan Jeon terkekeh pelan sebagai jawaban. Jemari tangan kasarnya terangkat untuk mengusap puncak kepala anak bungsu kesayangannya.           "Jangan berkata tidak ada, nak. Katakan belum, maka secepatnya Tuhan akan memberi kepercayaan pada kalian."           
Berucap begitu bijaksana. Tuan Jeon lantas tersenyum hangat sembari menatap anak dan menantunya bergantian.           "Jungkook sebentar lagi dua empat, Lisa juga, kalian sudah cukup dewasa untuk menjadi orang tua."

Pemuda Jeon membalas dengan senyum tipis yang dipaksakan. Terlampau muak dengan celoteh semacam itu yang bahkan ia dengar sejak awal pernikahannya. Memalingkan wajah malas, Jungkook terlihat mulai bosan melihat kedekatan yang tidak ia harap antara ibu dengan istrinya.

"Kalian tau? Bahkan Dasomi sudah akan punya adik loh."        
Nyonya Jeon berucap antusias. Lantas mengusap layar ponsel untuk membuka kunci, lantas kemudian memilah milah berbagai gambar yang tersimpan apik digaleri. Hingga akhirnya menemukan satu potret seorang wanita terbaring diranjang pesakitan dengan infus menggantung disisi kiri atas; terhubung dengan jarum yang bersembunyi dibalik daging dan kulit pergelangan tangannya.       "Lihat, ini."       Ujarnya sembari mengulurkan ponsel kearah Lisa dan Jungkook bergantian.

Jungkook melirik sesaat, hanya sekilas dan terlampau acuh tak acuh. Sebab kemudian memilih kembali fokus pada ponselnya.           "Jadi, itu alasan Wonwo tidak ikut kesini?"

"Bukan."
Tuan Jeon menggeleng pelan sebagai tanda ketidaksetujuan. Jemari tangan terlihat mengetuk ngetuk lututnya; gerakan tanpa sadar, sekedar mencari kenyamanan.         
"Sebenarnya Wonwo memaksa ingin ikut, katanya ingin study banding. Tetapi Papa menolak mentah-mentah. Mana bisa seperti itu? Istrinya sakit, dan kondisinya benar-benar tidak memungkinkan untuk diajak bepergian jauh. Kau tau benar aturan keluarga kita, bukan? Tidak ada seorangpun dari keluarga Jeon yang bisa menghadiri berbagai acara tanpa pasangannya."           Lanjutnya disertai senyum kebapakan yang begitu menawan.

Disini Jungkook hanya menggumam sebagai jawaban. Mengangguk malas dan memilih diam dari pada menanggapi lebih banyak. Sebab meskipun terakhir sebagai anak bungsu, nyatanya Jungkook memang tidak terlalu dekat dengan saudara dan kedua orang tuanya. Hubungannya dengan Wonwo pun tidak terjalin hangat selayak kakak adik pada umumnya. Sejak kecil, tidak pernah sekalipun mereka berbagi mobil-mobilan, tidak ada main game bersama, tidak ada kejar-kejaran, bahkan nyaris tidak ada moment kebersamaan antara keduanya.

ANOMALY ㅡ kth+jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang