PROLOG1.0

64 8 2
                                    

"Berhenti menyinggung masalah yang sudah lewat!!. Saya harap anda mengerti, jika saya hadir disini atas dasar pekerjaan bukan pribadi!" nada hormat masih kentara dalam ucapan tersebut.

"Anda yang memulai, anda bersikap seolah olah hubungan kita masih berlanjut sampai sekarang!!!."

"Cukup Inaya!."

"Tidak, semua belum cukup bagi saya. Anda berperilaku selayaknya lelaki melindungi kekasihnya dari laki laki lain, saya tidak suka anda mencampuri urusan pribadi saya!! Jangan berlagak layaknya anda raja dikehidupan saya!!!." wanita yang dipanggil Inaya tersebut melangkah mundur dari hadapn pria.

"Kita memang belum berakhir Naya, kumohon mengertilah kondisiku saat itu!." laki laki itu maju, mencoba menggapai belahan jiwanya.

"Sudah cukup. Saya rasa hubungan bisnis ini berhenti mulai sekarang. Kita sudah melenceng dari pembahasan. Saya akan menngganti rugi dengan pembatalan nya kerja sama ini. Saya permisi Mr." Inaya merasa pertahanannya yang ia bangun selama 3 tahun ini seperti akan roboh hanya karna tatapan sendu dan terluka oleh lelaki dihadapannya. 

Naya beranjak untuk mencapai handle pintu.  Tapi belum selangkah ia menjajakan telapak kakinya, tubuhnya sudah mengambang dari bumi.
Laki laki itu membopong dirinya selayaknya karung beras. Oh tuhan, ia hanya mengenakan rok pensil 10cm diatas lutut.

Pukulan pukulan kencang dan sumpah serapah sudah ia tujukan kepada lelaki itu, sekarang kepalanya pusing dengan posisi seperti ini.
Dan ketika ia dihempaskan, bukannya jatuh ketanah atau rumput,  ia malah jatuh kekasur.
Kasur? Oh tuhan! Bayangan bayangan film yang tidak senonoh yang sering temannya lihat kini terlintas dikepalanya ketika melihat lelaki itu melempar jas dan mengendurkan dasi yang mencekik dilehernya, belum lagi bagaiman lelaki itu melepaskan kancing kemeja hitam tersebut dengan perlahan dan berhenti melepas ketika tiga kancing teratas terbuka menampakkan dada bidangnya.

Jika dulu dada tersebut tak sebidang saat ini pun ia akan tetap bersandar, jika dulu lelaki ini selalu ada saat dirinya terpuruk begitu dalam pun ia akan tetap mencintainya, selalu. Tapi itu dulu, sebelum semua orang mencoba menjauhkan mereka, sebelum semua orang mengolok-oloknya dan lelaki itu tak ada,  sebelum semua orang melecehkan dan mengecilkannya. Sebelum wanita itu datang, sebelum laki laki itu menghilang darinya dan sebelum kabar pernikahan itu datang padanya.

Ia menatap lelaki itu waspada sembari mundur. Lelaki itu maju dengan gaya sensualnya. Sungguh ini diluar nalarnya, ia menggigit bibir bawahnya menghilangkan kegugupan yg melanda. Oh tuhan benteng pertahanannya sebentar lagi akan runtuh hanya karena tatapannya.

Berhenti menatapku seperti itu! Batin Naya berteriak.

Entah kapan lelaki itu sudah mengurungnya di kasur yang berukuran kingsize tersebut. Dan sekarang ia merutuki mengapa ia menyetujui pertemuan yang berada dikawasan hotel bintang lima ini. Bodoh! Rutuknya.

"Berhenti menghindariku Naya!." suara berat tersebut mengalun rendah dengan nada mengancam.  Jarak antara dirinya pun sudah terpangkas hingga hidungnya membentur hidung lelaki itu.

"Ber-....berhenti menganggu ku Arsen." suara getar dalam nada tersebut tidak mampu ditutupi oleh Inaya, aura mendominasi dari lelaki yang dipanggil dengan nama Arsen tersebut tidak bisa ia tutupi lagi. Sungguh menganggunya. Naya mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar hotel, asal jangan wajah Arsen yang menjadi fokusnya pikirnya.

"Mengapa?" nada suara rendah yang mengancam Inaya tersebut membuat dirinya meremang dalam kuasa Arsen.

"Kau selalu menghindar dariku Naya." nada putus asa tersirat dalam katanya.

"Kau selalu seperti ini kepadaku Naya" ada jeda dalam kalimat itu, seolah ada kata yang belum tersampaikan.

"Hey, Look at me Nay, please!"

Mau tak mau Naya menatapnya dikarenakan jari jempol dan telunjuk Arsen yang mengapit dagunya memaksanya menatap lelaki itu.

"Aku membencimu Arsen!" nada yang tak ingin ia berikan telah keluar dari mulutnya, ia membenci ketika ia mengatakan sesuatu dengan nada lirih.

"I Miss you too

Sudah cukup. Pertahanan yang selana 3 tahun ini ia bangun hancur hanya karena ucapan Arsen.

"Aku membencimu Arsen, brengsek!! Kau membuangku Arsen, setelah yang kita lakukan. Setelah semua yang terjadi antara kau, aku!!  Aku membencimu Arsen. Kau membuat diriku merasa seperti pelacur Arsen, aku membencimu."

Ia benci, air mata ini turun kembali setelah 3 tahun. Sudah cukup ia menangisi lelaki itu selama 1 bulan!,  mengapa lelaki itu membuatnya menangis kembali.

Air mata nya seolah menganak sungai kecil dipipinya.  Ia kecewa sekaligus rindu, ia benci perasaan ini.
Setelah apa yang Arsen lakukan kepadanya, ia tak bisa benar benar membenci Arsen. Separuh dari Arsen ada pada dirinya, ada pada hidupnya.

Kening mereka menyatu, hidung mereka bergesekan dan bibir mereka bersentuhan walau hanya sekejap tapi mampu sedikit mengobati rindu.

"I'm so sorry sweety, aku tidak bermaksud menghindar dan menjauh darimu." sekali lagi kecupan itu mendarat dibibirnya namun bertambah dengan lumatan kecil dan gigitan lembut.

"Aku akan menjelaskannya, secepatnya. Kumohon berhenti menghindariku sal, aku sangat merindukanmu."

Dan balasan dari Naya hanyalah anggukan lemah. Hancurlah sudah pertahanannya selama ini. Ia masih mencintai lelaki ini, masih merindukannya walau logikanya selalu menolak akan kata hatinya.  Tapi hati tak bisa berbohong, ia mencintai lelaki itu, walau sudah tersakiti begitu dalam. Dan pertemuan itu diakhir oleh kecupan kecupan disekitar wajahnya.

Sab, 14 juli. 14.18

Tbc

Sorry kalo typo. Harap maklum karena saya masih menggunakan handphone dan ini cerita pertama saya.

Mine's GlamourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang