2

32 5 0
                                    

Ia harus bagaimana sekarang? Tak mungkin ia menolak permintaan seseorang yang sudah ia anggap ayah, apalagi beliau sangat berjasa bagi hidupnya, terutama 3 tahun terakhir ini, beliau selalu ada disampingnya. Bagaimana bisa Naya menolak permintaan Om Nugraha yang jarang meminta padanya.

Ini semua memang sudah kewajibannya membalas jasa jasa Om Nugraha yang sudah banyak membantunya, lalu mengapa sekarang ia mengeluh hanya karena satu permintaan yang terlampau mudah? Ia tak mengeluarkan biaya, ia hanya siap siap dan selesai. Mudah bukan?

Dia hanya belum siap, belum siap jika nanti ia akan bertemu seseorang. Seseorang yang terlampau menyakitinya, secara lahir dan batin. Mungkin fisiknya terlihat baik namun secara perasaan dan hati, ia lelah, terlampau lelah hingga rasanya ia tak punya perasaan terhadap siapapun.

Hingga tepukan dipundaknya menyadarkan Naya dari halusinasi yang berkepanjangan. Dan sekarang lihatlah si biang kerok yang sedang cengar cengir disampingnya.

"Tiket sudah siap, perjalanan akan dipercepat menjadi lusa, kau harus bersiap Naya."  Cengiran Safira masih terlihat membuat Naya geram sendiri.

Bagaimana bisa Safira mempercepat penerbangan sedangkan dirinya saja belum menyetujui. Tapi siapa dirinya? Hingga seseorang harus menunggu keputusannya, ia hanya seeonggak sampah yang ditemukan dipinggir jalan.

"Kau memikirkan apa? Kulihat sedari tadi kau hanya melamun? Apakah ada masalah denganmu?" Suara tersebut mengalun dari mulut Safira melalui satu tarikan nafas.

"Tidak ada, aku ingin pulang untuk bersiap siap, kau pulanglah."

Naya berjalan melewati lorong menimbulkan bunyi sepatu hak tingginya yang terdengar menyeramkan ditengah sunyinya kantor karena menunjukan jam 8 yang berarti jam pulang kantor telah terlewat selama 3 jam. Naya berjalan dengan jiwa dan raga yang sedang terpisah entah kemana.

***


Hari ini tiba, hari dimana setelah 3 tahun lamanya ia tak menginjakkan kakinya ketempat kelahirannya, tempat dimana kenangan kenangan nya tersimpan rapi dan sekarang ia harus mengingat kembali, mengingat masa lalu nya yang seharusnya tak lagi ia ingat.

Naya menatap takjub bangunan bangunan baru yang telah dibangun. Selama ditinggalkan kota ini banyak berubah menurut Naya, dalam kurun waktu 3 tahun saja tempat ini banyak berubah, bagaimana dengan orang tersebut. Berubahkah? Rupanya? Sikapnya? Entahlah.

Naya dan Safira telah berada diperusahaan ayah Safira yang berkembang di Italia baru baru ini, namun terjadi kendala korupsi yang terjadi pada tahun ini, dan karena masalah tersebut perusahaan hampir saja bangkrut jika tidak bertindak cepat.

Safira adalah lulusan terbaik saat ia lulus kuliah, darah bisnis yang ada pada Om Nugraha menurun kepada putri satu satunya tersebut. Membuat Safira sukses diusia mudanya tersebut. Bahkan Safira membangun beberapa cabang di daerah terpencil dan dikota kota besar.

Dan sekarang disinilah mereka. Dirumah minimalis yang terbuat dari kayu. Milik keluarga Nugraha, karena beberapa kali Om Nugraha ke Italia dan mengurus perusahaannya, karena malas tinggal di apartemen, Om Nugraha sengaja membeli rumah minimalis tersebut.

 Milik keluarga Nugraha, karena beberapa kali Om Nugraha ke Italia dan mengurus perusahaannya, karena malas tinggal di apartemen, Om Nugraha sengaja membeli rumah minimalis tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan sekarang disinilah Naya dan Safira, bergelut di tempat empuk, 8 jam dipesawat membuat badan mereka pegal.

"Huh, Mengapa lelah sekali rasanya?" Keluhan tersebut telah didengar Naya sedari tadi, membuat dirinya merasa jengkel dengan gadis disampingnya tersebut.

"Berhenti mengoceh, kau terdengar seperti burung berkicau Safira!"  Nada jengkel kentara di kata tersebut.

"Oh ya?" Nada mengejek terselip di kata Safira membuat Salsa mendengus jengkel.

"Berhenti mengejekku bodoh!!."

"Dan kau berhenti menjadi ibu kos. Dasar galak!!. Siapa yang mau dengan mu jika sikap mu melebihi anjing buldog." Cerocosan tersebut membuat Naya geram dan melemparkan bantal yang dipegangnya ke wajah Safira.

"Sudahlah, kau membuatku semakin lelah Safira, aku ingin tidur!."

Dan setelahnya Naya larut dalam alam mimpinya meninggalkan Safira yang sedang menatapnya khawatir. Bukannya tak tau masalah Naya, Safira tau itu. Wanita itu sendiri yang menceritakan kepadanya, ia hanya takut Naya kembali seperti dulu, mengurung diri dan murung. Tapi ia tak mungkin membiarkan masa lalu tersebut terus menerus menghantui Naya. Naya seharusnya bersikap dewasa diumurnya sekarang, dia bukan anak SMA yang harus lari lagi, dia sudah dewasa.

Safira ingin membantu wanita itu untuk berbicara kepada masa lalu. Bukan lari dari masalah, Naya harus menyelesaikan masalahnya, dan Safira akan membantunya.

Dan bantuannya akan dimulai dari negara ini.

Italia.

09.28
06. September. 2018

Tbc

Partnya agak pendek😊
Jangan lupa Vote sama Comment ya

Mine's GlamourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang