4

7 2 0
                                    

Naya merasa dirinya hanya bermimpi, oh tuhan lelaki itu kembali. Dan ia tidak suka itu. Tidak suka ketika dirinya kembali lemah. Dan saat Naya terbangun dari mimpinya Naya mendapati dirinya terbaring diruangan bernuansa hitam dan abu abu, terlalu maskulin dan terlalu luas untuk ukuran kamarnya. Dan saat disadarinya Naya dibuat terkejut dengan keberadaannya. Naya langsung terduduk ditempat, membuat kepalanya yang pusing malah semakin berdenyut denyut.

Apa itu nyata?

Naya dibuat bertanya tanya dengan keberadaan dirinya, terakhir dirinya ada disalah satu ruangan untuk meeting dihotel bersama orang yang akan menjadi kliennya.

Tunggu...

Jangan bilang Arsen adalah klien mereka!
Oh tuhan kejutan apalagi yang kau buat!.

"Merasa baikan?"

Naya dibuat terpekik mendengar suara maskulin tersebut.
Ia terdiam, mencari keberadaan sosok yang telah berbicara padanya.

Wajah Naya pucat pasi saat orang tersebut duduk disofa pojok, terlalu dominan hingga Naya tidak dapat mengalihkan perhatiannya sedikitpun.

Arsen.

Lelaki itu disini, mereka bertemu dengan pertemuan yang tidak pernah Naya sangka akan terjadi.

Arsen melangkah mendekatinya, duduk disamping kasur dimana Naya terbangun.
Naya semakin menghindar, terlalu takut akan hadirnya Arsen, ia takut, marah, sekaligus rindu, dan ia benci perasaan itu.

Naya bangkit dari kasur, keluar melalui pintu yang berwarna abu abu, dan ketika keluar yang didapatinya adalah pintu itu adalah sebuah lukisan jika dilihat dari ruangan Arsen. Naya berjalan kearah sofa, mengambil tas kecilnya dan membawa dokumen kehadapan Arsen yang entah kapan sudah duduk dikursi kebesarannya.

"Kita bicarakan sekarang?" Pertanyaan tersebut keluar dari bibir mungil Naya, meluncur dengan nada yang begitu bersahabat, seolah dimasa lalu mereka tak memiliki hubungan apapun, seakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama mereka.

Naya masih berdiri ditempatnya, menunggu sang tuan rumah untuk mempersilahkan duduk, namun hingga 5 menit kemudian belum ada tanda tanda pemilik rumah mempersilahkan duduk membuat Naya gelisah karena lelah dan gugup.

"Apa anda tidak mempersilahkan saya duduk?" Pertanyaan tersebut meluncur sebelum kaki Naya berubah menjadi jelly karena terlalu lama berdiri.

Arsen bangkit dari duduknya, mendekati Naya dengan gerakan pelan yang berbahaya.

Naya dibuat terkejut dengan perubahan di diri Arsenal, terlalu banyak yang berubah sejak 3 tahun yang lalu.

Bahu itu terlihat lebih tegap dari terakhir kali mereka bertemu, kemeja hitam tersebut tidak dapat memungkiri bahwa dibaliknya terdapat dada bidang yang mencetak jelas dari luar kemeja, otot lengannya terlalu jelas dibalik kemeja tersebut, Naya sendiri dibuat bingung dengan baju Arsen yang kekecilan atau tubuhnya yang terlalu besar, tapi untuk saat ini itu tidak terlalu penting dipikirkan.

Bukan saatnya mengagumi Naya bodoh!

"Silahkan duduk Mrs. Nugraha"

Naya duduk dikursi yang bersebrangan dengan kursi yang Naya  tebak adalah milik Arsen, terlihat dari jas yang tersampir dikursi tersebut.

"Bisa kita mulai Mr. Verizall?"

Naya mendapat jawaban dengan anggukan, walau terlihat samar

Naya mempresentasikan hasil laporan yang sudah dibuat Safira atau lebih tepatnya mereka berdua dihadapan Arsen. Naya mencoba terlihat tenang walau dirinya sendiri merasa bergetar karena tatapan Arsen yang serasa menusuk dari balik punggungnya.

"Ada yang ingin anda tanyakan Mr.?
Naya mencoba terlihat sopan walau nyatanya hatinya bergetar menahan sakit.

"Ya..."

"Terlalu banyak, hingga saya sendiri bingung ingin menanyakan yang mana."

Naya memejamkan mata, mencoba meminimalisir kegugupannya.

"Ya, silahkan tanya apa yang ingin anda tanyakan untuk laporannya."

Terlihat jelas Naya membahas masalah kerja sama, sedangkan kliennya tidak.

Naya diam, mencoba menunggu kalau saja ada pertanyaan, tapi hingga 5 menit kemudian tidak ada pertanyaan membuat Naya angkat bicara

"Kalau tidak ada pertanyaan saya permisi sir."

Naya berdiri dari duduknya, diikuti oleh Mr.verizall. Naya mengulurkan tangannya dan selanjutnya Naya mendapat balasan dengan cengkraman kuat namun tidak menyakitinya.

"Terima kasih untuk waktu luangnya, jika anda berkenan dengan proyek kami tersebut, sekertaris anda bisa menghubungi perusahaan kami sir."

Naya beranjak dari tempatnya dan keluar dari hotel tersebut, meninggalkan tanda yang terlalu besar dalam dirinya.

TBC

3 Maret 2019
Minggu.

Mine's GlamourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang