4

46 25 33
                                    

Mengejarmu dilapangan yang luasnya tak seberapa pun sangat sulit. Apalagi dihatimu yang seperti hamparan langit. Mungkin ya.. hatimu telah tertutup oleh hati yang lain, jadi tak ada ruang sedikitpun untuk menetapkan hatiku yang telah penuh terisi oleh hatimu. Mau bagaimana lagi? Bukannya cinta tak bisa dipaksakan ya?

Lesya si hati yang menunggu semu-

************

Varo terus berlari dihamparan tembok lapang yang tersengat matahari pagi. Sesekali ia melihat ke arah Lesya yang berlari dengan langkah gontai. Sepertinya Lesya sudah sangat cape, pikirnya. Ia sangat was-was. Takut Lesya terjatuh pingsan. Karena ia sangat tahu. Lesya lemah soal fisik.

Tinggal 3 putaran lagi varo berhenti berlari. Sama halnya dengan Lesya dan Zahra. Jadi ia bisa menyamakan larinya dengan Lesya yang telah dipenuhi peluh perjuangan menuntaskan hukuman.

"Varo.." panggil Lesya lirih.

"Heum." Seperti biasa, Varo menjawabnya sedingin air di kutub utara.

"Ec.. cha.. u..dah gak kuat." Suaranya semakin pelan. Membuat Varo was-was seketika.

Dan

Bughhh

Pertahanan tubuh Lesya seketika ambruk. Beban dibadannya jatuh ke atas tembok lapang yang mulai panas tersengat matahari.

"Lesyaaa..." teriak histeris Zahra yang melihat kejadian itu secara live. Dia berlari mendekati. Tangannya reflek terulur mengguncang tubuh Lesya yang terbujur kaku. Pingsan yaa.. bukan mati.

"Lesya bangun.. lo gak papakan?"

"Jangan pergi dulu syaa.. Gue belum punya pacar yang bisa dikenalin sama lo, huhuhuhuhu." Zahra semakin lebay saja dibuatnya. Katanya pun unfaedah banget. Membuat semua orang yang mendengarnya bergejolak lambung.

Semua orang yang berada di pinggir lapangan pun mulai panik. Mereka berlari mendekati Lesya. Namun,

"MINGGIR LO SEMUA!!" katanya lantang. Semua orang sontak memberi jalan untuknya. Seketika itu ia mulai membelah kerumunan yang ada. Semua orang pun dibuat ternganga, ketika Varo menggendong tubuh Lesya menuju UKS.

"Bangun syaa. Lo pasti kuat. Disini ada gue yang selalu mencintai lo dalam diam." Bisik Varo tepat di telinga Lesya yang sedang tidak sadarkan diri.

************

Varo menyesal. Mengapa tadi ia tak berhenti saja. Dan mulai menyamakan langkahnya dengan Lesya dari awal. Heum mengapa juga penyesalan selalu datang terlambat? Coba kalau di awal mungkin tak akan seperti ini. Pikiran Varo dipenuhi dengan kata mengapa yang tak akan pernah menjadi nyata.

Ia sangat khawatir melihat orang yang ia cinta terbujur lemas di atas kasur UKS. Apalagi itu karena keegoisannya mempertahankan asumsi sendiri yang jelas telah menyakiti hati orang yang paling ia sayangi.

Ditatapnya lagi mata Lesya yang tertutup sejak 35 menit yang lalu. Ia ingin sekali memegang tangan Lesya dan berbisik dengan rangkaian indah nan romansa agar ia segera bangun. Tapi jelas keinginannya itu tak akan terlaksanan karena di sampingnya ada Zahra yang setia menemani.

"Eungghh." Lenguhan Lesya. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke dalam retina.

"Allhamdulilah lo bangun juga sya. Lo mau apa? Mau minum? Mau makan? Mau gebetan? Atau mau gue jadian sama verrel bramasta?" Pertanyaan Zahra unfaedah. Apalagi yang terakhir. Udah tau verrel milik author, eh ini malah maen gebet aja. Dasar PHO.

SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang