3

59 31 30
                                    

"Lo masih belum ngelupain si varo yaaa?" Kata Zahra menyelidik, matanya memicing.

"Gue kan dari bocah diajarin nya mengingat bukan melupakan." Balasnya enteng.

"Lo tuh yaaa." Kata Zahra gemas.

"Lo tuh jangan nunjukin banget napa kalau lo itu cinta mati sama si Varo." Tambahnya.

"Biarin sih suka-suka gue."

"Ayoo cepetan jah! Daripada dimarahin lagi sama si killer."

"Lo tuh ya udah berapa ribu kali gue bilang jangan panggil gue jah, lo kira gue bi ijah apa?"

"Lah.. lo gak syukurin nama pemberian bonyok lo yaa? Dosa tau nama bagus gitu gak diakuin."

"Gue itu dikasih nama Zahra bukan Jahra, camkan Z bukan J." Zahra berkata penuh penekanan. Ia gemas sendiri mendengar Lesya selalu salah menyebut namanya. Padahal yah mereka udah temenan selama 16 tahun lho, iya dari orok. Dan selama itu pula Lesya selalu salah memanggil namanya.

"Ribet ih lo, yang gitu aja dipermasalahin." Lesya berjalan meninggalkan Zahra yang sedang mengumpat karenanya.

"Udah bikin gue kesel, eh sekarang malah ninggalin. Sedihnya hidup gue. Kenapa ya dulu gue mau jadi sahabatnya dia."

"Zahraku sayang cepetan ke lapang!" Teriak Lesya mengakhiri umpatan kesal Zahra.

"Iya tunggu dong." Zahra berlari menyusul Lesya yang sudah jauh meninggalkannya sendirian.

     ************************

"HEH? dari kapan si Varo udah dilapangan? Bukannya tadi duluan kita ya?" Kata Zahra kaget. Kepalanya melihat Lesya yang sedari tadi senyum-senyum gak jelas melihat Varo yang sedang berlari.

Lesya diam tak menjawab.

"Heh Lesyaaaaaa."

"Oh lo udah nyampe ya jah, ayo kalau gitu kita lari bareng aa Varo." Setelah itu tangannya menarik tangan Zahra kelapangan. Mereka pun berlari menjalankan hukumannya. Niatnya sih mau bareng sama Varo, nyatanya susah banget. Dia larinya secepet angin topan. Okelah gak gitu juga sih, dasar aja si Lesyanya lebay. Kalau bareng juga paling seperkian detik.

"Wahh itu bukannya Lesya yak?" Kata seorang lelaki di pinggir lapangan.

"Ah iya, Lesya kenapa bisa dihukum ya?" Sahut temannya menimpali.

"Hey neng Lesya aa siap kok gantiin neng Lesya lari."

"Aduh meski keringatnya bercucuran tetap aja ya wajahnya mempesona. Makin cinta deh."

"Lesya I love you. Semangat ya sayang larinya."

"Asyek gue bisa cuci mata, gratis lagi."

"Wahh 2 minggu gue gak lihat wanita cantik serasa hampa nih hidup gue. Tapi untung sekarang liat neng Lesya jadi seger lagi deh."

"Emang emak sama adek lo gak cantik ya pri?" Ya lelaki itu Jepri, dia terkenal akan ketengilanya.

"Gak lah, mungkin kata bapak gue sih cakep, tapi ya bukan tipe gue banget. Kalau lo mau silahkan ambil."

"Huh dasar anak durhaka. Tapi masuk akal juga sih."

"Masuk akal apanya?"

"Ibu jelek, anak juga pasti lebih jelek, hhaaaahhaaa." Tawa lelaki yang dikenal bernama Satya.

Begitulah ocehan para siswa SMATA. Mereka pasti heboh bila bintang primadona sekolahnya dihukum, padahal Lesya terkenal taat aturan.

"Varoooo." Panggil Lesya. Nafasnya terengah-engah. ia sudah berlari 5 putaran, padahal tinggal 5 putaran lagi tapi dirinya sudah sangat lelah.

"Apa?" Kata Varo dingin. Tatapanya kedepan jalan yang bergerak mundur ke belakang saat dia maju. Kalau kalian bener-bener belajar Fisikanya waktu sekolah dulu, pasti tahu itu dinamakan gaya apa. Buat yang suka bolos, dikarenakan authornya baik hati dan tidak sombong. Dikasih tau saja deh itu gaya apa. Heum namanya itu gaya semu. Iya semu. Sesemu harapan gebetan yang kecopetan temen sendiri;((

"Tungguin Echa, Varo. Echa udah cape banget."

"Syaa tungguin gue! Cepet banget sih lari lo. Lo makan bayem ya pagi-pagi?" Kata Zahra. Tangannya memegang lutut. Ia tak kalah lelahnya dari Lesya.

"Lo kata gue popeye, hah?"

"Abisnya lo kayak punya kekuatan gitu tau." Bibirnya mengerucut lucu.

"Yakan ada aa Vero my moodboster." Cengir Lesya lebar.

"Modus lo." Tangan Zahra mendorong bahu Lesya. Lesya tak terhuyung ke depan karena ya... dorongannya begitu pelan.

"Ih echa gak modol di kardus jah." Mukanya memelas sok polos.

"Bener ya nih anak udah sinting gak ketulungan."

"Lagian tuh Jahat banget yah guru. Padahal kalau dilihat dari namanya... Irwan. Heum pikiran gue sih ke orang ganteng kalem. Kayak si Irwansyah artis ganteng dan baik itu lho."

"Makanya jangan liat sifat orang dari namanya saja. Kadang cangkang dan isi itu jauh beda."

"Bener juga sih." Zahra mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.

Zaman sekarang memang banyak orang yang cangkang indah, isi buruk. Semua yang mereka lakukan tak pernah tulus. Hanya pencitraan semata.

Varo melambatkan larinya. Dia juga tak tega sebenarnya melihat Lesya yang lari dengan kecepatan max hanya demi mengejarnya. Dia menengok ke belakang. Melotot.

'Ya ampun itu manusia apa bidadari? Meski muka bercucuran air keringat, tapi tetap saja pancaran pesonanya menarik hati gue.'

'Eh apaansih. Kok gue nunjukin banget kalau gue juga cinta sama dia. Ampun ya selalu saja gue lupa sama rencana gue setiap liat pancaran pesona seorang Lesya.'

'Okey Varo! Back to flat face.'

Hati Varo menjerit, meminta dia berjalan mendekati Lesya yang sedang asyik berdebat dengan Zahra. Hatinya juga berbisik meminta dia menuntun Lesya ke ruang UKS. Peluh yang ada di wajah Lesya membuatnya khilaf ingin mengelap. Namun dia sadar, dia bukan siapa-siapa. Dibandingkan dengan Lesya si matahari yang terus bercahaya dan dinanti semua orang, dia hanya planet pluto yang keberadaannya saja tak pernah dianggap.

"HEY KALIAN! DIAM-DIAM BAE,  LARI WOYY!! HUKUMAN KALEAN BELUM SELESE."

               ****************

Hai readers😊 jumpa lagi! maaf ya aku baru up, lagi sibuk sama lapak yg lain soalnya.

Varo nya gak pede banget masa. greget sendiri aku bikin sifat dia yang pengecut di depan Lesya;((

Yah selepas dari itu jangan lupa voment nya ya😊

Ttd.
SelanovaNurdina
13 Juli 2018

SingkatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang