[18+] ✔
Ia masih duduk di pojokan sudut kamarnya. Luka di bibirnya telah mengering sejak beberapa menit yang lalu. Namun tangisannya bahkan masih terdengar.
Ia mendongak ketika melihat sepasang kaki yang kini berdiri di hadapannya. Berlutut untuk me...
Langkah pria itu begitu tegas dan gagah. Namun kecepatan langkahnya tetap ia pertahankan agar ia bisa mencapai salah satu kamar yang berada di rumah sakit itu.
Raut wajahnya tak berubah sama sekali sejak pertama dia datang. Namun hatinya tetap berdebar karena takutkan kabar buruk akan ia dengar nanti.
Ceklek
Dan seluruh petugas medis yang berada dalam ruangan itu beralih menatap pria itu yang baru saja membuka pintu. Membuat semua yang ada disana kini serempak membungkukkan badan mereka pada sang pria.
Ia tak terlalu memperdulikannya. Mendekat pada sosok yang terbaring lemah dengan beberapa peralatan medis yang membantu kehidupannya. Bahkan kini, senyuman keibuan ia berikan pada sang putra yang sudah mendekat padanya.
"Apa lagi yang eomma lakukan?"
Ia hanya mengendikkan bahunya. Masih dengan masker oksigen yang tertempel di wajahnya. Pandangannya beralih pada sebuah buku yang berada di atas meja nakas disampingnya dan sang putra yang mengerti pun kini mengambil buku serta pena itu. Menyodorkannya pada sang Ibu.
Ia hanya diam. Menunggu apa yang akan sang Ibu tulis. Dan ketika Ibunya menunjukkan apa yang ia tulis, ia mulai membacanya.
"Eomma hanya bosan. Jadi, eomma keluar dari kamar."
Helaan napas keluar begitu saja dari sang pria. Oh, dia tidak akan pernah lupa jika Ibunya adalah orang yang paling keras kepala.
"Tapi eomma masih sakit. Harus pulih lebih dulu baru bisa keluar dari kamar secara bebas nanti."
Sang Ibu menggeleng pelan. Kembali menuliskan sesuatu dan menunjukkan kembali pada putranya.
"Eomma tidak ingin melewatkan pertunjukan gadis itu."
"Pertunjukkan?"
"Ah, Tuan Muda. Nyonya memang selalu meminta saya untuk membantunya keluar dari kamar. Untuk melihat pertunjukan gitar seorang gadis yang biasanya datang ke rumah sakit ini."
Pria itu beralih pada salah seorang perawat yang memang bertugas menjaga Ibunya.
"Memangnya, apa yang dia lakukan?"
"Gadis itu semacam relawan yang datang kemari untuk bernyanyi dan bermain gitar. Menghibur para anak-anak penyakit kanker yang ada disini. Nyonya saat itu tak sengaja melihatnya dan beliau begitu menyukai gadis itu."
Lalu ia merasakan sebuah tepukan di lengannya. Mendapati sang Ibu yang kembali menunjukkan tulisannya.
"Namjoon, eomma ingin sekali bertemu dengannya."
Pria bernama Namjoon itu hanya kembali menghela napas. Menatap pada perawat itu.
"Apa dia masih ada disini?"
"Kurasa, mungkin dia masih berada di poli anak. Dia biasanya berada disini setiap hari pada jam 4 sore sampai jam 7 malam."
Namjoon melirik pada arloji yang melingkar di tangannya. Masih pukul 6 sore. Itu berarti gadis itu seharusnya masih berada disini.
"Eomma benar-benar kekanakan."
Dan setelah mengucapkannya, ia pun beranjak dari duduknya. "Jaga ibuku. Jangan sampai dia bangun lagi dari atas tempat tidurnya."
"Ne, Tuan Muda."
.
.
Suara nyanyian anak-anak dan permainan gitar itu mengalihkan atensi Namjoon yang sedari tadi mencari keberadaan dimana gadis yang diinginkan Ibunya itu untuk bertemu.
Langkahnya pun membawanya pada ruangan itu. Dan menemukan sekumpulan anak-anak yang memakai pakaian rumah sakit. Mengelilingi seorang gadis yang tersenyum pada mereka dengan sebuah gitar yang berada dalam dekapannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untuk sesaat, ia terpaku di tempatnya. Menatap pada gadis itu dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan suaranya terdengar sangat merdu. Bagaimana ia menjelaskannya, ya? Suara gadis itu ketika bernyanyi berbeda dengan suara yang pernah ia sebelumnya. Benar-benar unik.
Belum lagi permainan gitarnya yang begitu handal. Membuat bukan hanya anak-anak itu yang terkesima. Namun juga dirinya. Oh, mungkin ini juga yang dirasakan Ibunya saat melihat dan mendengar secara langsung suara gadis itu.
Dan sejak hari itu, mungkin ia akan merasakan apa yang namanya perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Perasaan yang menurutnya adalah perasaan yang paling tak masuk akal untuk dirinya.
Apa bisa seseorang merasakan perasaan ini secepat ini? Hanya dalam hitungan detik?
Ujung bibirnya tertarik. Membentuk sebuah senyuman tipis.
"Gadis itu benar-benar menarik."
--To Be Continued--
Kawan-kawanku, karena cerita hopelice dan namjennya akan berakhir dengan beberapa part lagi, jdi aku inginmempublish cerita ini. Hehehe.
Emng rada gila sih gua maen publish aja padahal masih ada yg terbengkalai. Tapi mau bagaimana lagi? Aku memanganaknyanakal bgt wkwkwk
Klo suka, boleh dong tekenbintangnya. Masih awal nih. Masak cuman baca aja dan gak mau ninggalinjejak?? 😊😊😊