Acara pertunangan itu benar-benar terjadi. Namjoon menatap kembali pada cermin di hadapannya, memeriksa penampilannya saat itu. Sedang pikirannya saat ini begitu kalut, memikirkan apakah rencananya akan berhasil untuk hari ini.
Lalu sebuah ketukan pintu terdengar, membuat pria itu berbalik dan menemukan Joo Eun disana. Tersenyum padanya lalu mendekat padanya.
"Lihatlah dirimu, sayang. Kau benar-benar terlihat sangat tampan sekali."
Pujian itu hanya mendapatkan sebuah senyuman tipis dari Namjoon. Oh, asalkan kalian tahu saja. Pria itu sedang berusaha untuk terlihat biasa saja, seolah tak mengetahui apapun dan tetap menjadi seorang putra bagi wanita Han itu.
"Kau pasti akan terpesona dengan Nayeon nanti. Eomma sudah melihatnya dan dia begitu sangat cantik dan juga mempesona. Eomma benar-benar tak sabar menunggu hari pernikahan kalian nanti."
Lagi, Namjoon sama sekali tak menjawabnya. Masih memasang senyumnya saat itu.
"Ayo kita turun. Semua orang sudah menunggu."
Namjoon hanya mengangguk, pun dengan Joo Eun yang merangkul tangannya dimana keduanya kini beranjak keluar. Dan benar saja ucapan Joo Eun saat itu, para tamu undangan telah berkumpul di rumah mereka yang telah disulap menjadi pesta pertunangannya.
Sapaan dan ucapan selamat terus berdatangan. Berbeda dengan Joo Eun yang begitu sangat bersemangat, Namjoon hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Menjawab pula pertanyaan dari beberapa tamu yang datang seadanya.
"Sayang sekali, Joo Eun. Jika putramu masih melajang, aku pasti sudah akan memperkenalkannya pada putriku yang baru saja kembali dari Paris. Putramu benar-benar sangat tampan jika dilihat secara langsung. Bersanding dengan putriku juga akan cocok."
Putranya? Aku bahkan tak pernah terlahir dari rahimnya. Ucapan itu terus saja Namjoon ucapkan dalam hatinya. Masih berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Eonni bisa saja. Memang benar, Namjoon kami sangat tampan. Hanya saja, dia begitu mencintai dan menyukai Nayeon hingga wanita lain pun tak pernah ia lihat."
"Nayeon begitu beruntung jika begitu. Mendapat pria tampan, kaya, dan juga begitu menyayanginya."
Rasa-rasanya, Namjoon ingin keluar dari semua obrolan omong kosong ini. Sesekali pandangannya beralih pada jam tangannya, lalu menghela napasnya setelahnya. Hal itu terus ia lakukan beberapa kali dan tentu saja mengundang pandangan bagi siapapun yang melihatnya.
"Ah, Namjoon kelihatannya sangat tidak sabar untuk acara utamanya. Benar kan, sayang?"
Namjoon bisa melihat tatapan marah dari Joo Eun ketika menatapnya walaupun wanita itu tersenyum. Dan pria itu tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk dan tersenyum menjawabnya. "Eomma benar. Aku sudah sangat tidak sabar. Apalagi membuatmu masuk ke dalam penjara dan membusuk disana."
Acara berlanjut, tentunya dengan acara utama pada pesta itu. Dimana setelah Nayeon datang dan mendapatkan pujian dari para tamu undangan atas gaun yang gadis itu kenakan.
Namjoon sama sekali tak pernah absen melirik ke arah jam tangannya. Tidak, waktunya sudah ditentukan dan pria itu hanya harus bersabar sedikit lagi.
Pengumuman untuk pertukaran cincin telah disampaikan. Pria itu melirik ke arah Nayeon disana, yang masih menampakkan senyumnya untuk para tamu undangan. Hingga acara puncak yang ditunggu-tunggu terjadi.
Sebuah cincin sudah berada dalam genggaman Namjoon, pun dengan Nayeon yang sudah bersiap dengan mengulurkan jemarinya. Jangan lupakan juga senyum kebahagiaan yang terpancar cerah di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can You See My Heart?
Fanfic[18+] ✔ Ia masih duduk di pojokan sudut kamarnya. Luka di bibirnya telah mengering sejak beberapa menit yang lalu. Namun tangisannya bahkan masih terdengar. Ia mendongak ketika melihat sepasang kaki yang kini berdiri di hadapannya. Berlutut untuk me...