"Punggungku sakit, kau tahu?" ucapnya sambil setengah membungkuk dan mengusap punggungnya seperti pose nenek-nenek.
Adegan sebelumnya, dia menunggangi Nii kemudian mengendarainya dengan kecepatan tinggi ke danau. Dan yah, wajar kalau punggungnya pegal karena harus mengulang setidaknya tujuh kali adegan yang sama. Percobaan pertama sampai ketiga gagal karena si Kuda lebih tergoda makan ilalang. Rekaman keempat, angin membuatnya sulit mengapit rok di paha. Rekaman kelima, si Kuda tiba-tiba berbelok. Dan rekaman keempat, kakinya tersangkut sewaktu akan turun.
"Kalau begitu, mau ditunda besok syutingnya?"
"Ganti saja posenya jangan jadi kacang mede begitu!"
"Tidak bisa. Sudah sesuai transkip toh?"
Dia menggerutu, tapi pada akhirnya naik ke atas ranjang yang selimutnya telah diatur acak-acakan spiral. Bau balsem di punggungnya memenuhi ruangan.
***
Action 1.
"Bilang pada tua bangka sialan itu, aku lebih suka minum satu belang—!!"
"Cut! What was that?"
Dia mengeluarkan buku skenario yang disempilkan di ketiak, lalu membaca dialog bagiannya lagi.
"Belanga dan tempayan sama saja kan?" Lagi-lagi rewel.
"Ulangi lagi"
Action 2.
"Bilang pada tuang bangka sialan itu, a-..."
"Cut! Tua, bukan tuang!"
"Ck! Sori."
Action 3.
"Bilang pada tua bangka sialan itu, aku lebih baik menenggak satu tempayan herin daripada ..." Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Fix, dia lupa.
"Makan satu meja dengannya."
"Aaaarrghh!!!"
***
Pemeran Kia sempat terpeleset jatuh lalu terperosok saat berdiri di dahan pohon di adegan ketiga.
***
"Oke. Di hitungan ketiga ya. satu ... dua ... tiga!"
Sebanyak delapan kru melempar piring, memukuli panci, menyulut petasan, dan yang terakhir: merobohkan rak bermuatan perkakas dapur. Setelah bunyinya reda, mereka bebarengan menyunggingkan senyum lebar.
"You really enjoyed that, don't you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Maiden - Out of Story
Short StoryHanya berisi cerita yang tidak ada hubungannya dengan cerita utama, sidestory, atau bahkan NG