~Sahabat~
“Eh, Stev. Pr nya udah lo kerjain belom? Gue nyontek dong,” ujar Andira—sahabat Stevi—seraya menyengir selebar kuda.
“Dih. Tetep aja lo kek gitu. Kapan pinternya, ha? Belajar deh, supaya lo gak bergantung sama gue mulu. Bukannya gue gak mau nyontekin lo, An. Tapi, gak selamanya gue bisa nyontekin lo. Lo tau sendiri kan, hidup kita gak selalu bergantung sama orang lain. Ya mungkin emang benar manusia makhluk sosial, tapi ya ada batasannya juga buat minta bantuan sama orang lain. ” Stevi menceramahi Andira layaknya seoarang emak-emak. Namun, tak urung juga Stevi memberikan buku tugasnya kepada Andira.
Andira menguyel-uyel pipi Stevi. “Iya Stevi ku yang bawel.”
Stevi melepaskan tangan Andira yang berada di pipi mulusnya. “Buru salin, entar keburu masuk.”
“Ay-Ay Captain,” ujar Andira seraya mengangkat telapak tangannya agar berada di pelipis seperti sikap sedang hormat.
Sedangkan Stevi hanya menggeleng, lalu ia sibuk dengan benda berbentuk persegi panjang berwarna Rose Gold yang berada di genggamannya.Sebelumnya, harus kalian ketahui. Andira adalah sahabat Stevi sejak SD. Andira dan Stevi selalu bersama. Jika tak ada Andira, biasanya juga tak ada Stevi disana. Banyak yang mengira mereka berdua adalah adik kakak. Namun nyatanya mereka hanyalah seorang sahabat. Ya. Hanya sahabat. Tapi, mereka sudah beranggapan sebagai saudara sendiri.
Dan satu hal yang perlu kalian ketahui lagi. Andira... Tak mengetahui bahwa Stevi adalah seorang Half Vampire. Kenapa bisa begitu? Karena Stevi benar-benar merahasiakannya. Bahkan sahabatnya sendiri—Andira—tidak mengetahui hal tersebut. Bukannya Stevi takut Andira tak bisa menjaga rahasianya. Namun, Stevi belum siap membuka rahasianya untuk saat ini.
Kring... Kring... Kring...
Suara bel masuk berbunyi. Semua murid yang awalnya menyontek pr pun berhamburan menuju tempat duduknya masing-masing.
Tok... Tok... Tok... Tok...
Suara sepatu khas yang dimiliki oleh guru-guru terdengar jelas. Suasana kelas mendadak sangat hening. Karena biasanya, suara tersebut didominasi oleh guru-guru killer dan kepala sekolah. Setahu mereka, mata pelajaran yang pertama saat ini adalah Bahasa Inggris. Gurunya pun sabar dan tak memiliki suara sepatu seperti ini.
Saat guru tersebut memasuki kelas, raut wajah murid-murid nampak tegang. Teramat sangat tegang. Bagainana tidak. Ternyata yang memasuki ruang kelas mereka bukan guru piket. Melainkan kepala sekolah.
Sebenarnya, ibu kepala sekolah nya cantik, tinggi, duh pokoknya body goals banget. Namun, jangan lihat fisiknya! Bu kepsek itu garang! Pernah lihat film kartun upin dan ipin? Nah ibu kepala sekolahnya seperti perpaduan cikgu besar dan kak Ros. Bisa kalian bayangkan bagimana garangnya? Hmm.
Bu Desi—kepala sekolah—menatap murid XI Mipa 2 dengab tatapan tajam dan menyelidik. Suasana kelas pun bertambah horor.
‘Cetar!’
Bu Desi memukul penggaris kayu ke papan tulis. “Saya lihat dari cctv, kalian...” ujarnya seraya menatap sangat tajam murid-muridnya, “Kenapa tidak mengerjakan pr?!”
‘Cetar!’
Lanjut Bu Desi seraya memukul penggaris kayu nya ke papan tulis lagi. Bu Desi berjalan kekanan dan kiri di depan kelas sambil mengetukkan penggaris kayu tersebut ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario Of Love
Teen Fiction"Jika aku menginginkan rembulan, maka aku akan berusaha untuk bisa mendapatkan. Namun jika rembulan menolak untuk ku gapai, maka aku akan berusaha untuk melepaskan secara perlahan." ~ Stevi Tentang Stevi Edward. ~Seorang gadis half vampire yang memi...