Bagian 1. Kakak Beradik

296 18 13
                                    

Suara sorakan orang-orang di pertandingan tinju saat ini nggak menjadi alasan bagi gue untuk memutus hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Walaupun mereka bersorak untuk menyemangati jagoan mereka, menurut gue cara menyemangati yang paling ampuh adalah dengan cara berdoa.

Gue pun berdoa sambil mengepalkan tangan dengan harapan supaya pacar gue yang saat ini lagi bertanding bisa baik-baik saja dalam bertandingan ini. Tidak menang pun tak apa asalkan dia baik-baik saja.

Masalahnya di sini adalah, gue yakin 100% kalau dia pacar gue. Tapi tunggu deh, dia itu siapa? Kenapa figurnya hanya cahaya putih? Sesekali gue bisa lihat matanya seakan menatap gue. Tapi matanya aja, tubuh lainnya justru mengeluarkan cahaya yang sangat terang sampai mata gue terasa dicolok kalau lihat dia kelamaan sehingga terpaksanya gue harus sesekali berpaling.

Bunyi debaman terus mengiang di telinga. Hingga akhirnya bel dibunyikan menandakan pemenangnya sudah ditentukan. Gue makin khusyuk berdoa sampai gak sadar kalau gue udah 'kebablasan'. Gue merasakan ada sesuatu yang aneh di pantat. Kalian pasti memikirkan hal yang sama kan tentang benda apa itu? Tapi, gue menepis jauh-jauh anggapan itu dan positif thinking aja kalau benda itu mungkin permen karet yang kebetulan menempel di celana tepat di pantat, atau enggak gue lagi dudukin air sehingga pantat gue terasa basah.

Tak lama, akhirnya gue yakin kalau ini bukanlah apa yang gue pikirkan karena benda ini mulai mengeluarkan bau yang bikin hidung perih. Benda ini adalah benda alami yang keluar dari pantat gue di saat gue kira gue lagi berdoa dengan serius, gak taunya dari tadi gue malah lagi ngeden. Alhasil gue malah... CEPIRIT.

HUWAAA!!

Lebih dari apapun gue gak pingin pacar gue tau soal ini. Ya Allah, apa yang harus gue lakuin? Dia lagi jalan ke arah gue sambil bawa pialanya! "Rasanya pingin ngilang! Tolonglah, siapapun selamatin gue.."

BYUUURR..!!

Guyuran air dari Mama berhasil menyelamatkan gue dari mimpi buruk ini. Setelah melek dan melihat Mama yang lagi nenteng gayung, gue langsung meluk dia erat-erat. Mama emang malaikat yang selalu setia bangunin gue dari mimpi buruk.

"Eh? Nia, jangan malah ngelap di Mama, baju Mama jadi basah nih!"

"Ma! Aku tadi mimpi buruk, serem banget, Ma!"

"Makanya kalau denger adzan subuh itu bangun, terus solat, jangan molor aja!" kata Mama sambil nyubit pipi gue.

Rupanya Mama bangunin gue subuh-subuh gini dengan maksud supaya gue bisa menata barang-barang yang ada di kardus ke ruangan yang seharusnya. Untung aja mimpi semalem enggak ndobrak batas alam bawah sadar gue. Nyuci spring bed sendiri aja gak sudi apalagi disuruh nyuci yang ada cepiritnya.

Setelah solat subuh, gue mulai mengerjakan perintah dari Mama. Kerjaan gue jelas enggak berlangsung lama, beberapa jam kemudian gue mulai merasa lelah mengangkat dan mindahin kardus-kardus ini. Di saat seperti inilah gue ingat sama kakak.

"Kak! Sini buruan bantu angkatin nih kardus. Ada banyak nih!" perintah gue penuh ketidaksabaran secara di hadapan gue banyak banget kardus-kardus besar yang harus dipindahin ke sana-sini tapi kakak gak mau bantuin.

"Eh, Bison. Lo rabun apa buta? Gak bisa liat kakak lagi beresin barang-barang?!" timpal kakak gue yang kelihatannya juga naik darah.

Gue cuma bisa berdecak kesal dan terpaksa membawa sendiri kardus-kardus besar di hadapan gue dengan mengerahkan segenap tenaga. Alhasil gue mondar-mandir ngangkat dan mindahin kardus-kardus besar. Bersamaan dengan itu, sesekali gue mengerang penuh perjuangan sekalian membuat kakak luluh sehingga tergerak hatinya mau bantuin gue. Namun, kakak tetap aja masa bodoh dengan erangan gue. Dia emang kepala baja.

Status "Kakak-Beradik"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang