Bagian 3. Rabun Massal

97 12 1
                                    

Langit senja sudah muak menanti, sehingga petanglah yang menggantikan senja menemani. Gue bersandar di gerbang, menunggu Kak Tora seraya menatap sayu jalanan. Rasa letih menguasai tubuh setelah menjalankan misi 'pengeboman' ekskul drama. Gue sangat agamis, hampir setiap saat gue berdoa. Seperti detik ini, gue berdoa supaya Abang cepet datang sebelum gue ambruk di sini kemudian diangkut sama ambulance.

Suara sekuternya yang memekakkan telinga mulai terdengar dan tak lama kemudian, sekuter tua itu berhenti tepat di hadapan gue. Hati seneng banget karena sekarang kami pulang. Sekuter ini bergerak menerjang sekumpulan angin, menggoda mata gue untuk mengerjap-ngerjap, dan mendadak susah diangkat karena gue ngantuk. Jadi ya, gue nemplok dan ngiler di punggung Abang yang lebar. Dia cuma bisa berdecak kesal dan terpaksa bersabar karena statusnya sebagai kakak. Oh, lebih tepatnya kakak dari Nia yang kalian bisa deskripsiin sendiri gue itu gimana.

Sekarang jam 12 malam. Gue mendelik, terbangun dari tidur. Keadaan gue saat ini: 1. Masih pake seragam sekolah; 2. Posisi tidur gue horizontal padahal kasurnya vertikal; 3. Rambut gue masih dikucir. Dan ini semua adalah kesalahan fatal yang nggak boleh dilakukan seorang cewek saat tidur. Sebelum me-reset dandanan, tersemat di otak gue untuk mengadili dalang di balik semua ini. Gue yakin 100% kalau sepulang sekolah gue cuma dibanting ke kasur oleh iblis yang serumah dengan gue, Ratora.

Ya Allah, ada ya orang yang nggak pekanya kelewatan begitu.
Gue banting pintu kamar Kak Tora dan mulai ngamuk, "Lo itu ya!!-"

Devtyan yang lagi main sama Kak Tora maksa gue untuk mingkem begitu liat dia. Dia dan Kak Tora muter kursi lalu melepas headphone yang mereka pakai, "Ngapain lo bangun?" tanya Kak Tora sinis.

"Dev mau nginep di sini?" tanya gue pada mereka.

"Iya. Tadinya gue mau ngerjain tugas bareng Tora," kata Devtyan. Kak Tora melanjutkan, "tapi, kita sepakat main bareng dulu, baru deh setelahnya ngerjain tugas. Ya kan?" Mereka memainkan alis.
Sementara gue mengkerutkan alis, agak cemas dengan persahabatan mereka,

"Kalian berani taruhan nggak?" tanya gue dengan pertanyaan menggantung.

Kak Tora dan Devtyan saling bertukar tatapan nggak ngerti.

"Tugas kalian malam ini nggak bakal selesai."

Air muka Kak Tora dan Devtyan mengeras, "Apa-apaan..?" tanya Devtyan.

"Ya jelaslah. Kemungkinan selesainya kecil karena kertas kalian masih kosong di tengah malam ini, dan parahnya lagi kalian malah ngegame sekarang."
Gue langsung cabut setelah paham dengan ekspresi mereka yang berubah jadi was-was, khawatir, dan takut.

Oh iya, Devtyan adalah temen sekelas Kak Tora, dan dia adalah tetangga kami dari kecil. Dari dulu dia udah sering nginap di rumah gue. Gue nggak panggil dia "Kak" karena dulu Devtyan sendiri yang bilang ke gue kalau dia nggak suka diperlakukan formal. Satu hal yang penting, Devtyan adalah saksi hidup selain Kak Tora dan Puput yang tau sifat asli gue.

Kegiatan sekolah dari pagi sampai siang gue jalani dengan normal walaupun di mata Kak Tora, Puput, dan Devtyan kehidupan gue di sekolah itu selalu abnormal. Hari ini sekolah ada rapat dengan wali murid, dan kebetulan gue dan Kak Tora sama-sama nggak ada ekskul, jadi kami pulang cepat.

Bukan Mama namanya kalo ngebiarin gue dan Kak Tora nyantai sepulang sekolah. Kami biasanya disuruh bersih-bersih rumah, bantu pekerjaan Mama, atau belanja kebutuhan rumah. Kali ini gue dan Kak Tora disuruh belanja di minimarket yang cukup dekat dari rumah.

"Kali ini naik motor ya, Ma," kata Kak Tora pada Mama. Gue berekspresi setuju dengan pendapat Kakak.

"Heh? Nggak boleh. Kalian itu harus bersyukur sama Allah karena hari di mana kalian ingin belanja makanan itu disambut dengan cerahnya sinar matahari." Mama membuka pintu lebar-lebar, "jadi, kalian itu harus menikmati cuaca saat ini. Jangan takut item ah, anak Mama ini kan nggak gampang item."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Status "Kakak-Beradik"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang