(a super little note: I dedicate this very-hard-working chapter (bcs I made this chap on my not-well condition:') ) for my beloved-sister-from-another-mother-also-father: nyjasmine for always staying tune on my channel, keep giving a positive vibes, and always be my side although the world not :') thanks for the love u gave me these whole time—I love u, and I'll always love u till the dawn goes down, and even the world become dust! 💖)
Aku berlari.
Batuan tajam dan ranting-ranting patah yang bertebaran di sepanjang jalan yang kulalui melukai telapak kakiku yang telanjang.
Sesaat aku bisa merasakan panas dari darah yang mengalir melalui luka gores di antara sela-sela jari kakiku, tapi aku bahkan tidak merasa sakit.
Aku merasa takut.
Ketakutan itu begitu besar, sangat gelap, yang dalam mimpi terburukku berwujud goblin dengan sekujur tubuh penuh kudis dan bisul yang bernanah—cukup besar untuk mengalahkan rasa perih dari kakiku yang kondisinya semakin buruk seiring waktu.
Jika kupikir kembali, kurasa aku hampir tak pernah memikirkan soal kematian. Atau lebih tepat, aku tak pernah memikirkan bagaimana aku akan mati. Jadi ketika kusadari kini diriku berada di ambang kematian, kurasa cukup mengesankan aku bisa berada di sebuah hutan pinus berkabut daripada parit penuh tikus di kolong jembatan.
Aku tau aku seharusnya berhenti dan mencari daun antanan atau semacamnya untuk mengobati luka kakiku, tapi aku terlalu takut. Terlalu takut jika aku berhenti, maka hidupku akan ikut berhenti. Terlalu takut jika aku tidak berlari, sesuatu yang mengerikan di belakangku akan menerkamku—dan hidupku—sama seperti yang dilakukannya pada ayah dan pamanku.
Maka, kuputuskan untuk terus berlari.
YOU ARE READING
〚 Boundaries 〛
Fanfiction[Highest rank 5 in #monstaxhyungwon!] 04.12.18 [59 in #schoolromance] Victoria Thasgard tak pernah menduga kehidupan bawah radar dan penuh rahasia yang selama ini dinikmatinya mendadak berantakan hanya dalam waktu beberapa pekan setelah pertemuan t...