"Bangun! Cepetan bangun!! Dasar gila, kan aku suruh jangan begadang Kemaren!!" ucapku kesal sambil terus mengguncang - guncang tubuhnya.
Dia tetap tak bereaksi walau sudah kuguncang sedemikian keras. Ini manusia disuruh jangan begadang malah baru tidur jam tiga pagi, double shit!! bisa ketinggalan bus kalau dia belum juga bangun. Sepertinya harus dengan sedikit radikal kalau begini urusannya.
Kuambil segelas air dari meja belajarnya dan siram langsung kewajahnya. Dia sontak terperanjat bangun, itu ekspresi teraneh yang pernah dia buat. Aku tertawa puas.
"Kamu ngapain sih?! Ini baru setengah enam dan kamu tahu aku baru tidur jam berapa?!! Jam tiga pagi!!! Dasar goblog, tolol, gila!!!" makinya dengan suara serak orang yang baru bangun.
"Berisik! Kan udah aku telepon tadi malem jangan begadang, malah gak didengerin. Udah cepetan mandi!!" ucapku tak kalah keras.
"Buat apa?! Ini minggu pagi! Udah seminggu aku ikut bimbel gila gilaan! Aku butuh pelepas stres dan tidur adalah salah satunya!!!"
Kutarik tangannya agar dia bangun. Makin lama makin mengesalkan. Dia harus segera diceburkan pada realita yang kusimpan.
"Aku udah bujuk bunda sama ayah supaya ngijinin kita pergi ke bandung. Jadi cepetan mandi yang cepet dan bersih, baumu mengerikan"
"Kamu seriuskan? ini bukan halusinasi atau delusi?" tanyanya terkejut.
"Ini nyata. Ini hadiah ulang tahun kamu. Kita pergi ke Hellprint sekarang juga. Jadi, jangan pernah bilang aku gak peduli sama ulang tahun kamu lagi keorang - orang" jawabku.
"Makasih, makasih, makasih!!!" ucapnya sambil mendekapku.
"Udah sana mandi yang cepet" ucapku melepas pelukannya.
"Dalam lima menit" ucapnya seraya berlari kekamar mandi.
Akhirnya sampai juga kami di Stadion Angkasa - Lanud Sulaiman, Bandung. Setelah melewati wejangan bunda yang sangat panjang, kebut - kebutan bersama ayah sampai terminal bis, perjalanan naik bis selama lima jam karena macet, akhirnya tepat jam satu siang kami sampai disana. Kami tiba disambut antrian masuk yang sedikit panjang. Setelah selesai dengan urusan tiket langsung menuju Monster stage tempat Burgerkill, Deadsquad, Beside, Mesin tempur, Revenged the fate, Outright, Jasad, dan yang lain menampilkan distorsinya.
Kami berdua adalah penyuka musik undergroud. Dan acara seperti ini adalah seperti firdaus bagi kami. Karena datang siang kami hanya bisa jadi The Big Screen bukan Front Liner tapi bukan masalah selama ada musik yang terdengar Headbang masih bisa dilakukan.
"Itu, itu, itu!!! Burgerkill!!!!!!" Teriaknya histeris melihat band idolanya.
Melihat itu aku hanya bisa tersenyum dan ikut senang bisa melihat dia sebahagia itu. Bisa menonton langsung band idola memang menyenangkan dan luar biasa.
"Aku mau ketengah masuk ke circle, mau moshing!" Ucapnya sedikit berteriak.
"No. Bunda suruh aku bawa pulang kamu idup - idup. Bisa mati kamu kalo masuk kesana!!" Ucapku tak setuju.
Bisa jadi masalah kalau anaknya pulang dengan muka atau badan memar. Bunda akan sangat ultra maksimum mengamuk.
"Terus ngapain kita kesini?!" Tanyanya kesal.
"Kita nonton konser. Kalo kamu masuk ke circle terus nanti pasti pada bonyok! Bisa dibunuh bunda aku dan kamu kemungkinan dikurung dikamar sampe umur empat puluh tahun" ucapku melebih - lebihkan.
Dia hanya melengos tak menyahut. Membawa nama bunda memang cocok untuk meredam keinginannya yang sedikit berbahaya. Pada akhirnya dia tetap senang karena bisa menonton pengganti alm. Ivan "Scumbag", Vicky mono berteriak dari atas panggung.
"Abis Deadsquad manggung kita pulang" Ucapku ditengah alunan distorsinya Burgerkill.
"Tapikan belom nonton Outright sama Jasad. Terus nanti break maghrib ada undian BlackBerry" Ucapnya sedikit merengek.
"Bunda nyuruh jangan pulang tengah malem. Kita harus ngejar jadwal bis. Kita gak punya tempat nginep kalo harus nonton sampe beres" sekali lagi membawa bunda.
Dia kembali tak menyahut. Kasihan sebenarnya tapi mau bagaimana lagi, perkataan bunda adalah perintah.
Setelah Deadsquad tampil kamipun pulang. Perjalanan cukup lancar tak seperti tadi saat berangkat. Dia terlihat kelelahan tapi aku yakin dia bahagia hari ini.
"Kalo mau tidur, tidur aja. Nanti pas nyampe terminal aku bangunin"
Dia hanya mengangguk sambil menahan kantuk. Tak lama setelahnya dia sudah mulai mengembara dialam mimpi. Kuusap anak rambut yang menempel dijidatnya. Dia terlihat damai sekali pikirku. Ada guncangan karena jalan rusak, membuat tidurnya jadi sedikit terganggu. Kelapanya kemudian bersandar dibahuku. Tak apalah yang penting dia bisa tidur nyenyak.
Dia kubangunkan saat sudah sampai diterminal. Sudah cukup sepi saat kami sampai, hanya ada beberapa colt mini. Kami naik kesalah satunya dan melanjutkan perjalanan pulang. Kami harus berjalan sedikit karena angkot yang mengantar kami tidak menepati janji. Jadi kami berjalan sambil bercanda gurau menuju rumahnya.
Kami sampai dan aku ikut masuk dulu untuk meminta minum. Dan yang kutakutkanpun terjadi.
"Yah, bagaimana cara kita bilang ke si kaka kalau kita mau pindah? Bunda bingung mikirinnya dari kemarin" tanya bunda.
"Ayah juga bingung, bun" balas ayah.
Yang kutahu selanjutnya adalah dia terlihat pucat saat mendengar obrolan ayah dan bundanya.
"Aku gak mau pindah!!!!!!" Ucapnya seraya berlari kekamarnya meninggalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
We will meet again in 31536000 seconds.
Fiksi RemajaDebut pertamaku. Bersama mereka sedari gendongan. Bersenda gurau bersama, tertawa bersama, dan bahagia bersama. Ada fase hidup baru yang harus mereka hadapi. Apa mereka mampu?