Hujan

216 24 2
                                    

petang pukul lima
awan menangis lagi
entah pasal apa
yang alasannya segelintir manusia pun tak tahu mengapa

hari ini hujan begitu tenang
tak sama macam kemarin
mengguyur aspal begitu deras

dibarengi bunyi bising hiruk pikuk kota
dibawah bangkai halte yang sudah tua
kutatap bagaimana awan mencurahkan emosinya

mungkin  ia tengah bersusah hati; pikirku
mengingat kotaku telah ia guyur seharian ini
ah, atau mungkin aku salah
entahlah aku cuma mengira-ngira

pernah aku berangan ingin jadi hujan
karena ia turun tidak sia-sia
setidaknya itu jadi rahmat bagi makhluk semesta
kalaupun jadi bencana paling-paling karena manusia banyak ulahnya

saat petang dimusim penghujan
-AF-

Nadi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang