- 15 April 2041 -
Keesokan harinya, Cessa pun pergi ke Kafe Paris tempat mereka biasa berkumpul tepat pada pukul satu siang. Kafe tersebut tidak begitu besar, hanya saja bangunannya cukup tinggi. Kafe tersebut juga memiliki dinding bermotif batu bata dan dihiasi dengan tanaman menjalar buatan. Ditengah kafe tersebut, terdapat dinding dengan lukisan Menara Eiffel yang begitu realistis dengan matahari terbenam sebagai latar belakangnya. Cessa pun segera memasuki kafe tersebut dan melihat sekeliling.
Saat sedang melihat-lihat, seorang staff perempuan bertanya kepada Cessa. "Permisi mbak. Sudah reservasi meja sebelumnya?"
"Oh, sudah mbak. Meja atas nama Tim Ceraza di mana ya?" Jawab Cessa yang sedikit terkejut karena tiba-tiba perempuan tersebut bertanya.
"Meja atas nama Tim Ceraza hari ini berada di rooftop. Karena hari ini meja di bagian dalam sudah penuh." Jelas staff perempuan tersebut.
"Baik mbak. Terimakasih."
Cessa pun menaiki lift menuju lantai 4. Saat keluar dari lift, Cessa langsung melihat Arza dan Rasya. Ia pun segera berlari ke arah mereka.
"Yo!!" Seru Cessa saat sampai di meja mereka.
Rasya dan Arza yang sedang memperhatikan laptop pun melirik ke arah Cessa. "Eh Ces!! Duduk noh." Jawab Rasya sembari menunjuk kursi disebelahnya.
"Iya Ces, duduk sini." Ucap Arza. Kemudian Cessa pun duduk dan menaruh tas nya di kursi sebelah yang kosong.
"Jadi, kita ngapain nih?" Tanya Cessa.
"Kita mau ngebicarain paket perjalanan sama waktunya. Nih lu liat, ada beberapa pilihannya nih." Rasya membuka sebuah situs yang menawarkan paket perjalanan.
Mereka pun melihat-lihat beberapa paket perjalanan yang cocok. Setelah mempertimbangkan bersama-sama, mereka akhirnya memilih sebuah paket perjalanan yang pas. Kini tinggal memilih waktu yang tepat untuk pergi.
"Gimana nih? Enaknya kapan?" Rasya melirik ke arah Arza dan Cessa.
"Ces, mungkin lu ada ide." Saran Rasya.
"Gimana kalau tanggal 21? Kan pas tuh sama hari ulang tahun gua. Soalnya pas tanggal 29 gua harus ikut babak final turnamen bulutangkis." Jelas Cessa.
"Tunggu, kata lu apa?" Arza dan Rasya terlihat terkejut mendengar perkataan Cessa. "Lu masuk Final?!"
"Emm— iya. Hehehe." Cessa terlihat malu saat sahabat-sahabatnya tahu ia masuk.
"Kapan lu mulai ikut turnamennya? Kok lu gak bilang bilang? Kan kita jadi gak nonton." Canda Rasya sembari melipat kedua tangannya.
"Tanggal 7 kalo gak salah. Semi finalnya kemaren tanggal 14." Jelas Cessa kepada kedua sahabatnya.
"Tapi Ces, kok kayaknya jarak antar babak nya lama banget? Lu mulai tanggal 7, semi finalnya tanggal 14, dan finalnya tanggal 29?" Arza terlihat kebingungan dengan pertandingan tersebut bulutangkis tersebut.
"Wah gua kurang tau dah. Soalnya ini turnamennya diselenggarain sama perusahaan elektronik gitu. Bukan persatuan bulutangkis." Cessa pun nampak bingung dengan hal tersebut.
"Hm— hadiahnya apaan?" Tanya Rasya.
"Hadiahnya beasiswa gitu. Makanya gua tertarik." Cessa terlihat senang sekali saat mengatakan hadiah beasiswa tersebut.
"Wah, gila. Beasiswa cuy!! Semoga menang yak!" Arza pun mengepalkan tangan kanannya ke atas memberi semangat.
"Yoi, semangat ya!" Rasya pun ikut mengepalkan tangannya ke atas.
"Hehe— makasih ya Ras, Za." Cessa terlihat sedikit malu sekaligus excited.
"Oke, jadi kita berangkatnya tanggal 21?" Tanya Rasya.
"Oke." Balas Arza dan Cessa bersamaan. Rasya pun memilih tanggal 21 April 2041 dan menekan 'OK'.
Kemudian seorang pelayan wanita membawa tiga piring kentang panggang dan tigas gelas minuman coklat dingin. "Permisi mbak, mas. Ini pesanannya."
"Makasih mbak." Ucap Arza kepada pelayan tersebut.
"Makanan dan minuman buat perempuan kuat dan hebat, Cessa!" Rasya terlihat senang melihat pesanan untuk sahabatnya datang.
"Buset, kejutan lagi? Kalian punya berapa kejutan sih?" Cessa terkejut akan makanan dan minuman yang Arza dan Rasya belikan untuknya.
"Udah, pokoknya makan aja. Gua tau lu laper abis latihan." Ucap Rasya sembari mematikan laptopnya.
Mereka semua pun berbicara tentang berbagai macam hal. Suara tawa mereka terdengar sangat bahagia. Hingga akhirnya, Cessa teringat akan suatu hal.
"Eh, Gengz. Gua inget sesuatu." Ucap Cessa yang kemudian mrncari sesuatu di dalam tasnya.
"Apaan gengz." Arza dan Razya terlihat penasaran dengan apa yang Cessa ingin keluarkan.
Cessa pun menemukan sebuah benda yang dicarinya. Akan tetapi ia menahannya di dalam tas agar Arza dan Rasya tidak melihatnya. "Gua gak nyangka bakal nemu ini. Tapi gua jamin lu bakal kangen sama hal ini."
"Aduhhh— apaan dah? Kan lu tau gua kagak peka." Rasya pun mencoba mengintip isi tas Cessa. Sebelum Rasya sempat melihat isi tasnya,Cessa mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas nya. Arza dan Rasya yang kebingungan pun membuka kotak tersebut.
"Wah gila. Gua gak nyangka lu bakal nemu ini. Udah berapa tahun coba? gua aja sampe lupa kita pernah bikin ini." Arza terkejut dengan apa yang Cessa keluarkan.
Cessa, Arza, dan Rasya melihat-lihat puluhan foto masa kecil mereka. Momen-momen penting yang ingin mereka ulang. Masa-masa sebelum mereka sibuk bekerja. Tak terasa hari sudah mulai senja. Mereka pun pulang menaiki mobil Arza. Arza mengantar Rasya dan Cessa pulang ke rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN DREAM & FRIENDS
Short Story• A Sci-fi Themed Short Story • Hidup tak pernah lepas dari pilihan. Setiap hari, kita selalu dihadapkan dengan pilihan. Entah itu pilihan yang mudah, sampai sulit sekalipun. Hingga pada suatu hari, seorang perempuan bernama Cessa dihadapkan pada du...