Terkadang apa yang kau inginkan tidak selalu kau dapatkan. Dan apa yang kau dapatkan tidak selalu yang kau inginkan. Namun intinya, cukup terima dan kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih besar di lain waktu.
Banyak orang yang mengatakan bahwa cinta adalah anugerah. Mereka membangga-banggakan cinta sebagai sesuatu yang agung. Bahkan mereka rela mempertaruhkan nyawa mereka demi cinta. Orang juga berpendapat bahwa cinta tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, hanya dapat dirasakan saja. Katanya, cinta tidak akan pernah pergi dan akan tetap bersemayam di hati. Cinta pun senantiasa akan menjaga perasaan yang telah dipercayakan. Mereka yang saling mencintai pasti akan berusaha untuk mempertahankan kisah mereka dalam keadaan sesulit apapun itu.
Boleh jadi begitulah harapan yang ada di benak haikal sekarang.
***
Matahari kembali hadir, meninggalkan peraduannya tersenyum ceria menyapa bumi. Meninggi dan semakin meninggi bersamaan dengan bayangan fajar di ufuk timur yang bergegas sirna. Ku lirik jam di tangan ku yang telah menunjukkan pukul 07 :00, waktu ku hanya tersisa 30 menit lagi ku sempatkan untuk singgah di salah satu kedai kopi langgananku yang berada tidak jauh dari kantor ku untuk menikmati segelas kopi tubruk di pagi hari.
"Eh mas haikal selamat pagi" sapa pak naryo pemilik kedai kopi.
" iya selamat pagi pak, pak seperti biasa ya" sapaku balik.
"Ok mas kopi tubruk kan dengan sedikit gula" ujarnya seraya mengantarkan segelas kopi.
"Makasih pak"
Segera ku seruput kopiku, dan langsung berpamitan dengan pak naryo untuk manuju ke kantor.
"Selamat pagi mas haikal, mas di tunggu dengan pak ridho di ruang kerjanya" ujar mbak dita yang merupakan sekretaris pak ridho direktur dari perusahaan tempat ku bekerja.
"Iya mbak terima kasih"
Langkah kakiku kupercepat menelusuri setiap lorong yang menuju ke ruangan pak ridho.
Tok...tok...tok
"Masuk"suara pak ridho dari dalam ruangannya.
"Selamat pagi pak, apa bapak panggil saya"
"Oh kamu haikal silahkan duduk, iya saya tadi pesan sama dita untuk panggil kamu"
"Emangnya ada pak"tanyaku pada pak ridho.
"Jadi gini haikal perusahaan pusat yang berada di berlin meminta kepada seluruh cabang untuk mengirimkan dua karyawannya untuk magang selama tiga bulan di sana, jadi saya menugaskan kamu dan bunga untuk berangkat kesana, gimana kamu bisa?"
"Saya pak yang berangkat kesana"jawabku antusias, yang berarti aku bisa berjumpa kembali dengan zahra.
Sambil mengangguk kan kepalanya pak ridho tersenyum dan mengucapkan selamat kepadaku.
****
Pesawat boing yang membawa 214 penumpang terus melaju menembus awan, perhatianku alihka ke luar hamparan awan dan pemandangan eropa yang sangat eksotis membuatku terkagum-kagum.
" Dear passengers, soon we will land at schonrfeld International Airport berlin, the time difference between jakarta and berlin is 7 hour. We invite you to go back to your seats, straighten the back of the chair, close and lock the small tables that are still open in front of you, and tighten the seat belts. Eventually our entire crew of boing 737 aircraft under the leadership of captain achmad thanked us for flying with us, and see you later on another flight time. thanks"
Lamunanku yang sedang menikmati indahnya pemandangan dari langitnya eropa terhenti tatkala pemberitahuan bahwa pesawat akan melakuka pendaratan, masih belum menyangka bahwa aku kini telah di kota yang amat terkenal dengan sejarah peradabannya.
Pendaratan mulus aku dan bunga langsung menyusuri jalan keluar dari pintu kedatangan.
"Mana nih bunga yang jemput kita"tanyaku pada bunga sambil melihat-lihat ke para penjemput,
"Itu itu mas"sambil menunjukan pemuda yang memegang kertas nama muhammad haikal dan bunga from indonesia.
Ketika perjalanan menuju ke hotel tempat kami menginap ku buka tas ranselku seraya ku perhatikan foto zahra dan alamat zahra yang ku dapat dari rahmi sahabat zahra,
"lima tahun telah kita berpisah zahra, bagaimana keadaanmu sekarang, kini aku telah merasa terlalu dekat dengan mu walaupun kita belum bertemu"
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
titip rindu dari berlin
RomanceLembaran demi lembaran dibuka zahra, satu persatu kata yang terangkai manis di dalam buku kecil itu dia baca, perlahan, mengingatkan ia akan banyak hal, Senyum simpul di bibirnya tak mampu ia sembunyikan dari matahari yang menyambut pagi ini. Udara...