X🌱

1.3K 173 126
                                    




"Kim Jonghyun!"

Suara Jisung nyaring membelah udara, membuat beberapa kepala menoleh serempak. Termasuk Jonghyun, laki – laki yang dipanggilnya tadi. Wajahnya tenang, dengan dahi yang berkeringat karena Jonghyun sedang sibuk bekerja untuk persiapan festival.

Disanalah ketua panitia tersebut berada, diantara barang – barang dan orang yang berlalu lalang sibuk memasang ini dan itu. Jonghyun berdiri kokoh, tangannya penuh memegang palu dan temali, rencananya dia akan membantu memasang tenda stan di halaman. Tapi tadi Jihoon memanggilnya masuk karena dia butuh bantuan dengan tata letak pencahayaan panggung utama di dalam aula.

Besok festival akan berlangsung, untuk tiga hari kedepan.

Wajah Jonghyun datar, menunggu Jisung sampai ke depannya. Berbeda dengan kakak sepupu Minhyun tersebut yang memasang tampang menyeramkan, Jisung marah.

"Kau memang brengsek! Tidak kah kau punya hati? Anak itu perlu kamu sekarang", Jisung menyerang Jonghyun dengan rentetan kalimat.

"Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi dia menolak mengangkat telponku".

"Usaha lebih keras, telpon lebih sering, jangan menyerah".

"Aku hanya membantunya beristirahat, biar saja dia perlu tenang".

"Kau gila! Aku tiga hari ini menemaninya, dan dia terlihat buruk. Sikap acuh mu memperparah keadaan", Jisung mulai menaikkan suaranya lagi, dia jengkel setengah mati.

"Maaf, aku sibuk. Sampaikan maafku padanya", Jonghyun menatap Jisung dengan ekspresi sesal.

"Kau benar – benar sialan, kau tolol. Kalau anak itu berpikir buruk dan menganggap kalian usai kau mau apa hah?"

"Aku akan menghormati keputusannya, aku menyesal semua jadi rumit begini".

BUGH!

Jisung mengibaskan tangan kanan nya, baru saja dia menonjok rahang Jonghyun. Dia kesal setengah mati, bagaimana bisa Kim Jonghyun sedingin ini. Setelah menerima pesan minta putus dari Minhyun, bukannya menyambangi sang pacar dia, hanya menelpon.

Minhyun mengacuhkan telpon Jonghyun, yang sekali saja itu. Dan setelah itu Jonghyun tidak pernah sekalipun mencoba menelpon lagi. Jangankan menemui Minhyun, sebuah pesan pun tidak ia kirimkan pada adik sepupunya tersebut.

Bagaimana Jisung tahu? Karena dia bersama Minhyun saat itu, Jisung yang memeluk tubuh gemetar Minhyun dan menemaninya selama tiga hari kemarin.

Minhyun tak bergerak di apartemen nya, seperti mayat hidup, hanya menangis dalam kamarnya yang gelap. Jisung tidak berani meninggalkan Minhyun terlalu lama, dia takut melihat Minhyun seperti itu. Makanya dia memutuskan untuk menginap di apartemen sepupunya tersebut.

Minhyun tidak bercerita, tapi dari air mata dan potongan – potongan kata yang ia bisikan pada Jisung, kakak sepupunya itu bisa menyimpulkan.

Minhyun minta putus karena merasa hubungan mereka hanya sederet peristiwa salah paham yang sungkan diluruskan Jonghyun.

Hal tersebut sederhana, bisa di bereskan. Kalau saja Jonghyun mau menemui Minhyun dan memproklamirkan perasaan cintanya.

Tapi itu tidak terjadi.

Dan disinilah Jisung, melemparkan sumpah serapah pada Jonghyun karena laki – laki tersebut bersikap dingin dan kejam. Dengan sikap Jonghyun yang seperti ini, malah memberi tanda bahwa yang Minhyun ragukan itu benar.

Benarkah? Benarkah Jonghyun sebenarnya tidak menyukai adik sepupunya?

Ah persetan! Yang jelas Jonghyun salah, apapun itu, yang salah Jonghyun.

1,969 INCH [BXB][18+][2HYUN][NU'EST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang