Dena yang bimbang

62 1 0
                                    

Betapa senangnya saat Dena mulai mendekatiku.Sampai saat ini,aku masih menikmati momen itu.Seakan tak terlekang oleh waktu,walau aku tak tahu.Apa sekarang ,Dena masih merasakannya ?.

Tapi setelah dua minggu ia mendekatiku,mulai ada yang berubah.

Dia menjadi lama membalas pesan,bahkan harus menelepon berkali kali untuk diangkatnya.

Awalnya aku menyangka dia sedang sibuk dengan tugas sekolah,tapi aku juga memiliki tugas sekolah.Dan tentu saja banyak dan menguras tenaga dan pikiran.

Tapi aku masih bisa menghubungi Dena,bahkan aku langsung balas.

"Lagi mikirin apa Syib ?" tanya Rizal yang mengkagetkanku.

Karena aku sedang duduk di teras mesjid sekolah.

"Tidak ,aku hanya sedang melihat langit saja" jawabku.

"Langit kan masih warna biru" kata rizal sambil menunjuk ke arah langit.

"Memang" kataku.

Rizal pun melihatku.

''Tapi terkadang ia terlihat gelap , bukan karena malam tapi karena awan tebal menghalangi cahaya matahari itu masuk" kataku sambil menghela napas.

Rizal pun tertawa.

"Puitis sekali kau , kurasa Dena akan menyukaimu" kata Rizal.

Huh ? Dena ? Padahal aku tidak secara langsung membicarakan dia.

"Sudahlah Syib,aku tau...perasaanmu tak akan semudah itu menghilang"

Aku hanya terdiam saja.

"Aku tau kau tidak sejahat diriku dalam urusan wanita ,bahkan aku sudah bilang pada Dena"

Belum Rizal membereskannya,aku menyelenya.

"Bilang apa ???" kataku dengan spontan.

"Tuh kan,sudah kuduga kau masih mengharapkan Dena" sambil tertawa.

"Jadi kau hanya memancingku saja" kataku sambil menghela napas.

"Hahaha,tenang tenang Syib ,aku serius ko" Rizal tidak ingin aku marah.

"Oke , lalu apa yang kau bicarakan ?"

"Aku bilang Terima saja Asyib,dia orang baik"

"Lalu apa kata Dena ?" aku penasaran.

"Karena itu lewat pesan singkat ,jadinya aku tak tau ekspresi dia, dia hanya bilang " Aku ingin melihat kedepan,aku hanya masa lalu dan Nina masa depanmu" sambil berkaca kaca ,aku tau karena aku melihat mata Rizal.

Aku juga ikut terharu mendengar cerita itu.

"Rasanya kau pernah bilang begitu ,apa ini Dejavu ?" tanyaku.

"Mungkin hahaha" Rizal kembali tertawa.

Didalam kegundahan hati, Tuhan mengirimkan aku Sahabat untuk menenangkan hati ini.Walau terkadang aku suka ribut dengannya.Tapi terima kasih zal.

Esoknya pesan singkatku ,belum juga dibalas oleh Dena.Seakan seperti dulu lagi ,yang harus menunggu berhari hari untuk menunggu balasan Dena.

Aku mencoba mengerti,mungkin kemarin Dena hanya meminta maaf saja.Tapi aku terlalu terbawa suasana,jadinya aku merasa seperti Dena mendekatiku.

Mungkin itu hanya perasaanku yang berlebih saja.Sudahlah , aku mempunyai pikiran lain selain Dena.

Kelas,organisasi dan para teman temanku.Aku ingin menyampingkan pikiranku kepada Dena.Dan anehnya aku sama sekali tak bertemu dengannya.Padahal saat aku tanya pada Day,katanya Dena masuk.

Entahlah,mungkin Tuhan sedang menjauhkan kami.Demi merefleshkan pikiran ,kelasku menantang kelas Day untuk futsal.

Dan tentu saja , hanya para laki laki yang ikut.Perempuan tidak ingin ikut,karena mereka tidak ingin pulang terlalu sore.

Kami pun futsal di daerah kota cimahi , di kelasku hanya enam orang yang ikut.Empat temanku lainnya tidak ikut ,dengan alasan tidak bisa main bola.Padahal aku saja tidak terlalu jago memainkan bola.

Aku sebagai pemain bertahan
Hamdan sebagai kiper
Lesmana sebagai sayap kanan
Hakim sebagai sayap kiri
Rizal sebagai penyerang
Ramdan juga sebagai penyerang.

Kami tidak memiliki pemain cadangan,sedangkan dari kelas Day memiliki pemain cadangan.

Tapi itu tidak membuat kami patah semangat,kami bahkan berapi-api.

"Oke sebelum kita main,mari kita berdoa terlebih dulu" kataku pada semuanya.

Kami pun berdoa , dan permainan pun dimulai.

Selama satu jam dan 3 babak,kami pun seri.Dan mau tak mau kita harus melakukan finalty.

"Hamdan ,kamu harus berhati hati,jangan sampai ada bola yang lolos !" kataku.

"Ga asik" jawab hamdan.

"Oke aku pilih Ramdan dan Rizal sebagai penentu finalty ini" kataku.

"Aku juga mainnya bagus Syib !" lesmana protes.

"Ga jelas si Asyib mah" kata hakim sambil menggaruk garuk kepala.

"Tenang Syib,aku ga akan kecewain kamu" kata ramdan.

"Serahkan saja sama Oman alyas Rizal" sambil menunjuk mukanya sendiri.

"Oke aku serahkan pada kalian" kataku sambil menepuk pundak mereka berdua.

"Udah siap Syib ?" kata Day.

"Kelasku tidak akan kalah" kataku.

Finalty pun dimulai, Ramdan berhasil menangkap tendangan dari Day dan Senil.

Sedangkan kiper dari kelas Day yaitu ilyad , tak bisa menangkap tendangan Ramdan dan Rizal.Kelas Day bisa bertahan saat main ,karena mereka memiliki pemain bertahan yang bagus.Sedangkan kelemahan mereka ada di kiper.

Dan sudah kuduga,tim kami yang memenangkan pertandingan ini.

"Alhamdulillah, kelas kita memang juara !!" kataku sambil merangkul mereka semua.

"Kita sudah meremehkan kelas Asyib kawan" kata Day pada timnya.

Setelah permainan selesai,kami semua bersalaman.Tanpa ada yang memiliki dendam dihati kami.

Dan saat aku baru sampai di rumah,hpku bergetar.

"Huh pasti ini dari Day ! Dia pasti ngajak duel lagi nih" kataku pada diri sendiri.

Dan ketika aku lihat Hpku,itu bukan dari Day.

Tapi dari Dena !!!!!

Asyib dan Dena (Ketika Cinta Dimanipulasi) - Sudah Terbit !!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang