Sial! Jakarta! Apa perlu Ersya pergi ke sekolah menggunakan jet pribadi milik Princes Syahrini? Lalu mau sampai kapan Ersya harus berganti-ganti kendaraan setiap hari hanya untuk menghindari macet di jalanan Ibukota? Oh Lord, tolonglah kami para siswa-siswi yang lebih memilih absen ketimbang terlambat hanya demi menghindari pak Arya. Yah, pak Arya merupakan seribu alasan kami mengapa lebih memilih tidak masuk sekolah daripada harus di hukum dengan cara yang begitu menyiksa dan memalukan. Dua minggu yang lalu salah satu anak IPA 2 bernama Bara mendapatkan hukuman dari pak Arya karena terlambat masuk sekolah, ia di hukum dengan cara yang begitu menjijikan. Bagaimana tidak? Bara sibuk hilir mudik kemari hanya demi mengisi air ke dalam cangkir dengan menggunakan mulutnya, bayangkan saja bibir Bara yang tipis nan memesona itu harus membendung kumpulan air yang tertahan di dalam mulutnya. Kemudian jika air di dalam cangkir sudah terisi penuh, pak Arya memerintah Bara untuk membasuh wajahnya dengan menggunakan air tersebut. Damn! Itu benar-benar sangat buruk. Air itu pasti sudah terkontaminasi dengan air liurnya, belum lagi aroma dari air tersebut. Ya Tuhan itu pasti aroma yang sudah tidak lagi dikatakan sedap.
Beberapa menit kemudian setelah melewati perjalanan yang cukup panjang demi menuju ke sekolah, Ersya pun akhirnya tiba. Nampak pak Satpam hendak menutup gerbang depan namun dengan gesit Ersya menerobos masuk ke dalam.
"Atuh Neng, untung belum saya kunci," gerutu Satpam tersebut.
"Makasih pak," Ersya menoleh ke arah pak Satpam sembari berlari menuju kelasnya.
Ersya berlari dengan begitu cepat sampai-sampai suara nafasnya terdengar begitu terengah-engah, terlihat dari kejauhan salah satu guru Ersya tengah memasuki ruang kelasnya.
"Mampus gue! Bu Ina sudah masuk kelas," suara nafas Ersya semakin terdengar cukup keras dan tiba-tiba, Bruuuuukkkk...... Ersya menabrak sebuah pintu kelas yang tengah di buka oleh salah satu siswa dari kelas lain bernama Celline. Pada saat itu juga tubuh Ersya tersungkur hingga membuat kepalanya terasa begitu pusing.
"Aduuuuuhhhh, sial kalau buka pintu tuh hati-hati dong!" Ersya nampak kesal sembari mengusap-usap kepalanya yang kesakitan.
"Sorry.. sorry.. gue gak sengaja, sini gue bantu," Celline panik kemudian membantu Ersya untuk segera bangkit dari lantai.
"Hahahahaha hati-hati non kalau jalan," terdengar suara tawa beserta ejekan anak-anak dari dalam kelas tersebut.
"Aaah berisik lo!" Kemudian Ersya kembali menuju kelasnya, kali ini ia tidak berlari. Mungkin karena kejadian tadi yang membuat Ersya memutuskan untuk berjalan kaki menuju kelasnya.
Satu langkah, dua langkah, hingga beberapa langkah akhirnya Ersya tiba di kelas. Tokk... Tookk.. Tokkk... Ersya mengetuk pintu kelas dengan harapan ia diperbolehkan masuk mengikuti mata pelajaran.
"Permisi bu, maaf saya terlambat," ujar Ersya dengan nada ringan. Sementara bu Ina memandang Ersya dengan wajah ketusnya, ia pasti akan melontarkan pertanyaan yang sudah tidak asing lagi bagi para siswa yang terlambat.
"Kenapa kamu terlambat? Terus kenapa itu jidat kamu memar begitu?" suara ketus bu Ina mulai terdengar, benar saja dugaan gue dia pasti menanyakan hal itu.
"Maaf bu tadi saya kejebak macet dan tadi saya sedikit terbentur" jawab Ersya.
"Macet macet, alasan! Yasudah duduk sana!" bu Ina menyuruh Ersya duduk sembari berpaling dari wajah Ersya.
"Terimakasih bu," Ersya bernafas lega karena ia berhasil lolos dari hukuman bu Ina walaupun ia sempat di interogasi dengan beberapa pertanyaan yang menggunakan nada ketus dari guru fisika tersebut.
Ersya kemudian duduk menaruh tas di kursinya dan mengeluarkan buku fisika beserta alat tulis lainnya.
"Sya, lo baik-baik aja kan? Itu jidat lo memar gitu," ujar Nayla teman sebangku Ersya.
"Iya, gue baik-baik aja kok. Hanya sedikit pusing," wajah Ersya sedikit ditekuk mungkin karena kepalanya masih terasa begitu sakit akibat benturan tadi.
"Oh iya, tadi pagi Dion kesini nyariin lo. Terus gue bilang lo belum dateng dan dia titipin ini ke gue," Nayla memberikan sebuah bingkisan kecil yang dititipkan Dion untuk Ersya.
"Umm makasih yah Nay," Ersya memasukkan bingkisan itu ke dalam kolong mejanya. Kemudian mereka berdua pun mulai fokus untuk belajar dan memerhatikan penjelasan yang disampaikan oleh bu Ina.
***
Beberapa jam kemudian mata pelajaran mulai berlalu, Kriing.... Kring... Kriing... bel istirahat berbunyi. Terlihat Dion sudah menunggu di depan kelas sembari tersenyum ke arah Ersya, namun Ersya tidak mengetahui keberadaan Dion karena ia sedang sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas beserta bingkisan yang diberikan Dion kepadanya.
"Sya, lo udah di tungguin tuh," seru Nayla menyenggol bahu Ersya.
"Hah? Siapa?" Ersya bertanya lalu melirik ke arah pintu.
"Ooohh Dion," sambung Ersya sembari melanjutkan aktifitasnya.
"Gue duluan yah Sya, gue gak mau jadi orang ketiga soalnya nanti gue di kira ...... hehe," sebelum Nayla melanjutkan kalimatnya, Ersya sudah memotongnya terlebih dahulu.
"SETAN?" ucap Ersya.
"Sialan lo ngomong setan tapi liriknya ke gue," Nayla tertawa kemudian berusaha menggelitiki tubuh Ersya.
"Aaahh geli Nay, stop stopped!" Ersya berteriak kegelian,
"Awas yah gue bales jangan lari," sambung Ersya sembari berusaha bangkit dari tempat duduk untuk mengejar Nayla, namun ketika Nayla hendak berlari ia menabrak Dinar yang sedang membawa sebotol minuman yang kemudian tumpah ke seluruh pakaiannya.
"AAHH SHITTT!!!" Nayla berteriak kesal,
"Hahahaha mampus lo rasain, kena batunya kan hahaha," Ersya tertawa penuh kemenangan.
"Sorry gue gak sengaja, lagian lo yang nabrak gue duluan," ujar Dinar menunjukkan wajah tak bersalah.
"Ah basi lo," Nayla pergi menuju toilet untuk membersihkan diri.
"Woy Nay, mau kemana lo?" tanya Ersya.
"Berisik," jawab Nayla melanjutkan niatnya.
Setelah Nayla keluar kelas, Dion datang menghampiri Ersya. Sebut saja namanya Dion Wardhana, ia adalah kekasih Ersya. Hubungan mereka sudah terbilang cukup lama yakni sekitar hampir dua tahun, karena sifat mereka yang saling memahami satu sama lain membuat hubungan mereka terbilang awet. Dion juga sudah lama mengetahui kabar berita tentang sahabat Ersya yaitu Koko yang hampir dua tahun menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, beberapa kali Dion menemani Ersya mencari dimana keberadaan Koko namun hasilnya tetap saja kosong dan anehnya saudara-saudara terdekat Koko juga tidak mengetahui dimana keberadaan keluarga Koko selama ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak yah dengan terus Vote dan Coment ^_^
Terimakasih untuk tidak menjadi silent readers ^_^
YOU ARE READING
LOSING
Teen Fiction(SLOW UPDATE) Cerita ini mengisahkan tentang dua orang sahabat bernama Ersya dan Koko, keduanya berteman semasa kecil hingga sama-sama tumbuh dewasa. Akan tetapi ketika menginjak dewasa, persahabat mereka mulai memudar. Hal itu bukan disebabkan oleh...