Pertemuan

124 23 2
                                    

Jungkook menyesali apa yang baru saja ia perbuat. Cairan antiseptik itu kini menyapu kulit lengannya yang tergores. Rasa sakit tiba-tiba menyapa sarafnya lantas dengan segera menyalur pada otak yang berakhir membuat liki-laki itu meringis. Jika saja ia bangun lebih pagi, jika saja ia berangkat lebih awal ia tidak akan berakhir di ruang kesehatan ini.

Prosesi membersihkan luka telah selesai, kini laki-laki itu menuangkan beberapa tetes obat merah pada lukanya lantas menutup luka itu dengan plester. Jungkook beranjak dari tempat tidur, berterimakasih dan berpamitan kepada penjaga ruang kesehatan. Laki-laki itu menuju tempat parkir, mangambil tas yang tadi tidak sempat ia bawa. Pikirannya menjelajah, menayangkan kembali adegan satu tahun lalu. Saat ia bertemu gadis itu, gadis di ruang kesehatan tadi. Jungkook sengaja tidak menyapa, bukan, bukan karena tidak mengenalnya hanya saja gadis tadi terlihat begitu tenang yang berakhir membuat Jungkook tenggelam dalam tatapan.

Tidak terlalu buruk, batin Jungkook. Selama beberapa hari kedepan ia memiliki hal yang bisa membantunya melupakan masalah yang sedang ia alami, sebuah pelarian sementara.

-

Jungkook tersenyum manis, begitu manis setara dengan manisnya gula-gula kesukaan anak-anak, atau mungkin lebih manis. Satu hal yang ia ketahui saat menjadi murid baru adalah, jangan pernah terlihat angkuh. Bersikaplah semanis mungkin. Meskipun senyuman manisnya berakhir hampir membuat seluruh gadis di kelas itu kehabisan napas.

Jungkook milih duduk bersama seseorang ber-nametag Taehyung. Sebenarnya ia memiliki dua pilihan. Sebangku dengan Taehyung ini atau sendirian diujung kelas. Membuat pertemanan sepertinya lebih baik. Dia anak baru, ingat, ia perlu mengetahui banyak informasi tentang sekolah ini.

"Jeon Jungkook," Jungkook menyalurkan tangannya "salam kenal" tetap dengan senyum manisnya.

"Taehyung." Jawabnya diselingi dengan anggukan, "keluarkan bukumu dan menghadaplah ke papan, jika kau tidak ingin berakhir berdiri didepan kelas hingga bel pulang berbunyi."

Jungkook menurut, kesan siswa pembangkang tidak ingin ia dapatkan secepat ini. Yah toh nanti akhirnya ia akan mulai berulah, tapi kesan buruk dipertemuuan pertama sangat tidak keren. Sekarang ia akan memilih menjadi siswa baru yang baik nan manis. Mungkin hanya sampai bel sekolah nanti.

-

Entah sudah berapa kali Jungkook mendengus kesal. Menunggu adalah salah satu dari banyak hal yang ia benci. Pandangannya mengedar keseluruh sudut, mencari-cari hal menarik yang mungkin bisa menurunkan tingkat kebosanannya.

Pandangan itu terkunci pada sesosok gadis. Seorang gadis mungil cantik dengan senyum manis yang sedang merekah indah. Gadis itu sedang menenteng sesuatu, sesuatu yang berhasil menarik atensi Jungkook sepenuhnya. Sebuah lukisan. Lukisan sebuah pemandangan pedesaan yang berisikan gambar orang-orang yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Hati laki-laki itu seperti terhujam oleh seribu anak panah. Tak ingin merasakan sakit yang semakin parah, Jungkook memilih mengalihkan pandangannya. Kali ini pada anak kucing yangbaru saja lewat, yang diikuti oleh sesosok yang familiar.

Sial.

Jika saja Jungkook tidak sedang menunggu sekarang, laki-laki itu sudah dipastikan langsung meluncur mengejar. Sayangnya keinginan Jungkook harus menunggu beberapa saat lagi untuk dapat direalisasikan.

-

"Hai!" yang merasa dipanggil menoleh. Mengernyit sekilas lantas membelalakkan matanya.

"Dari ekspresimu sepertinya kau masih mengenaliku." Jungkook mendekat menuju lawan bicaranya.

Sebenarnya Yein tidak sekaget itu. Sejak di ruang kesehatan tadi ia sudah tahu, ia hanya tidak menyangka akan bertemu secepat ini.

"Apa kau tidak merasa dejavu?" Jungkook terus memimpin pembicaraan.

"Sejak kapan?"

"Apanya? Sejak kapan aku membuntutimu? Sejak kapan aku bersekolah disini?"

"Dua-duanya." Jawab Yein singkat, kendati memang gadis itu penasaran akan keduanya.

"Baru saja." Jawab Jungkook tak kalah singkat, meski satu jawaban itu memang menjawab keduan pertanyaan sekaligus.

"Apa kabar kucingmu?"

Yein tersenyum kecut mengingat kucing itu hilang entah kemana. Menjawab pertanyaan Jungkook dengan keheningan.

Ngomong-ngomong soal kucing, kucing yang baru saja Yein ikuti juga ikut menghilang. Atensi Yein yang sepenuhnya mengikuti kucing tadi seketika buyar saat Jungkook tiba-tiba memanggil.

Putus asa, Yein memilih untuk pulang. Membiarkan laki-laki tadi mengikutinya.

Sunyi.

Baik Yein maupun Jungkook tidak ada yang membuka pembicaraan. Memang sih, keduanya bisa dibilang bukan teman. Mereka hanya dua sosok manusia yang secara tidak sengaja bertemu, lalu berpisah dan kini bertemu kembali.

Memang apa yang mau dibicarakan?

"Mau kemana?" Jungkook mengawali.

"Pulang."

"Mau ku antar?"

"Tidak terima kasih."

Seenyuman tipis menghiasi wajah Jungkook. Salah satu dari banyak hal yang Jungkook benci selain menuggu tadi adalah seseorang yang tidak bersahabat. Baru kali ini ia menemui seseorang yang tingkat ke-tidak-bersahabatan-nya setinggi ini, dan baru kali ini pula ia tertantang untuk menaklukkannya. Gadis itu. Dengan seluruh ke-tidak-bersahabatan-nya.

"Baiklah jika kau tidak mau, aku tidak memaksa." Ia menghentikan langkahnya setelah sedaritadi ia terus mengikuti langkah kaki gadis itu, gadis itu lantas terlihat sedang memasuki mobil  "senang bertemu denganmu, kuharap kita bisa berteman. Sampai bertemu besok." Lanjut Jungkook sedikit meninggi, memastikan agar gadis itu dengar kendati jarak keduanya semakin menjauh.


*PS : saya update lagi, hehe. Mungkin sebagai bentuk permintaan maaf karena saya sudah menganggurkan ff ini sejak lama sekali.

As always, sorry for typo yang bertebaran, sorry for cerita yang gak kece :') dan sorry atas penyampaian yang juga gak kece T.T

REMINISCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang