Pecah

39 8 5
                                    

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Berita baiknya, Yein melewati hari-harinya tanpa masalah. Sujeong sudah tidak pernah menyinggung hubungannya dengan Jungkook. Ia dan Jungkook juga masih berteman baik.

Iya, hubungan mereka hanya sebatas pertemanan. Karena itu Yein masih menutupinya dari Sujeong.

Toh, hanya sebatas teman dan aku baik-baik saja.

Begitu pembelaan Yein.

Jungkook sangat sering bermain ke rumah Yein, menjemput gadis itu dan membawanya ke danau biasanya. Memberi makan ikan atau burung yang ada disana. Terkadang juga mereka berdua berkeliling kota, menggunakan motor Jungkook. Jika tidak, mereka menghabiskan waktu nonton bioskop bersama, atau mencoba menu baru di beberapa restoran.

Tapi tetap, mereka hanya berteman.

Baik Yein ataupun Jungkook, keduanya tidak pernah memulai pembahasan tentang status hubungan mereka.

Sekali lagi, toh Yein nyaman-nyaman saja.

Lebih baik diam, daripada mengusik hal tersebut dan malah membuat hubungan mereka canggung.

Saat ini liburan musim dingin. Semester depan adalah semester terakhir Yein di bangku sekolah menengah atas. Karena itu banyak siswa senior yang menghabiskan waktu belajar diperpustakaan kota, untuk persiapan ujian masuk ke universitas. Begitu pula Yein dan Sujeong.

Mereka sepakat untuk berangkat dari rumah masing-masing, mengingat sebelum bertemu Yein, Sujeong bertemu dengan Taehyung terlebih dulu.

Yein turun dari bus, membenahi syal abu-abu yang menutupi lehernya. Udara cukup dingin akhir-akhir ini.

Musim dingin kali ini sedikit berbeda, lebih dingin tepatnya. Jika biasanya suhu terendah musim dingin mencapai 1°C kemarin suhu udara berada pada -2°C dan hari ini mencapai 0°C.

Yein melangkahkan kakinya mantap menuju perpustakaan kota yang jaraknya kurang lebih 200m dari halte. Dalam perjalanan, sekilas, gadis itu melihat sesuatu yang familiar melintasinya dengan cepat.

Mungkin hanya mirip.

Ucap gadis itu dalam hati.

Yein menangkap sesosok gadis yang sudah sedaritadi ia tunggu. Gadis itu berjalan mendekatinya dengan senyum merekah.

"Sudah lama menunggu?"

Yein hanya menggeleng sebagai jawaban. "Teahyung mana?"

"Aku suruh pulang," Sujeong sibuk melepas mantel hangat ga "kan aku mau berdua denganmu saja"

"Hari ini mau belajar apa?"

"Pengetahuan umum? Bagaimana?"

"Baiklah, aku pergi mencari buku dulu"

Sujeong menarik tangan Yein sebelum gadis itu benar-benar pergi, menyodorkan ponsel miliknya.

"Nanti kau tersesat, haha" Ucapnya jail.

Yein hanya memutar bola matanya dengan ekspresi datar yang menghiasi.

Memang sih, perpustakaan kota ini cukup besar. Tapi kan Yein tidak se-parah itu sampai bisa tersesat karena mencari buku

"Iya iya" Yein menarik ponselnya dari genggaman Sujeong, memasukkannya ke dalam saku.

Seperti perpustakaan yang lain, ada banyak sekali rak buku yang tertata rapi mengusung hampir seluruh gedung perpustakaan ini. Area lain dikhususkan untuk membaca buku, berisi bangku-bangku dan meja-meja.

Tujuan Yein cukup jatuh dari area khusus membaca, tempatnya tadi menunggu Sujeong. Rak buku khusus pengetahuan umum berada di paling ujung ruangan.

Gadis itu berjalan secara perlahan sembari mengamati kegiatan orang lain disekitarnya. Tidak berselang lama Ia sampai.

Tagannya menelusuri buku-buku yang tertata rapi dirak, hingga berhenti pada satu titik karena ia mendengar sesuatu.

Desahan nafas yang memburu.

Yein paham betul suara itu berasal dari kegiatan apa.

Dengan sangat berhati-hati Yein menggapai buku pilihannya yang berada di rak cukup tinggi. Sayangnya, mau bagaimanapun Yein mencoba tetap tangannya tidak pernah mencapai buku tersebut. Terpaksa, Yein harus berjinjit

Dengan satu tangan bertumpu pada rak buku, Yein mulai menjinjitkan kakinya. Hal tersebut membuat penglihatannya lebih leluasa melihat sisi di seberang rak buku ini.

Degh

Gadis itu terdiam cukup lama.

Otaknya membutuhkan lebih banyak waktu untuk memproses apa yang bari saja Ia lihat.

Buku itu sudah ditangan Yein daripada tadi, tapi Yein masih enggan beranjak. Tubuhnya terlalu lemah, nafasnya tidak teratur, dadanya sangat sesak.

Bukankah itu Jungkook.

Yein seharusnya mengkonfirmasi apa yang baru saja Ia lihat. Namun apa daya, ia seperti menjadi patung. Tidak bisa bergerak, bukan, tidak ingin lebih tepatnya. Ia terlalu takut.

Takut jika dugaannya benar.

Suara deruan nafas dua insan itu semakin tidak teratur. Menandakan betapa mereka larut dalam adegan yang memang menarik seluruh atensi si'pelaku'.

Yein sudah berada pada kesadaran penuh. Ia meyakinkan diri untuk mengkonfirmasi apa yang baru saja ia lihat.

Lagi, Yein memegang rak buku kuat-kuat untuk menumpukuan badannya. Barang kali tiba-tiba kakinya terlalu lemas, Ia masih bisa bertumpu pada kedua tangannya. Setelah itu, Ia menjinjit.

Benar.

Jungkook itu berengsek.

Lantas mengapa?

Memangnya Yein siapa?

Apa kuasanya melarang Jungkook mencium gadis lain?

Yein hanya tersenyum getir, setetes air mata menjatuhi pipinya.

Ia berjalan lunglai menuju Sujeong, mengusap air mata dengan punggung tangannya.

Aku tidak peduli.

Yein meyakinkan diri.

Yein sangat lelah, tenaganya hanya tersisa untuk berjalan menuju halte sekarang. Setelah tadi terkuras habis untuk memahami materi ujian juga memasang topeng 'aku baik-baik saja' di depan Sujeong.

Sujeong dan Yein kini sedang dalam perjalanan menuju halte. Sayangnya, jarak perpustakaan kota dan halte cukup jauh, dua ratus meter, melewati parkir motor dan gerbang perpustakaan.

"Bukannya itu Jungkook?" Sujeong berhenti sebentar "nah kan, si pembuat onar. Untung kau sudah ku suruh jauh-jauh sejak dulu, masa' ciuman di tempat terbuka gini" raut muka Sujeong jelas sangat tidak nyaman.

Sujeong buru-buru menarik lengan Yein, menjauh dari adegan yang kurang beretika tadi.

Rasanya Yein sungguh ingin memejamkan mata dan langsung berbaring, atau pingsan saja kalau bisa. Sesak di dadanya datang lagi, lebih parah dari sebelumnya. Matanya sudah penuh dengan genangan air.

Tidak bisa, Yein tidak boleh menangis.

Sujeong jelas akan sangat khawatir jika tiba-tiba Ia menangis.

"Sujeong-ah, jalannya pelan-pelan saja," Yein menarik lengan Sujeong agar gadis itu mengikuti langkah kakinya "aku lelah sekali."

Sungguh, energi Yein sudah terkuras habis. Tapi Ia masih harus mengeluarkannya lagi untuk tetap terlihat 'baik-baik saja' di depan Sujeong.

Brengsek.

Yein terlanjur membenci.

//hi, hello, anyeong. Mas Jeka bar bar hahahaha gak tahu tempat. Btw, happy reading :) sorry atas typo-nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REMINISCENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang