05

1.9K 214 0
                                    

[ Jimin ]
05

•••

Sudah terhitung seminggu, sejak pertemuan Eunhwa dan Jimin didepan gedung fakultas Eunhwa sendiri. Gadis itu meminta Jimin untuk membiarkan nya beberapa hari, namun faktanya sudah seminggu untuk sekarang ini.

Pesan dari Jimin tidak pernah absen seperti biasa. Akan tetapi, pesan nya tidak seramai yang biasanya. Jika biasanya bila Eunhwa tidak membalas pesan-pesan lelaki itu, lelaki itu pasti akan menelpon nya segera mengatakan kalau dia khawatir.

Berbeda dengan sekarang, jika ia tidak membalas pesan lelaki itu, lelaki itu hanya akan cuek dan membiarkan pesannya tidak dibalas.

Jujur saja, Eunhwa merasa sepi jika seperti ini terus.

"Nih. Titipanmu." Hera memberi sebotol ice tea padanya, yang diterima gadis itu.

Hera duduk dibangku taman yang kosong tepat sebelah Eunhwa. Ia memerhatikan seksama raut wajah sahabatnya yang datar seperti biasa, namun kini tanpa hasrat sedikit pun didalamnya.

Ia menghela nafas perlahan, mengetahui penyebabnya.

"Hubungi dia. Atau kau kunjungi dia. Katakan bahwa kau merindukannya." Bilang Hera, yang didapati tolehan spontan dari Eunhwa.

Gadis itu dengan cepat menggeleng tidak mau, mendengar ucapan Hera.

"Aku tidak merindukannya." Sanggah Eunhwa.

Alis Hera terangkat sebelah."oh ya?"

"Yah seperti itulah." Eunhwa menganggukkan kepalanya, meminum segera ice tea setelah membuka tutup botolnya.

"Eunhwa yang kukenal tidak berubah. Mengutamakan harga diri dibanding untuk mengalah." Hera berucap sebelum ia ikut meminum air nya yang hampir habis.

Eunhwa mendengar itu tersenyum miring."apa harga diriku terlalu tinggi?" Tanyanya, yang Hera mengangguk tanpa ragu.

"Bahkan untuk kekasihmu." Imbuh Hera singkat, beranjak dari duduknya menuju tong sampah terdekat guna membuat botol air nya yang sudah habis.

Eunhwa diam karnanya.

•••

"Baiklah, kelas kita akhiri sampai disini." Ujar sang dosen pria tidak tua juga muda itu, menutup kelas untuk hari ini.

"Kamsahamnida!" Seru mahasiswa yang diajarnya serentak.

Eunhwa merenggangkan tubuhnya, merasakan tulang-tulang punggung bahkan pinggulnya hampir retak karna duduk tegap terlalu lama.

Ia menutup buku catatan nya, dan memasukkan pena nya kedalam dompet atk nya. Ia menoleh kearah Hera disebelahnya, yang tengah mengemasi barang-barang nya juga.

"Ya. Hera." Panggil Eunhwa, dengan segera Hera menolehkan kepalanya menatap tanda tanya.

"Apa setelah ini kau langsung pulang?" Tanya Eunhwa, entah mengapa dimata Hera gadis itu terlihat bersemangat.

"Hmm..mungkin?" Jawabnya ragu, lantas balik bertanya,"Wae?"

Eunhwa mengangguk kecil, lalu tersenyum tipis kepada gadis itu."begini..sudah lama kita tidak makan bersama. Bagaimana kalau—" baru saja Eunhwa hendak mengajak Hera untuk makan bersama, bunyi ponsel Eunhwa menginterupsi keduanya membuat perhatian keduanya kini tertuju pada layar ponsel yang hidup diatas meja itu.

"Nugu? Angkatlah." Suruh Hera melirik kearah ponsel Eunhwa.

Eunhwa menghela nafasnya pelan, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja.

"Ibu Jimin? Kenapa beliau menelpon?" Ucap Eunhwa bertanya, menatap bingun kearah ponselnya yang masih tertera nama ibu Jimin menghubungi.

Eunhwa menoleh kearah Hera, dan Hera pun segera memberi kode pada gadis itu untuk mengangkatnya. Tidak butuh waktu lama, Eunhwa langsung menjawab panggilan dari ibu Jimin.

"Halo?"

"Eoh..Eunhwa-ya..bisakah kau kemari?" Tanya ibu Jimin diseberang sana, terselip nada khawatir saat ia bertanya pada Eunhwa.

"Ada apa Eomma?" Tanya Eunhwa.

"Begini..tiga hari yang lalu, Jimin datang berkunjung. Entah mengapa wajahnya pucat sekali. Eomma khawatir padanya dan saat Eomma bertanya, ia bilang tidak apa-apa dan jangan khawatir. Tapi, justru Eomma merasa makin khawatir." Jelas ibu Jimin yang benar-benar khawatir.

Eunhwa mengangguk kecil ditempat nya. Ditatap nya Hera yang masih didepannya, juga menatapnya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa Eomma tidak menelpon dokter? Ketimbang menelpon Eunhwa?" Tanya Eunhwa sesopan mungkin, dan terdengar helaan nafas diseberang sana.

"Jimin tidak mau. Setiap waktu dia selalu memainkan ponselnya, dan yang dilakukannya adalah melihat fotomu dilayar ponsel. Maka dari itu, Eomma memilih untuk menelpon mu." Jawab ibu Jimin, membuat Eunhwa meringis pelan saat membayangkannya.

"Apa kalian bertengkar? Putus? Tolonglah diselesaikan dengan baik-baik Eunhwa-ya..Eomma tidak mau melihat dia menderita. Bahkan teman-teman sefakultasnya mengunjungi tapi dia tidak mau ditemui siapapun." Imbuh ibu Jimin lagi, dan lagi-lagi Eunhwa hanya dapat meringis kecil.

Eunhwa menghela nafasnya pelan, lalu mengangguk percuma dengan mantap."baiklah. Kebetulan Eunhwa tidak ada kegiatan setelah ini. Eunhwa akan kesana secepatnya."

"Nee Eunhwa-ya. Ke Busan lah secepatnya. Kondisi Jimin makin hari makin memburuk. Tapi ia tidak mau minum obat bahkan makan sesuap harus dipaksa."

"Iya. Eunhwa akan ke Busan." Bilang Eunhwa, dan panggilan pun dimatikan bersama oleh keduanya.

Hera yang daritadi diam, kini tidak bisa diam lagi. Ia menahan pergerakan tangan Eunhwa yang hendak menyelempangkan tasnya.

"Ada apa? Kau akan ke Busan?" Tanyanya penasaran, diangguki Eunhwa.

"Aku harus ke Busan. Ibu Jimin bilang keadaan Jimin sedang tidak bagus." Jawab Eunhwa, dan Hera menyingkirkan tangannya yang menahan tangan Eunhwa.

Eunhwa pergi meninggalkannya yang masih duduk sendiri didalam kelas.

Saat Eunhwa hampir diambang pintu, dengan segera Hera berteriak kencang kepada gadis itu.

"Jangan lupa untuk menghubungi Orangtuamu! Mereka nanti khawatir denganmu!! Dan titipkan salamku pada Jimin juga orangtuanya!!"

"Iya!"

•••

Eunhwa menyetop taksi yang kebetulan hampir melintas melewatinya.

Ia dengan segera masuk kedalam taksi, dan meminta taksi untuk segera mengantarnya ke Busan.

Mungkin biaya nya akan mahal, mengingat jarak dari Seoul ke Busan cukup jauh. Bisa saja Eunhwa menaiki transportasi umum seperti kereta atau bus. Namun, apalah arti sebuah uang saat ia tengah buru-buru seperti ini?
Terlebih, perasaannya yang sekarang campur aduk dan susah untuk dideskripsikan membuat ia sedikit khawatir.

'Bukan Jimin, jika tidak menyusahkan.' Batinnya mengomel.

•••

Jimin✔️ [ completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang