I. PERPISAHAN

18 2 0
                                    

Tidak semua perpisahan berujung saling tidak mengenal satu sama lain
~senja~

Seperti suasana SMA pada umumnya, semua murid melakukan aktifitasnya masing-masing. Entah itu tidur saat jam pelajaran sedang berlangsung, makan di kantin saat jam pelajaran kosong ataupun saling bergosip bagi kaum hawa. Yaaahh semacam itulah keadaan SMAku yang sedang aku jalani. Dan satu hal lagi, masa SMA tidak akan terlepas dengan yang namanya suatu hubungan atau lebih dikenal istilah pacaran/gebetan/friendzone/adik kakak/HTS (Hubungan Tanpa Status).

Yap, dan aku sedang merasakan salah satu fase itu. Aku yang biasa dipanggil senja saat ini sedang berpacaran dengan bhumi bhagaskara seseorang yang sangat aku kagumi sejak pertama kali mengenalnya saat SMP. Kalau menurut kalian aku mengagumi kekasihku sendiri adalah hal yang berlebihan biar saja, terserah kalian mau berkata apa, aku yang menjalaninya.

Bagiku bhumi bukan seorang most wanted di sekolahku, bhumi tetaplah bhumi sosok yang aku kagumi. Bagi sebagian orang mereka memandang bhumi adalah seorang siswa berandalan yang hari-harinya dihabiskan untuk tawuran, balap motor, menganggu siapapun sesuai keinginan dia, dan selalu menggandeng setiap cewek meskipun dia mempunyai seorang kekasih bernama senja.

Aku tidak pernah mempermasalahkan itu selama ini, bhumi selalu berkata bahwa hanya senjalah yang mampu membuat jantung bhumi berdegup kencang saat kita bersama. Namun kepercayaan itu seketika hilang saat siang ini di jam istirahat berlangsung.

~~~
Dari arah luar kelas seseorang berteriak sangat kencang sehingga mau tak mau akupun mendengarnya

"Woy bhumi woy gilaaak. Si bhumi lagi peluk teresa di kantin. Bisa-bisanya dia peluk cewek lain disaat punya pacar. Eh pacarnya kan sabodo amat ya mau bhumi gandengan kek pelukan kek si senja mah mana pernah negur hahaha"

"Seriusan lo, bhumi beneran pelukan sama teresa kapten dance itu, gilaaa enak banget si bhumi pelukan di depan umum tanpa harus terima protes dari si senja"

Mendengar bhumi bergandengan tangan dengan cewek lain adalah hal biasa dan bisa aku maklumi. Namun entah mengapa mendengar bhumi berpelukan dengan teresa membuat hatiku sakit bahkan selama ini aku dengan bhumi tidak pernah berpelukan, bukannya aku mengharapkan tapi kenapa bhumi berani melakukannya dengan orang lain saat disisi lain dia memiliki seorang kekasih. Aku langsung beranjak dari meja menuju keluar kelas untuk menemui sesorang yang berteriak di koridor tadi.

"Dimana?" Tanyaku. "Apanya nja dimana? Oh si bhumi? Jawabnya kepadaku". Aku mengangguk tanda mengiyakan. "Tadi sih gue liat di kantin, masih disana mungkin" jawabnya. Dan aku segera menuju ke kantin dengan berjalan sesantai mungkin meskipun hatiku saat ini entah mengapa sangat memanas.

~~
Pandangan pertama yang aku liat di kantin adalah suara gemuruh melebihi hari-hari biasanya, mungkin benar adegan berpelukan itu yang membuat suasana seperti ini. Aku menginjakkan kakiku menuju kedalam kantin dan menghampiri dua sosok yang sedang dituju semua orang. Suara gemuruh tiba-tiba menghilang saat aku semakin dekat mencapai tujuanku.

"Bhumi" panggilku yang membuat bhumi menoleh dan sedikit terkejut namun dia kembali ke ekspresi datarnya. Bhumi tetap diam dan tidak mengatakan apapun, seharusnya dia menjelaskan apa yang terjadi namun dia tetap diam membisu yang membuat aku mengucapkan kata yang selama ini aku hindari

"Bhumi" panggilku lagi, "kita...... putus, sudah nggak ada lagi kata kita, aku dan kamu sudah selesai senja dan bhumi sudah tidak berasama". Aku tidak tahu mengapa bisa mengucapkan kata itu, namun saat ini aku tidak menyesalinya. Perlakuan bhumi saat ini menurutku sudah keterlaluan. Aku terlalu sering mengalah dan mengerti setiap kelakuan bhumi yang menurut semua orang harus diberi pelajaran.

Setelah mengucapkan kata itu aku melangkah keluar kantin karena bulir yang ada dimataku akan jatuh. Aku tidak mau bhumi melihat aku menangis setelah mengucapkan kata itu dan bhumi akan mengira aku tidak bisa berpisah dengan dia. Aku tetap melangkah dan aku bisa merasakan seseorang mengikutiku dari arah belakang, aku tahu itu pasti bhumi. Dia selalu begitu tidak langsung menjelaskan apa yang terjadi seolah menguji kesabaran dan kepercayaan aku terhadap dirinya. Aku berlari untuk menjauh dari bhumi dan aku masuk kedalam toilet yang membuat bhumi tidak bisa mengikutiku.

Didepan cermin aku berkaca dan menjatuhkan air mata yang sudah tertahan semenjak keluar dari kantin. Aku terdiam dan merenungkan kejadian yang saat ini aku alami.

"Loh kenapa nja?" Tanya seseorang dan dia adalah teman sekelasku saat kelas X. "Gaapa, habis putus gue" dengan sesantai mungkin aku menjawabnya tapi anak yang bernama rani yang menanyaiku barusan menjadi sedikit heboh. "HAHHHH SERIUSAN LO!! GILAK, lo udah 3 tahun putus haha kemana aja lo nja selama ini baru putus" dia mengatakan itu seolah tidak mengetahui bahwa aku tadi sedang menangis. "Apaan sih loh ran apanya yang kemana? Ya gue disini terus lah kan belum lulus ya nggak kemana mana". Jawabku yang sebenarnya aku mengetahui arah pembicaraan rani. "Yaelah nja nja lo lagi ngelawak habis putus, yaudah gue balas lawakan lo. HAHAHA lucu banget ceritanya nja" jawab dia sembari cuci tangan dan lanjut berkata "yaudah sih nja jalanin aja, lo harus sadar, bhumi tuh harus dibikin kapok biar nggak semena mena". Aku diam saja menanggapi perkataan rani. "Duluan ya ran gue ke kelas, ati-ati loh di toilet sendirian". Dan aku mendengar teriakan sesaat dari rani sebelum membuka pintu dia berkata "tai lu nja siang-siang gini mana ada woy". Aku tidak menghiraukan dan segera keluar dari toilet.

Mataku bertatapan dengan bhumi saat menyadari bahwa bhumi menungguku di depan toilet. Aku memandangi bhumi sesaat dan menunggu dia bicara. Namun hampir semenit dia tetap diam dan terus menatapku. Hal itu membuat aku makin jenggah dengan sikap bhumi lalu meninggalkan bhumi seorang diri.

Kukira dia akan mengejarku seperti yang dilakukan saat di kantin. Namun aku merasa tidak ada seseorang yang mengikutiku, hanya tatapan dari siswa siswi lain yang pasti mengetahui kejadian aku memutuskan bhumi di kantin saat jam istirahat. Aku berusaha setenang mungkin meskipun hatiku masih sedikit sakit, aku memang memutuskan untuk berpisah dengan bhumi namun tidak dengan menjauhinya seperti kebanyakan pasangan lainnya yang setelah putus akan tidak saling mengenal. Aku tidak mau hal itu terjadi. Entah apa yang dirasakan bhumi saat ini, mengingat dia hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah kata pun untuk menjelaskan alasan yang seharusnya dia lontarkan kepadaku. Sebersit fikiran muncul di kepalaku "apa mungkin selama ini senja jatuh cinta sendirian bhum?"
.
.
.
.
.
AN :
First story yang aku buat, jadi maap maap aja ni yee kalok cerita engga bikin hati gemesh namanye juge pemula hehe

Langit senja Di BhumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang