Part 3 (Tujuan Hidup)

295 48 3
                                    

Shin Hye’s POV

Teman? Aku pasti sudah kehilangan akal.

Sepanjang pelajaran pagi ini, otakku terus memutar ulang percakapanku barusan dengan Cho Kyuhyun.

Aku tidak bisa berteman dengan Kyuhyun. Aku tahu dia sebenarnya tidak menginginkanku berteman dengannya. Yang benar saja! Playboy seperti dirinya ingin memasukkanku dalam daftar tak terhingga gadis-gadis yang berhasil dia taklukkan.

Cih… dia pikir aku bodoh?

Namun entah mengapa kali ini sulit sekali mengabaikannya. Dia terlalu mengintimidasi. Dia terlihat kuat dan kokoh. Tubuh tinggi atletisnya seakan mampu melindungi siapapun dari apapun di dunia ini.

Pabo! Stop memikirkan laki-laki itu. Aku harus fokus pada tujuan hidupku. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal tak berguna seperti Cho Kyuhyun. Prioritasku adalah menjaga adikku Chanyeol tetap aman sampai aku lulus, mendapat pekerjaan tetap agar aku bisa menyewa tempat tinggal untuk kami berdua.

Keluar dari rumah itu selamanya.

Jangan terlalu heran, hidupku memang tidak seindah kehidupan kalian. Dari kecil aku sudah mengalami banyak sekali kepahitan hidup. Diabaikan dan tidak dicintai oleh orang tua sudah lama mengeringkan air mataku.

Ibu kandungku lari dari rumah demi mengejar pria lain, meninggalkanku bersama ayahku yang terluka. Kala itu umurku masih tiga tahun dan tidak mengerti apa-apa. Menangis memanggil ibu semakin membuat ayahku kalap dan memukuliku.

Tak tahan mengurusku, ayah kembali menikah dengan Sooheon Ahjumma. Namun Sooheon ahjumma juga membenciku. Dia kerap memukuliku bahkan di depan ayahku sendiri. Terlebih-lebih saat Chanyeol lahir. Meski Sooheon ahjumma menyayangi Chanyeol, dia bukanlah sosok ibu yang baik. Kebiasaan nya yang mabuk-mabuk an membuat Chanyeol tak terurus dengan baik. Akulah yang mengurus adikku. Meski ibunya membenciku, aku mencintai Chanyeol sepenuh hatiku.

Tahun berlalu, keadaan semakin memburuk ayah dan ibu tiriku semakin sering bertengkar. Tak jarang aku dan Chanyeol merasakan akibatnya. Pukulan, kesakitan, kelaparan seakan menjadi menu utama kami sehari-hari. Namun sebisa mungkin aku berusaha melindungi Chanyeol. Mengunci diri di kamar saat mereka mulai bertengkar, rela kelaparan asal Chanyeol mendapat makanan, semuanya kulakukan agar adikku tetap aman.

Tapi akhirnya, mereka bercerai juga. Ayah membawaku yang berumur 14 tahun bersamanya. Itu adalah tahun-tahun yang menyedihkan. Berpisah dengan Chanyeol, satu-satunya keluarga yang mencintaiku dan menggantungkan dirinya padaku membuatku tersiksa. Aku terus memikirkan keadaan Chanyeol, kesehatanya, keselamatannya. Aku tidak bisa mempercayai Chanyeol dengan Sooheun ahjumma.

Dua tahun kemudian ayahku menikah lagi dengan Yoori, gadis muda yang hanya 5 tahun lebih tua dariku. Sama seperti sebelumnya, istri baru ayahku ini juga membenciku. Dia bahkan membuat ayah harus memilih antara dia atau aku putri kandungnya sendiri.

Seperti yang kuduga, dia tidak memilihku.

Memaksaku untuk pergi dan pindah sekolah. Tapi aku malah bersyukur akan hal itu, karena ternyata dia kembali mengirimku ke rumah Sooheon Ahjumma.

Kembali bersama Chanyeol.

Tentu saja Sooheon ahjumma sama sekali tidak menyukai kedatanganku. Tapi Chanyeol sudah terlanjur dekat dan bergantung padaku. Adikku tidak ingin lagi berpisah dariku. Membuat Sooheon ahjumma terpaksa membatalkan niatnya untuk membuangku.

Selain itu keberadaanku juga memberi keuntungan tersendiri bagi wanita itu. Dia bisa bebas keluar berkencan dengan siapapun tanpa harus direpotkan dengan hal-hal seperti mengurus rumah dan anaknya. Akulah yang harus melakukan semua itu, dan aku sama sekali tidak mengeluh. Asal bisa bersama Chanyeol, semua akan terasa baik-baik saja.

Namun nampaknya kebiasaan Sooheon ahjumma yang sering membawa pulang pria hidung belang yang dia kencani membawa masalah baru bagiku dan Chanyeol.

Tak jarang pria kurang ajar itu berusaha untuk menyentuhku. Dan saat aku menolaknya, pria itu akan memukuliku. Chanyeol sering mendapat perlakuan yang sama karena hendak melindungiku. Membuatku berusaha keras untuk menjauhkan dirinya. Lebih baik akulah yang dipukuli daripada adik kecilku.

Bagaimana dengan polisi? Kenapa kami tidak melaporkan kekerasan ini?

Tidak…

Itu akan menjadi berita buruk untuk kami.

Melapor ke Polisi sama artinya dengan mengundang Dinas Sosial untuk menyelidiki keadaan kami. Jika mereka tahu, maka aku dan Chanyeol akan dibawa ke panti asuhan. Tidak, panti asuhan akan memisahkan kami berdua dan hal itu jauh lebih buruk daripada ditendang di tulang rusuk.

Aku harus bertahan, demi adikku.

Kutahan nafas dengan kuat, berusaha untuk tidak meringis saat menyentuh rusukku. Aku takut kali ini tulang itu benar-benar patah. Pria yang dibawa pulang ibu tiriku kali ini adalah pemabuk parah yang marah saat aku tidak mau duduk di pangkuannya. Dia menendang ku dua kali hingga terkapar di lantai.

Hah… untung saja saat itu Chanyeol sedang berada di rumah Gary.

Aku tidak tahu harus bagaimana mengobatinya. Aku sudah mengambil perban dan melilitkan sekitar tulang rusukku dengan kuat. Tidak mungkin berobat ke rumah sakit. Jika Dokter tahu penyebabnya, tentu mereka akan memanggil polisi dan kemungkinan besar kami akan dibawa ke panti asuhan.

Seperti yang selama ini kutakutkan.

Tidak, aku akan baik-baik saja. Rasa sakit ini akan segera sembuh seperti sebelumnya.

*tBc*

With One LookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang