vampir love

19

" huweeeee appa, umma ilang " tangis bocah berusia lima tahun yang menggangu tidur minhyun.

" uh anak siapa sih ini yang menagis menggangu tidur ku saja " ucap minhyun kesal.

" aaakkkkkk " teriak minhyun yang mendapat gigitan sayang dari bocah tersebut.

gigitan bocah tersebut membuat tangan mulus minhyun menjadi merah dan terdapat bekas gigi di sana.

" ais dasar anak menyebalkan, kenapa sih aku bisa memiliki anak yang seperti iblis ini " gumam minhyun cukup keras yang di dengar seseorang yang berdiri di depan pintu.

orang tersebut berjalan kearah ranjang dan tampa aba - aba dia menjitak kepala minhyun cukup keras .

minhyun hanya bisa meringis kesakitan tampa bisa marah karena yang menjitaknya tadi adalah jaehwan, nyonya besar di kastil megah ini.

" dia anak ku, kau mengatai anak ku iblis berarti secara tidak langsung kau mengatai ku iblis begitu " ucap jaehwan marah.

" tidak sayang mana mungkin aku mengatai anak kita iblis " ucap minhyun lengkap dengan seyum bodohnya.

" umma ... hiks .... umma tadi appa membentak hecan dan memarahi hecan umma " adu sang bocah pada jaehwan.

jaehwan langsung memeluk anaknya yang menagis.

" sayang aku tidak di peluk " ucap minhyun memelas.

" kau pelukan saja sama guling sana  " ucap jaehwan sambil membawa anaknya keluar dari kamar.

minhyun hanaya dapat menatap nanar jaehwan yang keluar dari kamar dan tampa di duga bocah kecil itu malah memberi seyum mengejek pada minhyun.

" aku rasa dia benar - benar anak iblis, pasti iblis jahat telah menukar anak ku yang manis dengan anak itu " gumam minhyun seorang diri.

.
.
.
.
.
.
.

skip.

jungkook memasuki kastil denag seyum cerah.

" appa kookie " triak hecan menyambut kedatang jungkook.

anak itu berlari dan memeluk kaki jungkook sangat erat menyelurkan rasa rindunya.

jungkook menunduk lalu mengakat anak itu untuk di gendong olehnya.

" apa kabar jagoan appa kookie ini hem " ucap jungkook sambil menciumi pipi tembem anak tersebut.

minhyun keluar dari dalam kamar dengan pakainyan yang sudah rapi.
minhyun melangkah kakinya kearah dapur dan mendapai jaehwan sedang sibuk menyiapkan bekal.

minhyun melingkarkan tanganya di pinggang jaehwan lalu mencium pipi jaehwan, membuat semua maid menjadi iri.

jaehwan dan minhyun yang sedang asik bermesraan tidak menyadari kedatang jungkook bersama denga hecan.

" appa turunkan hecan " ucap anak tersebut karena masih berada dalam gendongan jungkook.

setelah di turunkan jungkook anak tersebut berlari kearah appa dan ummanya yang sedang asik berciuman.

anak tersebut menggigit betis minhyun, membuat minhyun melepas ciumanya dengan jaehwan dan meringis kesakitan.

jaehwan dan jungkook tertawa terbahak - bahak menyaksikan kejadian tersebut.

" hecan sayang jangan begitu tidak baik bagai , mana kalau appa mu tidak bisa jalan lagi " ucap jaehwan lembut.

" hecan tidak mau kehilangan umma, tadi appa ingin memakan umma
kan " tanya hecan denga  polosnya.

minhyun hanya terseyum mendengar penuturan polos anaknya itu.

" umma tidak di makan appa sayang,  itu cara menyalurkan kasih sayang antara appa dan umma " jawab jaehwan.

" sudah lah , kapan kita berangkat pikniknya " tanya jungkook.

.
.
.
.

disinilah mereka sekarang di pingir sungai han menikmati pemandangan sungai yang indah sambil memakan bekal buatan jaehwan.

" jae kapan kau akan siap memeliki keturunan lagi " tanya jungkook yang belum memiliki keturunan.

" em itu .... aku tidak tau " jawab jaehwan ambigu.

" jae jangan menunda - nunda , kasian kaum serigala belum memiliki penerus bangsa mereka " tegur minhyun.

minhyun yang mendengar ucapan minhyun dan tatapan memeohon jungkook mengalihkan pembicaran.

" hecan sayang kalau sudah besar ingin jadi apa " tanya jaehwan.

minhyun dan jungkook menatap anak mereka menunggu jawaban.

" mau jadi ................

pendamping umma " ucap bocah tersebut dengan gembira.

" maksud mu " tanya minhyun heran.

" jadi suami umma , umma tambah satu tak apa kan umma " tanyanya dengan polosnya.

" musuh dalam selimut " ucap minhyun dan jungkook bersamaan,
karena posisi mereka terancam.

.
.
.
.
.
.
.
.

end.