3 SH

1.1K 224 26
                                    

Cause you're my tear...






🎭🎭🎭








Ruangan itu penuh dengan benda-benda aneh, yang anehnya semua mengeluarkan suara. Aku baru menyadari bahwa benda-benda yang kulihat itu adalah kotak musik setelah lebih dari satu menit aku mengamatinya. Semua kotak musik di sini memiliki bentuk dan musiknya sendiri.

Aku jadi teringat pada kotak musikku di rumah, yang tergelatak entah di mana di dalam gudang. Aku sengaja menguburnya bersama kenangan yang menurutku tidak mungkin dapat terulang.

Jimin rupanya sedang mengawasiku dari tadi, dia berdecak sebelum berkata, “Sudah kagumnya, Jungkook-ssi?”

Aku tidak menjawab, karena bagaimana pun juga setelah ini pasti akan ada yang lebih mengejutkan dan mengagumkan dari ini.

Kuanggap tebakanku benar karena Jimin memulai ceramahnya dengan mengatakan bahwa bonekaku ada di sini, sedang menungguku.

Tapi aku tidak melihat adanya boneka di mana pun, semuanya kotak musik, dan aku tidak lagi mendengar Fur de Elise-ku. Di mana dia?

“Tahukah kau Jungkook-ssi, bahwa kotak musikmu dan bonekamu itu awalnya berasal dari tempat ini?” Jimin bertanya.

Huh?

“Maksudmu kotak musik pemberian kakekku?” aku mengkonfirmasi, dia hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Bagaimana bisa?” tanyaku.

“Ya, bagaimana bisa? Nanti kau juga akan tahu, tenang saja. Bonekamu ada di sebalah sini, kemarilah.” dia mengajakku masuk ke dalam sebuah pintu kayu yang lain.

Ruangan yang kumasuki kali ini lebih aneh dari ruangan yang lain. Dinding, lantai, dan perabotannya semua terbuat dari kayu, peliturnya hampir sama dengan kotak musikku di rumah, tapi yang ini lebih cerah. Atapnya melengkung seperti kubah, juga berpelitur cokelat muda. Di dalam sini tenang, dan aku mendengar musik lain yang mengalun pelan sejak melewati ambang pintu tadi.

Canon D, Pachelbel.

Saat aku dan Jimin tiba di tengah ruangan, kami dikejutkan oleh seorang makhluk yang mengejutkan manisnya, sedang membaca buku, kakinya disilangkan.

Dia terlihat acuh dengan kedatangan kami, tapi dia tetap cantik, seperti boneka.

“Tumben kau tidak tidur?” Jimin menyapa.

“Menunggumu.” dia masih fokus dengan buku di tangannya.

Jimin tersenyum, menghampirinya, mengambil bukunya, lalu atensi si manis beralih padanya.

“Aku sedang bertugas.” Jimin tersenyum lagi, senyuman yang lebih hangat dan manis dari setiap senyuman yang dilakukannya hari ini.

Apa dia pacarnya?

Mereka masih saling pandang, sepertinya mereka sedang bercinta dengan tatapan masing-masing. Hell, kenapa aku di sini? Apa butler Jimin itu mengajakku ke sini hanya untuk pamer bahwa dia memiliki kekasih yang cantik, manis, dan juga mungil?

Ya ampun.

“Ehermmmm.” Aku berdeham. “Apa kalian akan begitu terus sampai ada yang telanjang?”

Makhluk manis itu beralih menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan, terganggu mungkin, benci?

“Kau terdengar lebih brengsek daripada biasanya.” komentarnya.

Ternyata mulutnya tidak secantik dan semanis wajahnya.

“Kau cantik, tapi galak ya?” godaku.

MAGIC SHOP [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang