The Beginnings of Ignorant Things

24 3 3
                                    

"Aku akan mengajakmu pergi ke prancis, lalu, kencing di puncak menara terkenal mereka"

"Tunggu, apa katamu?! Kau berniat mengikut sertakanku ke dalam misi konyolmu Noach?! Tidak! Aku tidak mau!"

"Kau tau, aku sudah membelikanmu tiket" ia memperlihatkan sebuah tiket kapal pesiar dengan wajah semenjengkelkan mungkin. Bloody Idiot.

"Kau membelikanku tiket sebelum mendapat jawaban 'ya' dariku terlebih dahulu?!"

"Karna aku tau kau tidak akan mau ikut... dan omong omong aku sudah mengurusi paspor, juga berkas lain yang kita butuhkan kawan, jadi tenanglah"

"Ajak saja yang-, bagaimana kau-... akh"

"Welp, aku tidak punya kerabat ataupun teman selainmu, kawan. Ayolah~ kau tidak mau kan meninggalkanku sendirian di kapal? Bagaimana jika sesuatu terjadi padaku? Kau tidak khawatir?" ia memperlihatkan raut memohon, mungkin para wanita akan menilai rautnya lucu, tetapi tidak menurutku, tentu.

"aku harap sesuatu buruk terjadi padamu" gumamku kesal, dan langsung berjalan menuju dapur untuk menuangkan air hangat ke dalam cangkir lalu menaik turunkan kantung teh ke dalamnya dipenuhi nafsu.

Noach berdiri, dan menepuk punggungku pelan "aku besok akan datang lagi pukul delapan pagi. Pikirkan baik baik pilihanmu kawan. Jangan lupa mengemasi si cantik jas hitam~" ia berlalu pergi.

Aku mendesah pasrah, syukurlah merebahkan tubuh di sofa membuatku sedikit tenang, apalagi di temani teh hangat. Aku menyeruputnya perlahan sambil mempertimbangkan pilihanku, ikut atau tidak. Jikalau aku ikut, masalah pasti ada, tetapi pada akhirnya keinginanku terpenuhi untuk melihat karya seni indah menara Eiffel secara langsung. Jika aku tidak ikut, mungkin aku akan terjauhi dari segala masalah, tapi aku akan kehilangan kesempatan emas itu. Sialan.

》《

Burung berkicauan di luar jendela yang tertutup tirai. Kicauan mereka bagaikan nyanyian malaikat cinta, indah, tetapi mengganggu. Aku beranjak dari kasur dan membuka tirai jendela, cahaya mentari mulai masuk menerangi ke setiap penjuru gelap ruangan sementara ia membuatku sedikit buta. setelahnya aku mengarahkan langkahku ke kamar mandi dan bersiap siap untuk memulai aktivitas sehari hari.

Kurasa aku sudah rapih sekarang dengan rambut yang ku sisir belah pinggir serta setelan jas lengkap.

Setelah menelusuri laci laci dapur, secercah harapan terlihat ketika satu bongkah besar roti terdiam santai didalam kresek transparan. Kenikmatan roti ini memang tiada bandingannya.

Saat sedang menghayati rasa dari sang roti, selop pintuku bergerak cukup kencang. Aku terdiam, dengan roti masih berada di mulutku. Gedoran pun menyusul setelah gerakan dari selop pintu "Hei bangunlah! Ini perampokan!"

Aku menggerutu malas "ya ya sabar" pada langkahku yang pertama, sudah terlambat, pintu itu rusak oleh dobrakan Noach, lagi "bisakah KAU tidak merusak pintu apartemenku sekali saja? TENANGLAH! Aku pasti akan membukakan pintunya untukmu!"

Ia tersenyum kepadaku, terlihat masa bodoh atas teguran juga amarah ini, bajingan memang "well, bagaimana? Ikut tidak? Kuharap kau ikut, kalau tidak, usahaku sia sia saj-"

"Salahmu!"

Ia berdehem dan masuk ke dalam sambil membawa koper kecil "kau benar. Oh ya, di prancis kita tidak akan banyak menginap, jadi bawa sedikit bekal saja, termasuk baju"

"Siapa bilang aku mau ikut?" Tolakku mentah mentah. Ia terdiam, matanya membulat. Beberapa saat kemudian, aku melihat keningnya berkerut sekejap, layaknya orang berpikir, lalu tersenyum licik ke arahku.

"... aku jadi ingat kau selalu ingin pergi ke Prancis lalu melihat dan menaiki menara Eiffel kan? Wah sayang sekali jika terlewatkan, apalagi menara itu mencapai tinggi 325 m, pasti dari atas terlihat betapa indahnya kota paris impianmu~" Noach selalu bisa mengambil perhatian siapapun oleh sifat manipulatifnya, lelaki sialan.

My Annoying PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang