"Dengan Mba Asha? Ke apartemen Sedamas?", "Ya" jawab aku singkat, driver itu langsung memberiku helm, aku naik ke motornya dengan langkah cepat dan langsung diam sambil terus menerus membaca berita dari portal berita di smartphoneku. Berusaha mengalihkan perhatian ku dari kejadian hari ini di kantor. Hari ini departemen ku kedatangan Head Department yang baru, dan percayalah, aku rasa pria ini keturunan kim jong un, karena dia bertingkah seperti diktator saat rapat perkenalan tadi dan meminta timku untuk membuat ulang rancangan campaign yang sudah kami buat sebulan penuh!! Yaa, sebagai koordinator tim, saya yang berada di kantor, lembur hampir setiap hari dengan bermodalkan mie rebus dan teh manis sebagai penguat sampai tengah malam.
"Baru pulang ngantor mba?" Driver itu berusaha membuka obrolan, suaranya sangat berat, dan agak serak. aku menjawab dengan singkat dan padat "Ya", lalu dia pun mulai bertanya dan "curhat", sampai ketika aku dengan sedikit kencang berkata "mas mending konsentrasi ke jalan aja deh, saya lagi males basa basi". Aku langsung merasa setengah menyesal setelah berucap seperti itu. Maksudku, mungkin dia hanya coba mencairkan suasana, lagipula driver ini bersikap sopan dari awal aku dibonceng oleh dia. Aku mencium aroma maskulin dari parfum yang ia kenakan, sepertinya campuran dari aroma citrus, apel, dan vanilla. Dan aromanya sedikit membuatku rileks. Aku terkejut, karena biasanya hampir semua driver yang pernah aku temui, entah seperti habis mandi dengan parfum sporty dengan aromanya yang sangat menyengat, wangi sih, tapi sangat menyengat, atau kebalikannya, bau keringat dan matahari. Dia mengendarai motor besar bertangki depan, yang membuat aku sedikit kesulitan saat naik. Serta hal lain yang aku perhatikan, driver ini berbadan tinggi besar, kombinasi sempurna antara berotot, tapi masih ada sedikit lemak disana dan disini.
Kami berdua melalui sisa perjalanan dengan hening, sampai tiba di lobby apartemenku yang lebih mirip dengan "rusun" dari pada apartemen. Aku langsung turun, memberikan helm, dan berucap terimakasih dengan nada yang datar. Saat aku melihat ke arahnya, aku tau sepertinya dia di awal umur 30an. Matanya agak besar dengan hidung yang mancung, dan kumis dan jenggot yang kasar, seperti seseorang yang belum bercukur selama 5 hari. Dalam hatiku, aku ingin meminta maaf atas perkataanku tadi, tapi aku sangat mengenali diriku saat badmood. Dia berkata sama-sama, aku memberi anggukan kecil dan langsung naik menuju lift untuk sampai di apartemenku.
Sampai dikamar, aku langsung membuka baju dan segera mandi. Walaupun banyak sebagian rekanku mengatakan tidak bagus untuk mandi malam-malam. Tapi aku sangat menyukai hal itu. Sensasi dari air dingin yang mengguyur seluruh badan sehabis seharian bekerja, mengejutkan sekaligus menyegarkan. Bukan hanya badanku, tapi juga membuat pikiranku kembali bangun. Setelahnya aku mengambil kaus lebar abu-abu dan celana pendek dari lemari. Dan membuat secangkir teh hangat sambil mencari-cari apa ada sesuatu yang bisa aku makan di lemari pendingin. Disudut aku lihat ada satu toples biskuit sisa yang sepertinya sudah sebulan lebih ada disana. "Better than nothing" aku bergumam. Sambil merilekskan badanku, aku mencari remote tv, dan menyalakannya. Smartphone ku berbunyi, dan aku lihat di Whatsappku, ada seseorang yang menambahkanku ke grup baru, yang tidak lain adalah si "Kim jong un". Dengan pesan berbunyi, "Besok pagi kita meeting untuk mendiskusikan strategi baru, jam 9 dan JANGAN SAMPAI ADA YANG TELAT!". Okay, hanya itu yang aku butuhkan untuk semakin membenci dia.
Constructive critisism is a MUST! fiksi pertama saya di wattpad. Jangan lupa komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Road and Pride
Romance**UNDER REVISION AFTER A LONG HIATUS** "Dengan Mba Asha, lagi?" Aku mendongakkan kepalaku dan melihat dengan kaget. Ini kan driver yang kemarin sempat aku bentak. Anehnya dia tetap tersenyum, dan aku baru sadar dia mempunyai sepasang lesung di pipi...