Love Me

2.7K 189 40
                                    

Dua sosok pria yang masih saling diam itu semakin membuat suasana kelas yang mereka tempati menjadi tambah mencekam. Hanya deru nafas mereka yang terdengar lirih saling sahut menyahut.

"Sekarang kau menyesal, bukan?" Pria tampan itu, Tae Yong mulai membuka suara untuk mengusir keheningan di antara mereka.

Pria jangkung yang menjadi korban pertanyaan Tae Yong itu mendongak, menatap mata Tae Yong lekat. Pria itu menggeleng. "Bukan hyung. Aku tidak akan pernah menyesal sampai akhir." Memang ada kegetiran di setiap kata pria itu tapi di setiap katanya juga tersimpan ketegasan yang sangat.

"Ya aku tahu. Pria bodoh yang terlalu mencintainya akan selalu merasa senang walau sudah di sakiti olehnya beberapa kali. Bukan! Malah berkali-kali," Ujar Tae Yong lagi.

Jae Hyun, pria jangkung itu tersenyum kecut. "Kau benar! Aku.., aku pria bodoh dan bahkan terlalu mulia untuk di katakan bodoh." Jawabnya seraya menerawang.

"Aku sudah katakan padamu dari awal Jay. Dia gadis yang tak ingin terikat, selalu mengikuti pria yang membawanya ke tempat yang di anggap surga dan dia benar-benar bukan gadis yang menyukai pria dari kalangan rendah seperti kita." Kali ini nada suara Tae Yong melembut, mencoba menyadarkan Jae Hyun.

"Aku tau, tapi seperti yang aku bilang tadi hyung. Aku terlalu bodoh untuk memberontak darinya karena hatiku akan selalu menerima apapun yang di lakukannya padaku." Jaehyun lagi-lagi tersenyum getir.

"Jay, akhiri sekarang sebelum terlambat. Aku mohon Jay! Aku tak mau kau makin terluka nanti jika di campakkan olehnya." Tae Yong terlihat memohon, seperti tak rela temannya di sakiti siapapun.

Jae Hyun tersenyum, kali ini menyungingkan senyuman tulusnya. "Setidaknya aku tahu dia tak membutuhkanku lagi hyung dan jika sekarang aku di campakkanpun tak masalah." Jae Hyun masih tersenyum.

Tes

Setetes air bening lolos dari sudut matanya. "Aku rela hyung. Asal dia masih menganggapku ada," Jae Hyun masih berusaha mengutarakan ucapannya walau air mata terus mengalir.

Cengeng?

Jae Hyun tak masalah jika anggapan itu kini melekat di dirinya.

=====

Jae Hyun menyandarkan punggungnya di pintu kamar yang terbuka, matanya masih setia mengawasi punggung indah itu.

"Aku tidak membawa boneka pemberianmu Jae, koperku sudah tak muat lagi." Sosok itu berujar tanpa membalikkan badan, masih sok sibuk dengan pakainan-pakaian dan koper besarnya.

"Eum!" JaeHyun hanya mengangguk pelan.
Mata Jae Hyun berpindah pada lemari yang terbuka di mana lemari itu sudah bersih dari pakaian.

"Jam berapa kau pergi Yeon Ra?" Jae Hyun bertanya setenang mungkin. Meredam suara bergetarnya dengan kuat.

"Seperti yang aku bilang sebelumnya, jam sepuluh nanti aku pergi." Jawabnya masih tanpa membalikkan badan.

Sepuluh malam, berarti dua jam lagi.

"Biarkan aku mengantarmu nant―"

"Tidak perlu!" Jawaban tegas Yeon Ra membuat ucapan Jae Hyun terhenti dan makin menatap punggung indah itu lekat. "Nanti Johnny oppa akan menjemputku. Kan dia yang mengajakku pindah jadi sudah pasti dia yang menjemputku." Jawab Yeon Ra.

Johnny...

Jae Hyun tersenyum kecut mendengar nama itu.

"Apa- kau bahagia Yeon Ra?"

Je T'aimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang