Chapter 4

339 49 6
                                    

Kali ini Baekho tak sendiri. Sangbin, salah satu teman dekatnya datang sekitar pukul sepuluh tadi. Ia ingin membantu Baekho yang katanya sedang kehilangan inspirasi. Rencananya sih begitu.

"Aku tidak tahu kau merawat rubah, hyung" Sangbin mendekati kerangkeng Minyeo setelah menaruh sekantung makanan di meja dapur. Ia berjongkok di depan sang rubah.

Baekho berjalan di belakangnya lantas mengambil cola dan meneguknya. "Itu punya Minki" sahutnya.

"Oh. Cantik yah?"

"Lumayan"

"Jika hyung malas, aku mau merawatnya" tanpa melihat Baekho, Sangbin tersenyum manis pada si Rubah. Ia memang pencinta binatang. Dan rubah, benar-benar baru baginya. "Aku juga ingin merasakan bagaimana merawat hewan cantik ini, hyung" tambahnya

"Akan aku sampaikan pada Minki. Ngomong2, kau bawa banyak sekali makanan? Kau sudah gajian?" Baekho sudah membongkar isi kantung yang dibawa Sangbin tadi. Setahunya Sangbin tidak mempunyai pekerjaan tetap, yang jelas dia pandai rap dan menari. Berbeda sekali dengan dirinya yang dapat nilai nol besar akan itu. Baekho tak punya bakat pada keduanya.

"Aku dapat juara dong kemarin. Ayo berikan aku selamat, hyung" Kini, Sangbin sudah berada tepat disamping Baekho dengan senyum yang merekah. Baekho terkekeh pelan. Tangannya beralih ke pucuk kepala yang lebih muda, mengelusnya sambil tersenyum. "Kau sudah berusaha keras. Terimakasih makanannya"

***

Bukan Baekho namanya jika tidak jorok. Sejak kedatangan Sangbin dan sebungkus makanan yang ia bawa, tak hanya area dapur yg penuh mangkuk kotor bekas ramyeon, ruang tengah pun jadi lebih kacau dari biasanya. Cangkang kacang berserakan di karpet, belum lagi segala bungkus cemilan yang menyisakan remah-remah diatas meja. Baekho? Cuek saja sambil terus mencari inspirasi membuat lirik.

"Pakai nada ini saja hyung" Sangbin memainkan gitarnya dengan nada yg baru saja ia ciptakan. Mereka berdua tidak peduli dengan keadaan yg kotor dihadapnnya.

Baekho meliriknya sekilas. "Lanjutkan. Catat kunci-kuncinya, biar aku carikan lirik yg pas nya nanti" Sangbin mengangguk patuh. Diambilnya pensil dan kertas, lalu ia mulai mencatat.

Malam mulai larut, tanpa sadar Baekho mulai menguap dan matanya memerah. Sangbin memperhatikannya dengan prihatin. "Kurasa hyung harus tidur. Kau kelelahan sekali" ucapnya.

"Tak apa. Kau tau aku sudah biasa begadang. Tak perlu khawatir"

"Kau bilang kau sedang tak enak badan. Apa lebih baik hyung istirahat saja?" Baekho melirik jam di belakangnya. Ini baru pukul setengah 1 malam, dan Baekho sudah semengantuk ini? Aneh. "Satu jam lagi"

Tapi sepuluh menit setelah mengucapkan itu, Baekho terus berkantuk menahan dirinya agar tak tertidur. Sangbin terus memperhatikannya tanpa peduli lgi dengan coretan kunci nada yg ia ciptakan.

"Istiharatlah, hyung. Tidak perlu dipaksa begitu" Baekho menggeleng dan berkata bahwa ia harus segera menyelesaikan project ini secepatnya.

"Kalau kau begini terus akan aku adukan pada Bumzu hyung, biar dia bilang ke ibu mu kalau kau terus memaksakan diri." ujar Sangbin ketus. Ia merapikan kertas2 yg berserakan, dan menaruh kembali gitar itu kepojok ruangan.

Baekho memperhatikan Sangbin sambil menopang kepalanya. Pikirannya melayang entah kemana.

"Aku sudah tidur tadi siang, hingga tadi pukul 7. Biasanya aku tak masalah hingga pukul 6 pagi" Sangbin yang mendengar itu pun jangah.

"Jelas, itu karna kau sedang tidak sehat. Sudahlah, tidur saja. Aku pulang yaa. Jangan memaksakan diri, hyung"

"Ah! Iya" Sangbin berbalik arah, Baekho memandanginya bingung. "Aku akan mengajak yg lain kesini untuk membantumu. Jadi hari ini istiharat saja. Jika ada apa-apa kau bisa menghubungi aku. Oke?" Baekho mengangguk paham.

Sepeninggalan Sangbin, apartemen ini mulai terasa hening. Baekho belum juga beranjak dari tempatnya. Ia masih menimbang-nimbang haruskah ia tidur sekarang? Disaat tak ada satu pun karya yang dihasilkan olehnya? Rasanya sedikit sulit.

Hembusan nafasnya terdengar berat. Terlihat begitu banyak beban yang dirasakan olehnya. Baekho butuh seseorang yang bisa membuatnya kembali bersemangat meracik nada.

"Aku jadi rindu Jonghyun. Dimana dia sekarang?"

Tangannya dengan lincah mencari nama Jonghyun di kontak. Jonghyun memang punya andil besar untuk semua pencapaian yang ada pada Baekho. Jonghyun adalah rekan terbaik yang Baekho miliki dan selalu menjadi teman setia dalam keadaan seperti ini.

Jonghyun mempunyai kepribadian yg hangat, walau terkadang sering bertingkah kekanakan tapi sisi pemikirannya jauh lebih dewasa. Itu lah mengapa, Baekho begitu menghormatinya walau faktanya mereka seumuran.

Panggilan telpon sudah berbunyi tapi tidak ada tanda-tanda diangkat. Dengan malas, Baekho menekan tanda merah dan memutuskan panggilan itu. Jelas saja tidak di angkat, ini sudah hampir jam 1 malam. Jonghyun pasti sudah tidur.

Aku kehilangan inspirasi, bisa kah kau membantuku? -sent-

Baekho hanya bisa mengiriminya pesan, dan berharap besok Jonghyun akan membacanya. Syukur-syukur kalau dia bisa langsung datang tanpa disuruh.

Setelah mengirim pesan itu, Baekho pindah ke bangku ruang tengah. Rasanya akhir-akhir ini semua lelah yang ditumpuknya menguar tanpa tersisa. Mungkin besok ia akan menjadi mayat hidup. Ia pun mulai merebahkan tubuhnya mencari posisi nyaman, dan selang beberapa menit ia pun terlelap tanpa memperdulikan keadaan apartemennya yang masih terlihat seperti kapal pecah.

"Aigoooooo. Orang ini bener-benar yah, Aku sudah tidak tahan lagi !!"

My Baby FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang