Chapter 2

325 54 8
                                    

Kang Baekho adalah seorang komposer musik. Hidupnya hanya tentang musik dan musik. Dia maniak musik. Lihat aja apartement yang ia tinggali ini, ormamen musik sangat kental disini. Ada piano dipojok kanan ruang tamunya. Lalu ada sebuah ruangan khusus disebelah kamar tidurnya.

Itu studio pribadi. Baekho sanggup berhari-hari di dalam sana. Dia hanya keluar jika persediaan makanannya habis. Seperti yang Minki katakan, Baekho akan selalu di apartementnya. Setiap hari.

Ia nyaris tiap hari begadang. Baekho memiliki jadwalnya sendiri. Siang ia jadikan malam, dan malam ia jadikan siang. Maklum, keturunan manusia kalong!

Seperti saat ini, setelah perdebatan panjangnya dengan Minki tadi. Ia kembali ke kamar, melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Tapi Baekho harus ikhlas, karna lagi-lagi Minki mengganggunya. Manusia satu itu terus menelpon Baekho berulang-ulang.

"Apa lagi sih, Minki? Aku butuh tidur. Astaga!" Tawa renyah terdengar disebarang telpon.

Dasar sarap! Bisa-bisanya dia tertawa disaat temannya sedang kesal.

"Hehe maaf Baekho-ya. Aku sudah tanya lewat chat tapi kau tidak membalasnya jadi aku telpon saja. Kau sedang tidur yah? Hey !! ini sudah hampir jam makan siang, bodoh!" Minki sedikit menaikkan nada ucapannya diakhir.

Siapa coba yang tadi merengek minta bantuan merawat hewan peliharaannya? Dan sekarang dia mengatai 'penolongnya' bodoh?

"Aku tutup!" Sahut Baekho kesal.

"Yak! Baekho! Sebentar hey sebentar! Aku hanya ingin tanya, paket makanan untuk Minyeo udah datang atau belum? Aku memesannya online tadi"

"Aku tidak tahu!" Matanya masih setia terpejam. Baekho benar-benar mengantuk sekali. Dan Minki mengganggunya hanya untuk menanyakan paket pesanan miliknya?

"Harusnya sudah datang. Nanti kalau sudah datang jangan lupa langsung berikan pada Minyeo yah? Dia pasti lapar"

'Bodo amat!' Baekho tak menjawab apapun. Dia mematikan saluran telpon itu sepihak. Sudah cukup! Dirinya benar-benar butuh tidur. Biarkan si kelinci bawel itu mengumpatkan dirinya. Tak apa. Yang penting, waktu tidurnya tak lagi terganggu.

Tapi sepertinya hari ini memang hari sial bagi Baekho. Karna selang beberapa menit, disaat ia bisa kembali ke alam mimpi, lagi-lagi, Baekho harus merelakan tidurnya terganggu.

Bel pintu berbunyi tak sabaran. Awalnya Baekho tak menggubrisnya. Ia lebih memilih memeluk gulingnya lagi daripada berjalan menuju pintu yang entah siapa yang datang. Biarkan saja, paling hanya tetangga usil yang tidak punya kerjaan.

Ting nong ting nong ...

Tok tok tok...


Ting nong Ting nong...


Tok tok tok...

Ok. Sepertinya orang ini perlu satu tonjokan dari Baekho. Sudah lama juga tidak meninju orang.

Baekho pun berjalan kasar menuju pintu yang masih terus saja diketuk.

"Siapa?" Teriak Baekho. Kali aja itu benar-benar orang iseng. Ketukan pintu itupun berhenti. Dilihatnya intercon, seorang pemuda berseragam dengan satu buah dus berdiri di depan pintu.

"Ada paket, tuan" sahutnya

"Paket apa?" Tanya Baekho setelah akhirnya ia membuka pintu.

"Atas nama Choi Minki?" Pengantar itu menyerahkan dus dan satu kertas kehadapan Baekho yang masih bengong.

"Ah!? Oh Iya."

"Ini paketnya. Silahkan tanda tangan disini, tuan"

Setelah si pengantar paket itu pergi, Baekho yang memang masih perlu tidur itu bengong sesaat, dengan satu dus besar yang entah isinya apa. Berdiri di ambang pintu dengan mata yang sayu.

"Ayo siapa lagi yang mau datang? Datang lah sekarang! Datanglahhh~~" Fix, Baekho butuh obat penenang.

***

Kardus kiriman itu ia letakan di atas meja ruang tengahnya, Baekho duduk dan menatap benda itu intens. Kira-kira apa isinya? Matanya melirik kedapur, kearah si rubah.

"Rubah itu makannya apaan yah? Ada deliverynya segala. Keren amat!" Gumamnya belum juga terhenti, tapi Baekho tersentak. Jawaban tentang apa makanan rubah sudah ia dapat, dan itu membuatnya geli. Kardus itu ia tendang cukup keras.

Rubah kan makannya tikus!

"Sialan minki! Ngerjain orang ga nanggung-nangung !"

My Baby FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang