Apakah ini yang kau janjikan padaku dulu ? sebuah kepercayaan yang kau genggam dan kau tunjukkan padaku, yang kau jamin tidak akan pernah kau rusak demi hubungan kita yang sudah mulai mengabur ini.
Jujur kukatakan, semakin hati ini kau sakiti semakin aku mulai lupa akan rasa cinta yang dulu menggebu-gebu ketika aku sedang bersamamu, tidak ada lagi rasa nyaman yang bisa kutemukan. tidak ada lagi rasa bahagia yang kuperoleh seperti saat dulu kita bersama, yang muncul hanyalah perasaan aneh yang menuntun kakiku untuk mundur saat aku sedang berhadapan denganmu.
Sudah cukup hati ini kau gores dengan begitu dalam. cukup kepingan rasa yang tersisa ini kau injak hingga terbang entah kemana, begitu tegakah kau membanting keras pintu hatiku hingga ia enggan lagi terbuka untukmu.
Tidak sadarkah kau apa yang sudah terjadi hingga kini aku pun memilih memalingkan wajah ketika kau tersenyum?
Seringkali aku berdiri di 1 sisi dan mencoba merangkai kembali kenangan masa lalu kita yang manis agar membuatku kembali tegar untuk meraih tanganmu, tetapi kepingan rasa sakit yang begitu tajam kembali datang dan menggores semua kenangan danmenghancurkannya 1 per 1 hingga akupun tidak sempat lagi menyelamatkannya.
Haruskah aku melepaskanmu ataukah aku harus mempertahankan dirimu di sisiku? Apakah kau akan lebih bahagia jika aku melepasmu agar kau bisa berjalan menuju hati yang lebih ingin kau jaga daripada aku?
Aku mulai belajar hidup tanpa ada lagi bayanganmu di hari-hariku, mencoba melupakanmu sejenak dan kemudian mencoba melupakanmu lebih banyak.karena pada akhirnya kau juga akan pergi dari sisiku. Tidak ada salahnya aku membuat perisai pada awalnya agar aku bisa bertahan dan tidak goyah saat badai datang nanti. Tapi pada akhirnya aku pun tetap akan menyalahkanmu.
Maafkan aku yang terlalu mencintaimu hingga tanpa sadar mengekangmu begitu erat, tanpa tahu bahwa hatimu sudah menemukan pelabuhan lain sementara aku sibuk membangun geladak untuk hatiku dan hatimu.
Tapi bukankah seharusnya kau terlebih dahulu memberiku kode agar aku mengerti dan berhenti membangun sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna pada akhirnya. Bukan kah begitu lebih baik?
Aku mulai terbiasa tidak menanggapi semua janji2mu yang kutau hanya akan menyeretku ke penderitaan yang lebih dalam. Yang berjanjipun belumlah tentu menepati. Bagaimana bisa yang mendengar janji percaya dan membangun ruang kosong untuk sang janji itu sendiri datang ?
Dan aku menyadari betapa bodohnya aku pada akhirnya, dan pada titik ini, aku mencoba untuk menertawakan diri sendiri.
Lepaskanlah burung-burungmu agar terbang tinggi. Tidak perlu takut kehilangannya, karena yang terbaik akan kembali pulang. Jika ia bukan yang terbaik, maka aku tidak akan tetap memaksanya untuk tetap di dalam sangkar. Dan percayalah 1 hal: apapun yang kulakukan, itu adalah yang terbaik untukmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECTED MEMORY
Ficção AdolescenteAku terlalu keras kepala mempertahankanmu, namun pada kenyataannya kau terus menyakitiku berkali-kali dan pergi begitu saja tanpa pernah menengok kebelakang lagi. Hingga pada akhirnya aku mengambil keputusan yang benar. Melepaskan ingatan tentangmu...