03

266 26 4
                                    

Han yeon seok membanting map berkas perkara itu di atas meja kerjanya. Bukan karena hari ini dia mengalami kekalahan di ruang sidang, tetapi uraian singkat dari adiknya jun hoo tentang pertemuan appanya dengan tuan lee dari lee corp, terkait perjodohan adiknya hyo joo dengan putra tunggal salah satu konglomerat ternama di korea itu.
Seharian ini dia memang belum bertemu dengan adik perempuannya. Setelah sarapan dia langsung ke pengadilan karena ada kasus besar yang harus diselesaikannya.
Sudah 10 lebih notif panggilan telepon tidak terjawab dari istrinya dan beberapa pesan belum di jawabnya. Entah apa yang akan disampaikan istrinya.
"Cari tahu siapa sebenarnya keluarga lee byun hae dan putranya lee jong suk, secepatnya! " perintah yeon seok pada orang yang ada di ujung sambungan.
Bip.
Sambungan terputus.
Yeon seok melemparkan ponselnya ke atas meja. Perlahan dipijitnya pangkal hidungnya. Pandangan matanya jatuh pada fotonya bersama hyo joo beberapa tahun lalu di Amerika, saat adik bungsunya itu wisuda spesialisasi sarafnya.
Tanpa sadar yeon seok menghela nafasnya dalam.Jika di flashback, yeon seok merasakan nyeri di hatinya. Dia masih ingat saat pertama tahu bahwa eommanya kembali mengandung. Dia merasa sangat marah, bagaimana tidak marah,jika saat dia memasuki tingkat akhir sekolah menengah pertama dia akan memiliki seorang adik bayi? Mungkin lebih tepatnya merasa malu dengan teman sebayanya.
Saat jun hoo lahir dia sudah merasa tersisih dari perhatian eomma dan appanya. Lebih tepatnya merasa iri dengan kasih sayang yang diterima adiknya, dimana sang eomma lebih fokus pada adiknya dan appa hanya melihat kelebihan kedua hyungnya yang memang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Begitu hyo joo lahir, sedikitpun dia tidak pernah ingin mengajak adik kecilnya itu bermain, bahkan untuk sekedar melihatnya pun tidak mau. Karena dua hyung-nya telah bersekolah dan tinggal di luar rumah, maka hanya dia dan jun hoo yang lebih sering ada di rumah. Mau tidak mau, suka tidak suka maka dia yang selalu mendapat tugas menjaga adik bayinya,walau ada pengasuh. Harus yeon seok akui jika adik bayinya ini sangat mengemaskan. Manik matanya sangat besar,hitam legam,rambutnya sangat hitam dan lebat, hidungnya mancung dan kulitnya putih, kadang bersemu ke merahan jika sedang menangis dan malu. Dua pipi mochinya sangat menggemaskan, terlebih lagi saat dia sudah mulai berjalan. Walau masih limbung dan terkadang jatuh namun gadis cilik itu selalu berjalan menuju ke pangkuan yeon seok, tangan kecilnya selalu terulur saat melihat yeon seok pulang sekolah.
Saat hyo joo mulai memasuki sekolah taman kanak-kanak, hanya yeon seok yang selalu dicari dan ditunggunya sepulang sekolah. Namun rasa benci dan marah di hati yeon seok tak kunjung reda, semakin meningkat saat melihat eommanya bermain dengan adik bungsunya. Sebagai satu-satunya anak perempuan di rumah ini hyo joo sangat di manja, yeon seok semakin tidak menyukai adik bungsunya. Dari rasa iri itu lah yang menyebabkan dia berubah menjadi pembangkang,terlebih pada jin hee. Suka membantah, membolos dan bergaul dengan orang yang tidak baik.
Masih jelas diingatan yeon seok hari paling disesalinya puluhan tahun silam, saat itu dia ketahuan asisten appanya membolos dari sekolah dan terpaksa diseret pulang ke rumah. Setelah di marahi habis-habisan dan mendapat tamparan keras, yeon seok memutuskan pergi dari rumah. Dengan langkah penuh amarah yeon seok berjalan menuju pintu gerbang depan rumah, dia bersumpah tidak akan kembali lagi ke rumah itu. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Setelah merasa cukup jauh dari rumah, yeon seok berhenti di bangku taman kota, bermaksud mengurangi rasa lelahnya. Namun baru semenit dia menempatkan diri, sebuah tangan berusaha membekap mulutnya. Dengan secepat kilat dia berusaha menghindar, namun tangan lain berhasil menggapai tubuhnya. Kedua orang bertubuh kekar yang tiba-tiba ada di sampingnya itu berusaha menyeretnya menuju sebuah mobil fan di tepi jalan tepat di seberang jalan. Yeon seok berusaha melepaskan diri, namun tangan kekar itu terlalu kuat. Lalu sebuah suara terdengar lantang!
"Yak lepaskan hyung ku! Kalian jahat!  Lepaskan hyungku!! " teriak seorang gadis kecil deng kuncir kudanya, adiknya, han hyo joo.
Gadis kecil itu berjalan mendekat dengan kepalan tangannya, dengan aura marah yang jauh dari menakutkan, justru menggemaskan.
"Bawa juga yang kecil, hahaha.. Kita untung banyak, bos pasti puas" kata salah seorang dari keduanya yang berjalan mendekati gadis kecil tadi.  Yeon seok berteriak agar adiknya itu lari namun sial pria berjaket hitam itu berhasil menangkap tubuh adiknya. Yeon seok meronta sekuat mungkin, berteriak sekencang mungkin saat melihat sepasang suami istri berjalan kira-kira 7 meter dari tempatnya di seberang jalan. Mendengar teriakan yeon seok kedua orang tersebut berlari menuju sumber suara, bersamaan dengan munculnya mobil patroli polisi yang berbelok dari arah lain. Yeon seok berhasil lepas dari cengkraman pria yang menyeretnya dengan menendang tulang kering ai pria. Namun pria lain yang membawa hyo joo sudah lebih dulu sampai di dalam mobil dan menutup pintu kasar sebelum tancap gas meninggalkan yeon seok yang berusaha meraih adiknya. Mobil polisi segera mengejar mobil fan hitam tersebut sementara pria dan wanita tadi menghampiri yeon seok yang terduduk di trotoar sambil menangis.
"Ahjussi tolong selamatkan adikku.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. Mereka menculik adikku.. Aku. Mohon.. " pinta yeon seok disela isak tangisnya.
Yeon seok menceritakan semuanya, dan terpaksa kembali ke rumah orang tuanya karena dia juga tidak bisa berbuat apa untuk bisa menyelamatkan adiknya. Dia sudah tidak perduli dengan semua amarah appa, eomma dan semua hyung-nya. Yang harus dilakukannya sekarang adalah menyelamatkan adiknya. Bagaimana jika mereka melukai adiknya? Penyesalan yang teramat menggelayuti pikirannya. Adik yang selama ini dibencinya justru harus menanggung akibat kecerobohannya.
Suasana rumah tampak kacau setelah mereka tahu kedua putra putrinya tidak ada di rumah. Saat memasuki ruang tengah yeon seok mendapati eommanya memeluk tubuhnya erat sambil menangis, sedang appanya tampak berbicara serius dengan seseorang, tampak beberapa orang pilihan appanya tengah bersiap dengan senjata dan perlengkapan perang mereka. Yeon seok terus menerus mengumamkan kata maaf pada eommanya.
" Mereka meminta tebusan 1 trilyun won atau berkas kerjasama Perdana menteri dengan pihak kanada jika tidak... Kita kehilangan hyo joo... " papar jin hee pada semua orang yang ada di ruangan itu sambil memperlihatkan alamat yang kirimkan penculik.
Yeon seok melihat eomma dan adiknya menangis, sementara kedua hyung-nya diam dengan raut muka marah. Segurat penyesalan terbayang di wajah mereka, bagaimana adik kecil mereka bisa lolos dari pengawasan pengasuh dan berada di luar sana malam seperti ini.
Jin hee menggenggam tangan istrinya, berusaha meyakinkan bahwa dia akan membawa Putri mereka kembali dengan selamat. Setelah itu mereka pergi meninggalkan semua orang dalam pikiran masing-masing.
Yeon seok hanya bisa menangis dalam kediaman nya, dia terua berdoa agar adiknya bisa kembali dengan selamat.
Malam berganti pagi namun belum ada kabar keberadaan hyo joo. Jin hee sudah mengerahkan seluruh orang terbaiknya. Baru menjelang sore hari telpon rumah berdering, hyo joo telah ditemukan dan dilarikan ke rumah sakit. Yeon seok bersama eomma dan seluruh hyung-nya bergegas menuju rumah sakit.
Kenyataan pahit mencampakkan seluruh do'a-do'a yeon seok untuk adiknya. Diatas bed single ruangan VVIP berdekorasi kartun lucu itu duduk adiknya dengan pelipis kanannya yang di perban. Yeon seok melihat adiknya baik-baik saja, namun ada yang aneh dengan adiknya. Gadis cilik itu hanya diam menatap orang-orang yang ada di dekatnya, terlebih saat eommanya memeluk erat tubuh adiknya itu, tatapan matanya kosong dan terkesan cemas dengan kehadiran semua orang di sekitarnya. Ketakutan.
"Ahjumma, nugusimnika? Naneun oediya? " kalimat mengejutkan itu meluncur dari bibir merah cery hyo joo saat seo yuan memeluk erat tubuh putrinya.
Bagai ribuan ton beban menghimpit dada yeon seok. Dokter menjelaskan bahwa hyo joo mengalami amnesia dan trauma yang cukup berat. Dokter menyarankan agar keluarga membantu hyo joo memulihkan kembali ingatan nya tanpa memaksa dirinya.
Seminggu setelah pulang dari rumah sakit hyo joo kembali ke rumah. Eomma, appa, dan semua hyungnya berusaha mengingat kembali semuanya, mengenalkan kembali semua dari awal. Mulai dari nama, tempat, hal yang disukainya, teman-teman sekelasnya, anjing kesayangannya, semua. Dan sejak saat itu yeon seok selalu berada di samping adiknya, memenuhi semua keinginannya, berusaha menyenangkan dan menjaga adiknya. Dia menjadi lebih protektif, posesif dan lembut jika menyangkut adiknya. Namun yeon seok juga merasakan perubahan sikap appanya. Appanya lebih keras dan protektif pada adik perempuan satu-satunya itu,semua harus diawasi, dibatasi, dijaga. Hyo joo memang sudah kembali ceria dengan potongan ingatan yang diceritakan eomma dan semua kakaknya. Namun ada satu hal yang masih belum bisa teratasi, trauma hyo joo terhadap kolam. Entah apa yang sudah dialami hyo joo. Gadis enam tahun itu menangis histeris saat melihat kolam di belakang rumah sambil memegangi kepalanya. Jin hee sudah berusaha menenangkan putrinya tapi hasilnya nihil. Dokter yang menangani hyo joo mengatakan hyo joo butuh suasana baru untuk membantunya mengurangi traumanya. Jin hee memutuskan membawa hyo joo ke Jepang, ke rumah ibunya di kyoto.
Pilihan jin hee bukan tanpa alasan, disana kehidupannya lebih tenang dan aman. Para pengawal pribadi ibunya pasti bisa menjaga hyo joo. Walaupun berat namun jin hee yakin itu adalah yang terbaik. Dia tak ingin kehidupan politiknya yang baru bersinar berdampak buruk bagi kehidupan Putri tunggal nya,penculikan beberapa waktu yang lalu tidak boleh terulang lagi. So yeon jelas menentang hal tersebut, bagaimana dia bisa berpisah dengan Putri satu-satunya dalam keadaan seperti sekarang, saat ingatan putrinya belum sepenuhnya pulih.
Yeon seok ingat betul saat eommanya jatuh sakit setelah pulang dari Jepang mengantar adiknya ke tempat haraboji nya di kyoto. Hidup yeon seok terasa sepi dan hampa tanpa adiknya. Sejak saat itu bertekat membawa adiknya pulang ke korea, atau paling tidak bertemu dengannya ,menyembuhkan trauma adiknya. Dia selalu berusaha menyisihkan uangnya untuk menabung. Menabung agar bisa pergi ke Jepang setiap libur sekolah atau kuliah nya, untuk bisa bertemu adiknya. Bukan karena dia kekurangan uang, tapi appanya pasti tidak memberinya izin datang ke Jepang untuk menemui hyo joo. Jadi walaupun terpisah jarak kehidupan kakak beradik ini tetap terjalin baik, kadang yeon seok membawa jun hoo pula saat anak itu libur sampai hyo joo masuk kuliah kedokteran seperti perintah jin hee dan menyelesaikan di Jepang. Baru setelah hyo joo mendapatkan beasiswa spesialisasi saraf di amerika mereka tidak bertemu.
Yeon seok sedikit berbahagia saat melihat adiknya pulang ke rumah kemarin malam, namun hatinya menjadi kesal saat tahu appa nya menjodohkan adiknya dengan pilihan sendiri jin hee, putra pemilik lee corp yang terkenal seantero korea.
Yeon seok memahami ketakutan appanya saat tahu hyo joo menjalin hubungan dengan seorang dokter bedah jantung asal Jepang, putra seorang pengusaha terkenal sekaligus mantan yakuza yang bisnisnya menggurita, baik di dunia nyata maupun di pasar gelap. Karena itu dia berusaha memisahkan mereka dengan mengirim hyo joo ke amerika dengan dalih beasiswa. Betapa berkuasanya seorang han jin hee. 
Hal ini terulang kembali.Suara mesin pengirim pesan terdengar keras saat sebuah pesan masuk melalui faxs, berturut turut sebuah gambar dan penjelasan singkat tentang seorang namja tampan bernama lee jong suk. Yeon seok menarik keluar kertas tersebut dan membacanya cepat, tersenyum miring setelahnya.
"Siapkan mobil, handle semua jadwalku hari ini. Aku ada urusan penting di luar hari ini." perintah yeon seok pada sekertaris pribadinya. Setelah itu dia bergegas keluar ruangan dengan ponsel menempel di telinga menghubungi seseorang.
.
"Selesaikan bagian penutupnya!" perintas hyo joo pada dokter asistennya. Dengan lelah kaki jenjang itu melangkah menyusuri koridor menuju ruang ganti para dokter.
Saat membuka pintu loker kedua manik mata indah itu bertabrakan dengan wajah seorang namja tampan dengan mata sipit dibalik kacamata bundarnya. Foto bersama mereka saat wisuda spesialisasi hyo joo di Amerika setahun yang lalu.Rasanya sangat tidak adil jika sekarang hyo joo masih mengharapkan bersama dengan pria pujaan hatinya itu sedangkan acara pertunangannya akan diadakan minggu depan.
Sejak berpisah dengan Hiromitshu setahun yang lalu,hyo joo memang tidak pernah berusaha menutup pintu hatinya untuk orang lain. Dia tipe gadis yang sangat sulit membuka hati dan terlalu dalam jika mencintai seseorang. Kenangannya bersama dengan pria Jepang tersebut terlalu banyak dan terlalu sulit dilupakan. Hiromitshu adalah pria pertama yang mengakui kemampuannya secara pribadi dan mencintainya secara tulus. hah...masa lalu. Sekarang masa depannya terlihat begitu suram.                                                                                                     
Brakk!!
Suara pintu loker yang dibanting keras. Sebuah tendangan menghantam daun pintu loker.
"Damn?!!!  Arrggghhhh...!!! " Teriak hyo joo dalam keputus asaannya.
Hyo joo mengganti bajunya cepat dan bergegas menuju ruang gym yang ada di lantai paling atas gedung rumah sakit militer ini. Dia butuh melampiaskan kemarahan yang selalu muncul saat mengingat perjodohan konyol itu. Hyo joo tidak pernah bisa memahami jalan pikiran appanya.
" mereka saja menikah atas dasar suka sama suka, semua orang bebas menikah dengan pilihan hatinya kenapa aku tidak, ini tidak adil " gumam hyo joo saat mengalungkan tas pakaian gantinya menuju ruang gym.
Drrt.. Drrt.. Drrt...!!
Dengan malas dia terpaksa menggeser layar ponselnya ke kiri. ' yeon hyung' ID yang tertera di sana.
"Ne hyung? " jawab hyo joo saat sambungan terhubung.
"......"
"Sekarang? "
"......."
"Oke, aku ke sana "
Bip.
Sambungan terputus.
Sejak kecil hyo joo memang selalu memanggil semua kakaknya hyung, sebelum dan sesudah hilang ingatan hyo joo tetap memanggil semua kakaknya hyung bukan oppa  seperti panggilan adik perempuan pada kakak laki-lakinya,betapa eommanya berusaha hasilnya sama. Dia juga cenderung tomboi dan 'berusaha manly' dalam sikap dan penampilannya. Ribuan kali eommanya memaksa hyo joo memanjangkan rambutnya dan lebih sering memakai gaun, tapi semua itu sia-sia. Dengan alasan gerah dan ribet karena dia harus bergerak cepat maka hanya celana jeans, Kemeja pria dan sepatu kets yang menjadi pakaian kesehariannya. Jauh dari kesan feminin, lembut dan girly. Meskipun terlahir dari keluarga berada dan menjadi bungsu, hyo joo tidak menjadi manja dan bermewah-mewah. Di Jepang hidupnya semua telah teratur, terbatasi secara pasti.
"Hhh.. Hilang sudah kesempatan untuk merubah rekor treadmill ku hari ini" gumam hyo joo dalam hati seraya melangkah cepat ke loby depan rumah sakit tempat sebuah mobil sport hitam terparkir menunggunya bersama dengan seorang namja tampan berpakaian kantor necis lengkap dengan kacamata hitam di hidungnya. Membuat mata setiap yeoja terpesona.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Mian, up nya lama,
Maaf jika ceritanya membosankan. Berusaha keras untuk tidak garing, tapi jika masih garing harap maklum musim kering, hehe..
Mohon kritik dan saran, masukan na
Typo masih nyebar di mana-mana
Happy reading guys.
Jangan lupa  vote okey 😊

Symptoms of love (Private)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang