07

259 25 0
                                    

"Hyo joooo.. " teriak so yeon keras saat melihat tubuh putrinya ambruk di dekat kaki ranjangnya, darah segar membasahi sisi tubuhnya sebelah kanan, membuat permadani persia berwarna jingga itu menjadi lebih gelap warnanya.

Segera saja su bin dan jin hee mendekati tubuh hyo joo dan mencari tanda kehidupan di tubuh lemah itu. Hembusan nafas lega terdengar dari keduanya saat mengetahui jika hyo joo masih bernafas dengan baik.

"Panggil dokter shim sekarang!! " perintah jin hee saat su bin mengangkat tubuh adiknya ke atas ranjang, diiringi isak tangis dari so yeon.

"Tenanglah eomma, hyo joo baik-baik saja, kulihat hanya lengannya saja yang luka, kita tunggu dokter shim." ucap su bin berusaha melepaskan pelukan ibunya pada tubuh adiknya.

"Hiks.. Hiks.. Hyo joo.. Nak.. Bangunlah.. Yeoboo.. Kenapa dia.. Ya tuhan tolong putriku.. Hiks.. Hiks... " ratap so yeon sambil terus memegangi tangan dingin putrinya.

Jin hee hanya bisa menatap pilu tubuh putrinya yang kini terbaring tak berdaya. Sekarang dia tidak bisa berfikir apa-apa. Dia membiarkan su bin yang mengatur semua. Apapun yang dikatakan putra ke duanya itu hanya terdengar seperti lengkingan sirine yang menggaung di depan telinganya.

Tap.. Tap.. Tap..

Dengan tergesa-gesa dokter keluarga han memasuki kamar bernuansa peach tersebut dan langsung memeriksa kondisi hyo joo.

"Dia sangat tertekan tuan, luka sayatan di lengan kanannya itu tidak terlalu dalam namun sedikit panjang, dan memar di lehernya itu saya menduga itu bekas cekikan tangan. Apa yang sebenarnya telah dialaminya? Kusarankan anda jangan terlalu menekannya. Aku takut trauma itu akan muncul kembali dalam kadar yang lebih tinggi." papar dokter shim.
"Aku sendiri tidak tahu dokter, saat aku dan kakaknya datang kerumah sakit dia sudah tidak ada di sana kondisi ruangannya berantakan, saat tiba di rumah dia sudah seperti itu " jawab jin hee.

"Biarkan dia istirahat, luka itu akan sembuh dalam 2 hari, tapi tekanan batinnya itu yang harus tuan perhatikan. Biarkan dia melakukan apapun yang disukainya. Saya akan memberikan obat yang membantunya beristirahat" jelas dokter shim mengawasi asistennya menjahit luka do tangan hyo joo.

Setelah selesai su bin yang mengantar dokter paruh baya itu keluar rumah. Sedangkan jin hee menemani so yeon menunggu hyo joo sadar.

"Demi apaun yang kau inginkan han jin hee, aku tidak akan membiarkan sesuatu menimpa putriku!! Persetan dengan semua urusan gilamu dengan perdana menteri atau siapapun, jangan pernah libatkan putriku dalam bahaya karenamu?!!" ucap so yeon dengan nada dingin.

"Maafkan aku karena tidak bisa menjaganya.. Jangan khawatir aku akan mencari tahu apa yang telah terjadi pada hyo joo. Dia juga putriku, dan kau tahu betapa aku menyayanginya." jawab jin hee dengan pandangan sayu pada wajah pucat buah hatinya itu.

Pikirannya bekerja keras merunut siapa yang berani menyerang putrinya secara terang-terangan. Musuh-musuhnya? Jin hee menyadari bahwa lawan politiknya tersebar di mana-mana, kelompok mafia? Yakuza?
"Aku sudah kehilangan satu, jangan harap aku akan tinggal diam setelah hari ini, camkan kata-kataku!" ucap so yeon datar tanpa melihat wajah suaminya.

"Hn.. "

Saat su bin memasuki kamar dia tidak sendiri, ada wo sung dan kakak iparnya ha sun. Ha sun langsung menghampiri tubuh adik iparnya yang terbaring lemah. Bergabung dengan isak tangis ibu mertuanya.

"Cari tahu apa yang terjadi di rumah sakit! Kerahkan semua orang terbaikmu sung ah, aku ingin tahu siapa yang telah berani bermain api dengan kita" perintah jin hee pada putra sulungnya.

"Ne appa.. " jawab wo sung membungkukkan badan dan berlalu meninggalkan kamar.

.

"Eengh.. "
So yeon segera menghampiri suara erangan putrinya. Dilihatnya manik mata hitam legam kesayanganya itu perlahan mengerjap pelan.

Symptoms of love (Private)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang