📖Penolakan (2)📖

68 6 0
                                    

بِســـــــمِ اللّهِ الرّحمنِ الرّحِيمِ

Happy Reading!!

"Saya tidak mengenal yang namanya pacaran. Apalagi sama orang seperti kamu. "
☆Saras Adeeva Rasy Akbar☆

🏆🏆

Jam dinding di depan kelas telah menunjukkan pukul 14.15 WIB. Dan bel tanda pulangpun terdengar di seluruh penjuru sekolah. Tapi Faran telah berada di ruang ekskul gitar setelah kabur dari pelajaran matematika yang sangat dibencinya. Membawa gitar kesayangannya menuju halaman depan sekolah yang berhadapan langsung dengan gerbang sekolah dan juga lobi sekolah. Siap melancarkan aksinya memenangkan taruhan yang diberikan sahabatnya. Dengan senyum jumawa yang ia berikan pada sahabatnya yang telah berada di parkiran akan menyaksikan kemenangannya. Setelah Willi menunjukkan padanya yang mana targetnya saat istirahat.

Willi mengajak Faran menuju samping bangunan perpustakan dan ruang multimedia yang tergabung jadi satu bangunan, setelah Faran menyanggupi taruhannya itu akan langsung dia lancarkan. Willi melirik jam tangan yang terlilit di tangan kanannya, telah tahu betul jadwal waktu siswi yang dimaksudnya itu memasuki perpustakaan.

"Bentar lagi dia masuk nih, " ujar Willi yang tengah membungkukkan badannya sedikit, memperhatikan jalan menuju perpustakaan. Dan Faran menunggu dengan menyandarkan punggungnya ke tembok bangunan persis ruang multimedia. Memasukkan kedua tangannya dalam kantong celana seragamnya. Memasang wajah tampannya dan mulai menyebarkan pesonanya pada para siswi kelas sepuluh yang berjalan melewatinya. Dan reaksi samapun akan selalu ia lihat dari seluruh siswi yang menangkap pesonanya. Decak kagum. Jeritan tertahan.

"Tuh bro. Dia jalan ke sini. "

Faran menoleh lalu mengikuti telunjuk Willi yang mengarah pada seorang siswi yang tengah berjalan seorang diri dengan buku tebal di tangannya. Syar'i juga penampilannya, gumam Faran dalam hati. Tapi kadang penampilan tak pernah sesuai dengan sifat. Faranpun pernah mendapat tantangan saat kelas sepuluh untuk menembak-dalam artian mengajak pacaran-kepada seorang anak ustadz yang seragam sekolahnyapun syar'i banget. Dan Faran tak percaya, gadis itu menerimanya. Aishh ia kira seseorang dengan penampilan seperti itu tidak suka pacaran. Padahal ia selalu mendengar bahwa pacaran itu sebenarnya melanggar perintah agama dari guru agamanya di sekolah. Tapi memang Faran tak peduli akan hal itu.

Faran merasa tak asing dengan wajah itu. Menyipitkan matanya menatap lekat gadis yang kini telah memasuki gedung perpustakaan dua lantai ini.

"Gue kayak pernah liat dia, " gumam Faran yang membuat Willi menoleh kearahnya. Faran mencoba kembali mengingat. Ingatannya memang cukup tajam walau hanya sekilas bahkan ia melihat.

Mata Faran membulat sempurna. "Dia kan yang nabrak bahu gue tadi pagi. "

Willi menatap Faran penasaran dengan kelanjutan cerita sahabatnya. "Masa? Terus reaksi dia gimana? " Jangan-jangan Saras hanya bilang sorry dengan wajah tanpa ekspresinya lalu ninggalin Faran, duga Willi dalam hati.

"Dia cuma menatap gua sekilas, terus bilang sorry dengan muka datar terus pergi gitu aja. "

Willi akhirnya menyemburkan tawanya mendengar penuturan Faran. Dugaannya benar. Bahkan sudut matanya sampai berair dan Faran hanya menatap jengkel kearah Willi. "Aduh baru kali ini ada yang tak acuh sama lo, " ujar Willi sambil menepuk bahu Faran yang kini tengah bersedekap dada.

"Tapi mungkin dia tadi enggak lihat jelas gue siapa, soalnya terhalang sih gue. " Faran dengan rasa percaya dirinya yang tinggi berujar.

Sedangkan Willi tersenyum mengejek. Willi ingin melihat bagaimana nanti bila kepercayaan diri seorang Faran dijatuhkan. Willi tertawa jahat dalam hati. Sekali-kali enggak papa kan ya ngerjain si Faran nih, gumam Willi dalam hati.

Bad and The Best [Coming Soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang