🎶Si Jutek (3a)🎶

81 6 0
                                    

بِســــــمِ اللّهِ الرَّحمنِ الرَّحِيمِ

Happy Reading!!

"Dia itu terbuat dari apa sih, jutek amat. Pesona gue kayaknya benar-benar mulai luntur. "
☆Faran Putra Pranaja☆

🎧🎧


Bintang-bintang di cakrawala berkelap-kelip menghiasi malam yang tenang ini. Semilir angin malam menerpa wajah Faran yang kini tengah berdiri di balkon kamarnya, menatap langit dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Dek, kamu udah bahagia ya di sana, " gumam Faran yang masih menatap langit. Netranya seolah menerawang jauh ke atas sana. Bulan sabit tampak paling bersinar di antara bintang-bintang. "Aa' di sini malah kesepian enggak ada kamu, " lanjut Faran. Begitulah kebiasaan Faran setiap malam kala hamburan bintang menghiasi langit malam. Seolah berbicara dengan seseorang yang kini telah meninggalkan dunia. Seseorang yang sangat disayanginya. Adiknya.

Setelah puas berbicara dengan langit, Faran berjalan menuju tempat tidur yang hanya muat untuk dua orang itu. Merebahkan seluruh anggota badannya sambil menatap langit-langit kamar.

"Saya tidak mengenal yang namanya pacaran. Apalagi sama orang seperti kamu. "

Ucapan seorang Saras kembali terngiang dalam pikirannya. Faran merasa aneh. Tak seperti biasanya ada yang mengganggu pikirannya selain adiknya yang telah meninggal dan membuat luka hingga hari ini.

Faran kembali mengingat kejadian tadi siang. Dia tak habis pikir ada yang mengabaikannya. Bahkan memandangnyapun seolah tak sudi. Bahkan wajah tanpa ekspresi itu membuat sedikit percaya dirinya menurun. Walaupun hanya sedikit, tapi mampu mengusik dirinya.

"Dia terbuat dari apa sih, jutek amat. Pesona gue kayaknya bener-bener mulai luntur, " gumam Faran masih mengingat bagaimana bibir tipis Saras mengucapkan kata penolakan.

Faran bangkit dari rebahannya. Ia berdiri menghadap cermin yang menempel pada salah satu pintu lemari pakaiannya. Berpose di depannya. "Padahal orang ganteng gini. Kayaknya si Saras itu udah bener-bener buta. "

Kalo buta, dia enggak bakalan bisa naik sepeda kali Far. Pikirannya yang lain berbicara.

Faranpun mengambil ponsel miliknya yang berada di atas meja di samping tempat tidurnya. Mulai menghubungi sahabat satu-satunya, Willi.

Tak lama panggilan Faran dijawab oleh Willi.

"Hallo mas bro. Tumben lo nelpon gue, biasanya juga udah ada di depan rumah aja. "

"Elah gue lagi males kemana-mana nih-"

Belum selesai Faran berbicara, suaranya telah dipotong oleh Willi.

"Kenapa? Lo masih nginget-nginget kejadian penolakan tadi siang? " Tawa Willi terdengar di sebrang sana membuat Faran menjauhkan benda pipihnya itu sebentar dari telinganya. "Aduh gue sampe enggak bisa berhenti ketawa bro. Ya ampun ekspresi lo lucu banget. "

Faran berdecak sebal. "Heh terus-terusan lo ketawa, gue pecat lo jadi sahabat gue. "

"Wooo dikira gue kerja sama lo. Sabar bapak Faran. "

Faran melotot. " Gue masih remaja udah lo panggil bapak-bapak ya. Lo tuh yang bapak-bapak. "

"Ya ampun sensi banget lo jadi cowok. Lagi PMS ya. " Dan tawa Willipun kembali terdengar menggelegar di sebrang sana.

Bad and The Best [Coming Soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang