Prince Of The Sea

01

(Haein Pov)

🎶Sayonara no mae ni let go
🎶Demo kokoro no meiro no naka de  🎶mayou
🎶Stereo kara mono e wakaremichi 🎶wa sou ~ ~

Lantunan musik berdentum lembut dari lubang-lubang kecil earphone yang menancap disalah satu telingaku. Ditemani deburan ombak laut yang menghantam karang-karang besar dipinggir laut dan tentu saja membuat sebagian airnya tumpah ke sampai ke jalan, bahkan baju seragam yang seharusnya masih ku pakai besok sudah basah kuyup.

Dingin? Tidak! Aku tak merasakan apapun saat ini kecuali gejolak di pikiran dan hatiku yang lebih menusuk daripada dinginnya air laut yang mengguyur seluruh tubuhku dan angin laut yang keluar masuk dipori-pori kulitku. Hanya tatapan kosong kuhadapkan ke arah matahari yang mulai mempersiapkan dirinya untuk beranjak tidur dan meninggalkan jejak jingga di ujung laut biru di depanku.

Berdiri berjam-jam dipinggir laut, seluruh badan yang basah dengan seragam sekolah yang masih menempel lengkap di tubuh ringkih, dan para pengawal... hahaha persetan dengan para penguntit bayaran yang tak pernah membiarkanku tenang
sedetikpun.

“Nona, ini sudah hampir malam. Tuan besar dan Nyonya besar pasti akan mencari-cari Nona, dan kami akan terkena...”

“Tak bisakah kau tutup mulut keritingmu itu? Tinggalkan aku, aku masih ingin disini! Kembalilah ke mobil dan jangan ganggu aku sampai aku merasa tenang! Aku akan
kembali sendiri nanti,” ancamku kepada Pak Yoon, ketua penjaga yang menghampiriku. Dia baik, tapi entah kenapa aku sangat membencinya. Mungkin karena dia adalah pesuruh setia Ayahku.

“Tapi, Nona...”

“Pergilah! Atau aku akan loncat sekarang!”

“Jangan! Jangan Nona...” sergahnya cepat dengan tangan gemetar yang menjulur untuk menghentikanku. Mungkin dia takut akan dipecat karena tak menjagaku dengan baik.

⎯ “Baiklah Nona, saya akan pergi. Saya permisi, cepatlah kembali ke mobil Nona.”

Untuk kesekian kalinya mereka menghampiriku dan apa katanya tadi? Ayah dan Ibu akan mencari diriku? Hahaha... sebuah keajaiban yang sungguh tidak mungkin terjadi. Ayah mencariku? Hah! Dia bahkan tak pernah sedikit pun khawatir atau peduli denganku. Ayah terlalu sibuk dengan uang, berfoya-foya bersama teman-temannya, dan tentu saja berlibur dengan para jalangnya yang selalu dia bawa ke rumah? Bukan
rumah melainkan penjara.

Sedangkan Ibu? Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sering pergi ke luar negeri untuk bertemu dengan kliennya. Dia tidak pernah berada di rumah, dia hanya pulang untuk melihat kantornya, lalu bertengkar dengan ayah, dan pergi. Atau dia akan pulang ketika ada wawancara yang mengharuskannya berakting sebagai sesosok istri yang berbakti suaminya dan sangat menyayangi dan mengurus anak-anaknyadengan baik.

Ibu hanya sesekali meneleponku, itu pun hanya menanyakan apakah aku baik-baik saja dan selesai. Tak ada pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam seperti yang dilakukan orang tua lain pada umumnya untuk menunjukkan rasa sayangnya. Rasa sayang? Entahlah, aku tak terlalu yakin dengan hal itu.

Hanya ada satu orang dikeluarga bangsat itu yang menganggapku benar-benar ada. Dia selalu mengkhawatirkanku, selalu memberi bercerita denganku, selalu menjagaku, selalu membuatku tenang dan tertawa, dan selalu kembali hanya untukku, untuk adiknya. Ya, dia kakakku, Jung Hoseok. Meskipun dia selalu disibukkan dengan jadwal konser yang padat, dia tak pernah tak meneleponku. Kakakku itu selalu menyempatkan untuk menanyakan keadaanku kecuali saat dia benar-benar sibuk, setidaknya dia hanya mengirim pesan kepadaku.

Sungguh menyedihkan bukan? Mendengar celotehan orang-orang yang mengelu-elukan keluarga pemilik Diamond Properties Corporation yang termahsyur
seantero Asia merupakan keluarga yang harmonis dan diidam-idamkan oleh semua orang. Namun, kenyataan hidup yang sesungguhnya tak semanis apa yang mereka lihat, IT’S JUST OUR MASK! Mereka tidak pernah hidup harmonis lagi. Dan ya,
inilah kenyataan yang sebenarnya sungguh tak sanggup lagi untuk ku hadapi. Inilah tempat pelarianku dari segala masalah disaat tempat sandaranku sedang jauh dariku.