03

120 19 9
                                    

(Author Pov)

Gemerlap suasana malam di kota Seoul memang tak pernah ada habisnya. Di tiap sudut kota nampak begitu indah dipandang. Semuanya ramai, ditambah libur akhir pekan menghiasi kebahagian yang terpancar dari setiap orang yang berlalu-lalang menyusuri kota Seoul untuk sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, atau bahkan hanya sekedar menghibur diri. Tak ada satu pun toko di daerah Gangnam yang sepi pengunjung. Tak terkecuali, bar-bar mulai dari Regular class sampai VVIP class yang siap sedia menemani para penggila kehidupan malam.

Pendar-pendar cahaya lampu di salah satu bar berkelas VVIP ini menghiasi setiap sudut ruangan. Puluhan botol Wine, Whiskey, Champagne (Sampanye), dan Vodka berjajar rapi dihadapan mata pengunjung bar yang siap mengguncang kesadaran penikmatnya. Dentuman musik yang memekakkan telinga tak membuat
pengunjungnya jera melenggak-lenggokkan lekuk tubuhnya. Dan tentu saja, mereka juga menyediakan para gadisnya dengan kemolekan tubuh dan kecantikan wajahnya
yang siap memanjakan setiap pasang mata untuk menghibur tamu-tamu pembawa harta karun disana. Tentu saja dengan harga yang sesuai dengan kualitas excelent menurut mereka dengan harga yang fantastis pula.

Namun, nampaknya hal itu tak berlaku untuk pria tampan yang sudah duduk di depan meja cocktail selama dua jam lamanya. Pria itu tak bergerak sedikit pun, meski banyak para wanita yang sedari tadi membujuknya untuk bermain bersama. Dan tak satupun dari wanita itu mampu melumpuhkan pertahanan pria tampan yang sedari tadi setia menenggak Wine tahun 1978 favoritnya. Sampai seorang pria tampan lainnya dengan setelan kemeja merah hati dengan kancing dua teratas terbuka memecahkan
segala kebersamaannya dengan Wine miliknya.

"Wah! Wanita itu cantik sekali. Haha, bisakah aku mencobanya sekali? Akan kubuat dirinya melayang sekaligus tersiksa dengan permainanku," ucapnya sambil merebut segelas Wine yang hampir meluncur ke tenggorokan temannya.

"Kau gila?"

"Kenapa? Toh pada akhirnya dia juga akan tutup mulut⎯" menyeruput Wine yang kini telas dikuasai tangannya, "⎯ untuk selamanya, haha."

Pria di sampingnya hanya mendecih mendengar perkataan yang meluncur dari mulutnya temannya tanpa disaring terlebih dahulu. Dia menggidikkan badannya berkali-kali setiap melihat temannya yang menatap para jalang disana menggodanya dengan seribu rayuan. Dan pada akhirnya pria berkemeja merah hati mulai tergoda dan meletakkan gelas Wine-nya dengan keras di atas meja cocktail. Dengan segala kegagahan dan ketampanan yang dimilikinya, dia mulai berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri gadis yang siap dimainkannya. Hingga sebuah suara melengking di telinganya dan seketika menghentikkan badannya untuk membalikkan badan menghampiri sumber suara.

"YA! KIM SEOKJIN!!"

"Huuuh! Hei, ayolah! Sekali saja, huh?"

"Kembali kesini, atau ku potong alat kelaminmu itu sekarang juga?" lelaki bermarga Kim itu membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang dikatakan teman sehidup sematinya itu. Bukan, lebih tepatnya saudaranya.

"YA! Kau gila? Apa kau ingin aku melajang seumur hidup?"

"Sudah ku bilang, jangan pernah melakukannya. Apa kau ingin mencelakakan keluargamu, huh?! Sejak kapan kau bersifat sama dengan mereka yang menjijikan itu? Lebih baik simpan milikmu itu, dan semuanya juga akan aman dan tidak akan sia-sia. Kau tidak tahu dia siapa. Bisa jadi, dia salah satu dari mereka yang ingin menjebakmu. Kau tahu sendiri mereka bisa merubah aroma dan suhu tubuhnya agar sama dengan manusia," ungkap pria tampan sepupu pria yang bernama Kim Seokjin sehidup semati panjang lebar.

"Okay, okay, I will."

Keheningan sempat tercipta diantara kedua pria tampan itu. Yang satu masih berpagut dengan kenikmatan Wine yang tak akan ada habisnya membuat candu yang menggodanya untuk menenggaknya lebih banyak. Sedangkan Seokjin, pria itu masih saja menatap wanita-wanita cantik di ujung ruangan bertirai putih transparan di pojok ruangan.

Prince Of The SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang