"Lulu suka bunga matahari?"
"Sukaaaa..." jawabannya penuh semangat dan riang. Tangan mungilnya menyentuh bunga matahari yang tumbuh di halaman rumah besar bernuansa putih gading. "Kalo ibu suka bunga apa?"
"Ibu suka semuanya."
"Pasti karena nama ibu Bunga."
Bunga tersenyum dan menyentil hidung Lulu. "Bantu ibu tanam benih ini di pot, ya."
"Kenapa nggak langsung di samping bunga yang sudah besar aja, bu? Biar dia ada temennya."
"Nanti, kalo sudah bertunas dan mulai tumbuh besar, baru kita pindahin. Supaya ada tempat yang cukup untuk mereka tumbuh tinggi."
Percakapan tentang bunga dan kegiatan menanam benih selalu membuat Lulu bahagia. Ibunya tidak pernah marah tentang baju dan tangannya yang kotor. Malah Lulu pernah berguling di tanah gembur karena diserang kelitikan dari Bunga.
Sama seperti sore itu, tawanya masih menggema karena Lulu terpeleset jatuh di atas rumput. Ketika seseorang datang menyapa keduanya.
Seorang wanita berperawakan menarik dan mirip ibunya. Wanita itu terlihat ramah dan senyumnya menular. Membawa sepiring besar kue yang menarik perhatian Lulu untuk langsung berdiri.
"Saya Amanda. Baru pindah kemarin malam di sana," tunjuknya ke rumah seberang. "Ini ada sedikit kue sebagai tanda perkenalan."
Bunga yang memang memiliki kepribadian lembut dan ramah begitu senang mendapat tetangga baru. "Wah, penghuni baru, ya. Selamat datang di komplek ini. Sudah tau di mana ketua RT? Nanti aku bisa temenin ke sana. Atau kalau perlu sesuatu jangan sungkan minta aja ke aku."
"Ibu," Lulu menarik-narik baju Bunga. "Mau kuenya..."
"Cuci tangan dulu, ya."
"Cantik sekali ini...," Amanda menunduk untuk menyejajarkan tingginya. "Siapa namanya?"
"Lulu, tante."
"Aduh-aduh imutnya... nanti temenan sama anak tante, ya," Amanda seolah menyadari sesuatu. Ia berbalik dan berteriak. "Rey, ayo sini!"
Saat itulah perhatian Lulu teralihkan dari kue hangat yang nikmat dengan kehadiran sosok yang muncul dari rumah seberang.
Rey menyapa setelah disuruh oleh Amanda. Anak laki-laki itu terlihat sangat malas untuk beramah-tamah karena sebelum ke sini ia sedang sibuk bermain video game.
"Ini Rey. Dia memang agak sulit bergaul. Tapi mungkin Lulu bisa jadi temen pertamanya di sini." Amanda merangkul Rey yang di umur 8 tahun sudah tumbuh tinggi. "Ayo kenalan, sayang."
Rey menatap Lulu yang terlihat kotor dengan tanah. Wajahnya mengernyit. Tidak pernah diliatnya ada anak yang begitu kotor seperti Lulu namun terlihat bahagia di wajahnya.
Saat Bunga hendak menyuruh Lulu untuk memperkenalkan diri, Lulu malah lebih dulu beranjak maju dan memeluk Rey.
Rey menjerit. Amanda dan Bunga saling menatap.
"Ma... mama..." Rey mengerang, mengangkat kedua tangannya. "Nggak mau dipeluk anak ini!"
Amanda dan Bunga hanya tertawa melihat keduanya. Berpikiran sama jika Rey dan Lulu akan segera menjadi teman. Sedangkan Rey harus menyimpan kekesalan dan merelakan t-shirt bermotif bunga matahari pemberian ayahnya harus kotor.
🌻
Sudah beberapa saat lamanya mobil Lukas berhenti di depan sebuah rumah yang kini tidak terlihat sama lagi. Tidak ada jejak nostalgia yang dirasakan ingatannya. Tidak ada taman bunga yang asri, tidak ada batu-batuan yang mengantarkan ke pintu depan. Semuanya berubah digantikan carpot luas dengan mobil yang berjejer rapi. Cat putihnya sudah berganti kuning keemasan, sama halnya dengan jendela berwarna cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejak Luka
RomanceLuka selalu merasa bahwa kematiannya akan dirayakan sukacita oleh banyak orang. Ia tidak merasa cukup pantas untuk bahagia. Luka tidak bisa mengutarakan kesedihannya, bahkan di dalam sunyi. Setelah dituduh membunuh ayahnya sendiri, ia dibuang dan di...