1. Bertemu Oppa

26 4 28
                                    

Pagi hari kota Yogyakarta diselimuti awan mendung. Tetes hujan masih membasahi beberapa jalan .membuat para pejalan kaki di sekitarnya harus ekstra hati-hati beraktifitas agar tidak terciprat genangan air hujan semalam.

Tidak jauh dari sebuah halte, seorang gadis berjaket hitam dengan ransel yang tersampir dibahunya tengah berlari-lari kecil berharap bus yang akan ia tumpangi belum berangkat.

Yulia kristanti. Gadis berusia 18 tahun yang memutuskan untuk bekerja sebagai waitress disebuah cafe milik ibu temannya seusai menuntaskan jenjang SMA nya. Ia adalah seorang yatim piatu dan sebatang kara dikota Yogyakarta. Mata bulat kulit putih dan Pipi yang sedikit chubby memberikan ketertarikan tersendiri bagi sebagian orang yang melihat nya . Ia beruntung bisa menyelesaikan sekolahnya dengan baik dan langsung ditawari pekerjaan, walau hanya sebatas waitress.

-

"yulia! " panggil seorang wanita paruh baya yang diketahuinya adalah ibu sang temannya.

" Iya Tante." sahutnya sambil membalikkan badan menghadap wanita paruh baya dihadapannya.

" Hari ini tante ada acara keluarga, kalau kamu jagain cafe sampai malam bisa tidak? "

" Bisa kok, Tante. Aku kan juga nggak ada siapa - siapa lagi yang mau ditemuin dikostan. "

" Yasudah kalau begitu. Tante titip cafe ya sama kamu. Nanti gaji kamu tante tambahin. " ucapnya seraya mengusap punggung Tantry.

Tantry pun hanya mengangguk dengan senyum yang tersungging dibibirnya.

" Yoonji! " panggil seorang gadis yang usianya tak jauh beda dengannya. Sebut saja dia masrifah. Anak dari tante pemilik cafe tempat nya bekerja. Sekaligus teman dekatnya semasa sekolah.

Tantry kembali membalikkan badannya mendapati temannya sudah rapi dengan gqun yang melekat pada tubuh mungilnya.

"Nji, gimana menurut lo? " tanya Ifah yang dibalas kernyitan alis oleh Tantry.

" Apanya yang gimana? " dengan polos Tantry malah balik bertanya.

Ah iya. Tantry itu gadis yang kelewat polos. Saking polosnya ia tidak pernah punya fikir jika ada orang jahat yang akan melukainya. Semua orang itu baik, hanya saja pergaulannya yang tidak baik. Begitu yang ia pikirkan.

" penampilan gue, Onji. Astaga. " Ifah menepuk keningnya mendengar respon yang diberikan temannya itu.

" Oh, bagus. " jawab Tantry singkat.

" Onji, lu perhatiin baik-baik coba. Ini gue mau ke acara keluarga besar. Perhatiin, perhatiin! " gemas Ifah menunjuk gaun yang ia pakai agar Tantry memfokuskan perhatiannya pada gaun yang ia kenakan.

" Jelek. Nggak cocok buat lo. Ganti aja gih. " singkat namun bisa dipastikan bahwa jawaban Tantry barusan hanya sebuah candaan.

" Okeh. Makasih pujiannya, Oyon. " dengan langkah centil Ifah kembali masuk ke dalam ruang ibunya.

Bagi Ifah, apa yang Tantry ucapkan adalah kebalikannya. Jika ia berkata tidak, berarti itu tandanya iya. Jika ia berkata suka, berarti tidak suka.
Pertemanan macam apa itu? Bahkan Ifah memanggilnya dengan nama Yoonji, karna keduanya memang suka hal-hal yang berbau korea. Dan dengan usilnya Ifah mengganti setiap nama yang ada dibuku tulis Tantry dengan nama "Kim Yoonji". Sehingga beberapa guru sempat kebingungan mencari siswi yang bernama Kim Yoonji tersebut . Berbeda dengan Tantry yang akan memanggilnya dengan sebutan "Eonni ipeh" atau "mamas". Keduanya memang memiliki tingkat kejahilan masing-masing. Tapi siapa yang menyangka jika keduannya termasuk siswi terpintar disekolahnya dulu.
Meski Ifah melanjutkan kuliah sementara Tantry tidak, keduanya tetap akan selalu bersama. Layaknya kakak dan adik yang tidak bisa dipisahkan. Dimana ada Ifah, disitu ada Tantry. Begitu pula sebaliknya.

WETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang