4.Hampir Saja

29.4K 529 1
                                    

Malam ini entah ada apa dengan sikap Quin yang tiba-tiba menunggu Roy pulang biasanya diakan tidak peduli.

Suara mobil yang memasuki pekarangan rumah membuat Quin terbangun dari duduknya dan berjalan keluar.

Sesaat mata Quin melihat Roy turun dari mobilnya dengan berjalan sempoyongan. Seperti orang mabuk?

"Istriku" teriak Roy sambil berjalan sempoyongan dan kedua tangannya direntangkan.

Quin menatapnya sebal. Jika tau begini, ia tidak akan menunggunya. Quin membalikan badannya dan bersiap melangkah tapi seperti ada yang menahannya. Mata Quin turun ke bawah perut, dimana ada kedua tangan besar sedang memeluknya dari belakang .

Roy. Siapa lagi kalau bukan kerjaannya Roy?.

"lepas" Quin berusaha melepaskan tangan Roy tapi tidak bisa tenaga Roy lebih besar darinya akhirnya Quin mengalah.

"sayang" Roy berbisik tepat ditelingan Quin.

Hembusan nafas Roy membuat Quin merinding. Ia menahan nafas. Jantungnya terpompa sangat cepat.

"Istriku sayang" Roy berbisik sekali lagi. Sekarang ia bukan seperti berbisik tapi mendesah.

Quin meremang. Sumpah ia tidak kuat. Bisa-bisa jika ia berlama-lama dengan orang tidak waras ini ia jadi lepas kendali dan akhirnya ia memperkosa Roy. Ya ampun kenapa otak Quin jadi miring gini? Haha.

Quin akhirnya menggigit tangan Roy dan berlari tidak peduli dengan teriakan Roy yang sangat kencang.

Roy ikut berlari walau akhirnya ia terjatuh karena efek dari minuman keras itu. Jatuh bangun jatuh bangun. Wah seperti lirik lagu? Ok abaikan hahahaha.

Brakkk....

Pintu kamar terbanting sangat keras. Quin langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan berpura-pura tidur.

Derap langkah membuat Quin deg deg an setengah mati. Apalagi ketika ia mendengan pintu ditutup dan di kunci.

"aku akan membalasmu" suara itu membuat Quin merinding. Rasanya ia ingin menghilang saja.

Roy berjalan menuju tempat tidur lalu langsung ikut berbaring. Ia membalikan tubuh Quin dengan paksa sampai akhirnya wajah mereka berhadapan.

Roy menindih Quin. Quin menutup matanya lalu membukanya.

"awas ihhh" Quin memberontak supaya Roy geser dari tubuhnya.

Rasanya Quin ingin pingsan saja.

Roy hanya diam. Dia semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Quin dan ia memerhatikan bibir Quin dengan intens . Tiba-tiba benda kenyal itu menempel di bibir Quin dengan sempurna.

Quin melebarkan matanya atas apa yang Roy lakukan. Ya tuhan ciuman pertamanya?

Roy melumat bibir Quin walau ia tau Quin tidak akan membalasnya. Tapi ia berusaha menggoda Quin dengan tangannya yang sudah meraba-raba bagian paling sensitif Quin.

Quin mendesah. Yes berhasil, pikir Roy. Walau ia dalam keadaan mabuk tapi sungguh tubuh Quin itu sangat menggoda.

Roy terus mengesek-gesekan jarinya di intim Quin tanpa melepaskan ciumannya. Tanpa sadar Quin membalas ciuman Roy dan tangan Quin mengalung pada leher Roy.

Roy menyudahi ciumannya dan menatap mata Quin dengan kabut gairah sementara tangannya tidak berhenti mengesek-gesek intim Quin yang sudah basah di balik celana dalamnya.

"aku ingin lebih Quin... " Roy meminta izin. Sungguh ia tidak bisa menahannya.

Quin menggelengkan kepalanya membuat Roy melepaskan tangannya dari intin Quin dan memegang bahu Quin kuat.

"kenapa, kau tadi menikmatinya bahkan kau sudah mendesah, itu artinya kau juga sama menginginkan nya"

"aku memang menginginkan nya Roy. Tapi aku tidak bisa. Aku tidah bisa jika kita melakukan itu hanya untuk memuaskan nafsu. Aku ingin kita melakukan itu dengan cinta"

Roy terdiam lalu ia menggeser tubuhnya dan tertidur membelankangi Quin yang menatapnya dengan penuh arti.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang