Epilog - Let's dance together, my beautiful dancer

1.7K 273 30
                                    

Prolog continue's part
 
 
 
  
10 tahun kemudian
 
 
 
 
Jimin 23 tahun
Yoongi 17 tahun
 
 
 
 
  
 
 
 

I don’t care who’s around
Let’s dance together to the rhythm of hope

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Yoongi masih berdiri, menatap sepatu oxford cokelat tua yang sudah mulai kusam dimakan usia. Sudah selama itu ternyata. Tidak terasa penari indahnya sudah pergi selama itu. Pergi ke dunia luas, bertemu banyak orang, dan menggapai mimpinya.

Menjadi penari yang sesungguhnya

Ia tersenyum begitu melihat sepatu putih kecilnya juga berada disana. Sudah terlampau usang karena ia selalu memakainya untuk berlatih menghafalkan setiap gerakan yang Jimin ajarkan padanya.

Seperti janji mereka, kalau mereka akan terus menari sampai kapanpun.

Dan kini, ia sudah mahir menari. Bahkan terkadang ia akan tampil di sekolah sekolah seni yang sedang mengadakan pertunjukan, bersama sang ayah yang menjadi koreografernya.

Tapi mungkin itu tidak sehebat penari indahnya.

Kira-kira, seperti apa rupanya sekarang?

Apakah wajahnya masih tembam seperti dulu?

Apa dia tampan?
 
 
Yoongi tersenyum kecil begitu menyadari kebodohannya sendiri, memikirkan seperti apa perawakan Jimin sekarang. Mungkin efek rindu jadi membuat pikirannya ngelantur tidak jelas.
 
 
Ah,

Musim semi lagi

Terhitung sudah musim semi ke-sepuluh sejak Jimin meninggalkan gerbang kayu rumahnya. Melangkah menuju dunia luas yang tidak ia tahu di luar sana. Menuju impian yang telah menjadi angan untuk diraih. Terbang tanpa batas dengan tarian eloknya ke seluruh penjuru dunia.

Yoongi tidak mau mengharapkan Jimin cepat kembali. Karena semakin sering ia berharap, semakin terasa lama waktu yang ia lewati untuk menunggu kepulangannya. Maka yang ia lakukan hanya menunggu, menunggu, dan menunggu. Dengan menikmati kenangan-kenangan yang sudah mereka lalui bersama dulu. Menyimpannya sebagai kenangan indah yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.

Tiba-tiba Yoongi mendengar rintik hujan, hujan gerimis selalu datang di musim semi. Menghantarkan aroma lembab tanah yang khas di penciuman.

Yoongi berjalan menuju serambi belakang rumahnya, dimana ia melihat tanah lapang ditumbuhi rumput hijau muda yang segar. Tangannya terulur, berusaha menggapai tetesan hujan dari tempatnya berdiri.

Ah, ia jadi ingat saat ia dan Jimin berlarian di tanah lapang itu saat hujan. Berlari, bercanda, dan tertawa bersama. Dimana ia bisa mendengar tawa Jimin yang nyaring dan ringan. Persis kicau burung di waktu pagi musim semi.

Jimin selalu mengingatkannya pada musim semi, dan musim semi selalu membuatnya teringat akan sosok Jimin.

Sebuah tangan ikut terjulur di samping tangan kirinya, yang masih setia menengadah tetesan hujan. Tangan kanan yang begitu bersinar dan kuat. Membuatnya menoleh, mencari tahu tangan milik siapa.

Pertama yang ia lihat adalah rahang tegas, mata sipit, hidung bangir yang bengkok ditengah, dan bibir penuh seperti buah peach yang dipadukan dengan rambut sehitam jelaga dan kulit bersinar. Sosok itu tersenyum sambil menengadah keatas, memandang rintikan hujan yang teduh.

Beautiful Dancer ㅡMy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang