Hai.
Selamat datang di cerita keduaku dan selamat membaca. Jangan lupa vote dan comment yaa!
Happy reading...
"Kau lama sekali." ucap Reno melirik seorang pria berkacamata yang baru saja masuk ke privat room yang telah disewanya itu. Pria berkacamata itu hanya mengangkat bahu acuh lalu mendaratkan pantatnya di kursi di sebelah Reno.
"So, ada apa gerangan seorang Reno mengajakku bertemu di sini? Bukan gayamu sama sekali."
"Nothing, hanya merasa jenuh saja." ucap Reno datar.
"Yakin? Ahh aku tau, apa tunanganmu berselingkuh lagi?" tanya pria berkacamata itu sambil terkekeh pelan.
"Kalau tunanganku berselingkuh, lalu kau apa? Menyelingkuhi tunangan sahabatmu?"
Mendengar hal itu, Rafan menyeringai lebar. "Oke. Oke. Aku ketahuan rupanya."
Reno mencibir pelan. "Kebiasaan teman makan teman memang tak pernah bisa dihilangkan dari dirimu."
"Hei, ayolah. Kau sendiri yang memberiku lampu hijau—"
"Ya terserah apa katamu," Reno langsung menyela ucapan Rafan dan langsung meneguk minuman di tangannya.
Belum puas Reno menikmati minumnya, Rafan kembali membuka suara, "jadi kau akan bertahan dengan yang satu itu No?"
Reno menatap Rafan sekilas lalu mengedikkan bahu santai. "Tergantung."
"Baiklah. Perlu kau ingat, Rara bukanlah wanita sembarangan. Kau perlu tahu siapa yang kau ajak bermain."
"Kau berlebihan."
"Kau terlalu datar."
Reno terenyak, mengabaikan perkataan temannya lalu mulai menyantap satu persatu hidangan yang ada di depannya.
"No."
"hm." Reno bergumam tanpa minat.
"Noo," ulang Rafan kali ini dengan nada yang lebih menuntut.
"hmmm."
Rafan memutar bola matanya malas. Dirinya sudah terbiasa dicueki oleh sahabatnya itu. Namun Reno tetap cuek dan melanjutkan menyantap makanan yang ada di depannya. 'yah, khas seorang Reno' pikir Rafan.
Merasa bahwa lawan bicaranya terdiam, membuat Reno mengangkat kepalanya perlahan dan mengernyit mendapati lelaki di depannya sedang menatapnya kesal. Reno mengangkat satu alisnya, sebagai bentuk tanya.
Rafan berdecak pelan kemudian menegakkan punggungnya dan menatap Reno dengan mimik serius. "Aku serius sekarang. Kau benar-benar akan melanjutkan pertunanganmu itu?"
"Kenapa?"
"Kau yakin akan menikahi perempuan gila itu?"
Reno mengambil napas panjang lalu menghembuskannya secara berlebihan. "Sudahlah, jangan bahas itu lagi," ucapnya dengan nada malas. "Kau tahu bagaimana aku. Jadi jangan bahas ini lagi, aku benar-benar muak."
Reno mengerutkan kening lalu menggosok ujung hidungnya dengan keras, kenapa semua orang terus menerus membuatnya kesal seharian ini? Tadi pagi, ia sudah bermasalah dengan salah satu klien perusahaan hanya karena masalah sepele, kemudian kedatangan calon ibu mertuanya secara tiba-tiba di kantornya yang membuat hampir seluruh jadwal meetingnya terganggu dan akhirnya harus lembur di kantor sampai selarut ini.
Reno semakin kesal begitu mengingat kerusuhan yang telah dibuat oleh calon ibu mertuanya itu tadi. Bagaimana tidak, wanita tua gila popularitas itu memberinya seikat bunga mawar merah besar lalu memaksanya pergi ke studio pemotretan Rara dengan bunga di tangan, dimana ternyata studio telah dipenuhi oleh puluhan wartawan yang siap mengabadikan setiap momen seolah-olah Reno adalah sosok tunangan yang begitu perhatian. Tidak heran jika potret dirinya yang membawa bunga mawar merah besar akan muncul sebagai cover berita besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Script of Love
RomanceLeonina, penulis novel freelance yang sedang hangat-hangatnya di gemari para remaja pecinta romance. Di awal kesuksesannya sebagai novelis muda, ia harus merasakan sakitnya putus cinta. Ketakutan, keraguan, dan semua hal-hal buruk tentang ikatan suc...