Perbincangan

346 23 3
                                    

Hari ini aku di panggil untuk datang ke kantor polisi, aku bingung mengapa mereka memanggilku untuk datang kesana?

Mereka menanyakan banyak hal kepadaku tentang si psikopat itu yang telah aku ketahui, mereka bertaya seperti itu karena mereka mendapatkan laporan bahwa aku telah membuat cerita tentang si psikopat itu.

Sial, hanya karena aku menulis tentang dia malah aku di panggil kesana. Mereka terus mengintrogasiku, aku paling tidak suka di introgasi, lagi pula mereka terlalu bodoh karena menanyakan tentang psikopat itu kepadaku sebagai seorang penulis.

"Mengapa anda membuat novel tentang manusia iblis itu?" tanya salah satu polisi.

"Karena menurut saya itu menarik," jawabku dengan asal ucap.

"Beritahu kepada kami, apa saja yang kamu tahu tentang psikopat itu?" tanya salah satu dari mereka yang terus mendesakku.

"Aku hanya tau dia suka membunuh, itu saja," jawabku dengan santai.

"Saudara David, anda bisa kami tangkap jika tidak ingin mengatakan yang sebenarnya,"

"Tangkap saja, rakyat biasa selalu di tajamkan oleh hukum, sedangkan orang konglomerat hukuman mereka malah ditumpulkan,"

Mereka diam, aku di perbolehkan keluar ruangan oleh mereka. Aku sangat kesal sekali karena tiba-tiba mereka menyangkut pautkan diriku dengan psikopat itu, aku dan dia sama sekali tidak ada hubungnnya, aku menulisnya karena aku menyukainya.

Mereka telah merusak harga diriku, mereka memang polisi yang tidak bisa di andalkan, seharusnya mereka itu di pecat.

Aku langsung pergi menuju kafe untuk menenangkan rasa kekesalanku, aku memesan kopi kesukaanku, aku melihat Charline duduk sendirian disana, sangat kebetulan sekali aku bertemunya, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali saat kuliah, dia terlihat lebih cantik daripada saat di tempat kuliah.

Mataku terus menatapnya, dia menjadi sorotan dan membuat mataku tidak berhenti untuk terus memperhatikannya, tanpa ku sadari ternyata dia juga menyadari bahwa aku terus saja memperhatikannya, dia pun tersenyum kepadaku dan membuatku menjadi gugup. Charline berpindah tempat duduk dan kini dia berada di depanku, aku langsung menunduk dan berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa gugupku ini.

"Apa aku boleh duduk bersamamu?" tanya Charline dengan lembut.

Getaran hebat yang terasa di dalam hatiku, aku hanya mengangguk pertanyaan Charline, oh tidak mengapa aku menjadi seperti ini? Aku mulai salah tingkah saat Charline mengambil tempat duduk di depanku, aku merasa seperti orang yang sangat konyol saat berada di depannya.

"Kamu... seorang penulis ya?" tanya Charline membuka pembicaraan.

"Ya, aku seorang penulis," jawabku dengan singkat.

"Aku sangat menyukai karya buatanmu, ide-idemu sangat menarik, aku kagum denganmu," puji Charline tersenyum manis kepadaku.

Kami mengobrol tentang banyak hal, ini adalah kali pertamanya aku bisa berbincang dengannya, dia sangat cantik dan juga manis. Mataku terus mengedarkan pandangannya ke tubuhnya, tubuhnya memang sangat ideal, dan seksi seperti gitar spanyol, wajar saja jika banyak yang menyukainya, namun aku heran, mengapa dia menyukaiku? Aku bukanlah pria yang perfect seperti pria yang lainnya.

Berjam-jam aku menghabiskan waktu mengobrol dengannya, sudah pukul 20:00 dan aku memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan ini, sebenarnya aku sangat merasa kesal karena waktu berputar begitu cepat dan membuat obrolan pertamaku dengannya, terlihat dari tatapannya bahwa dia memang menyukaiku, kalian jangan berpikir bahwa aku kepedean, tapi itulah yang terjadi sebenarnya. Sejak tadi, dia terus yang berbicara, kalian pasti tau bahwa wanita memang banyak omong dan itulah sebenarnya membuatku malas bergaul dengan perempuan, tapi karena dia cantik ya jadi aku tetap meneruskan obrolan itu.

Aku mengendarai motorku dengan kecepatan penuh, Charline sudah pulang lebih dulu, dia pulang dengan mobilnya. Saat aku sampai di Rumah, papa sedang duduk diteras Rumah, aku langsung masuk kedalam Rumah tanpa melirik kepada pria brengsek itu. Hubunganku dengan papa memang sangat tidak harmonis, aku tidak menyukainya, dan aku sangat membencinya, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapnya sebagai orang tuaku. Aku langsung masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamarku. Aku membanting tubuhku di atas kasur, tubuh ini terasa sangat lelah dan pikiranku juga sudah mulai kacau.

"Lagi?" tanya Arnold yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Apa?" tanyaku kembali kepadanya.

"Lo kemana? Terus ngapain lagi?" tanya dia sambil duduk di dekatku.

"Bukan urusan lo," jawabku dengan ketus.

Arnold menghembuskan napasnya dengan keras, dia langsung pergi keluar dari kamarku.

"Ngapain sih tuh orang main masuk kesini aja," gerutuku kesal.

Beberapa saat kemudian, aku langsung mengambil laptopku dan mulai melakukan aktivitas yang biasa aku lakukan.

Arnold merupakan saudaraku, dia orang yang pendiam namun dia juga orang yang sangat peduli denganku, dia tidak satu tempat kuliah denganku, dan fakultas jurusannya pun berbeda denganku.

Aku mulai kehabisan ide karena berita tentang psikopat hari ini tidak muncul lagi, terpaksa aku harus membuat naskahku yang lainnya walaupun sebenarnya aku hanya ingin menulis cerita tentang psikopat itu.

_________________________________________

PENASARAN DENGAN KELANJUTANNYA?

YUK BACA STORY " PSYCOPATH BOOK" JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALKAN JEJAK DI READING LIST.

OH YA, JIKA ADA YANG PERLU DI KOMEN, SILAHKAN YA KARENA ITU SANGAT BERGUNA UNTUK SAYA.

NB : STORY INI HANYA DI BUAT OLEH @SYFTRI2001, SELAIN @SYFTRI2001 ADALAH PLAGIAT!

SALAM,

DESI SYAFITRI

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psycopath BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang