BILAMANA KITA BERTEMU KEMBALI,
DISAAT ITULAH AKU DAN KAMU TAK AKAN TERJADI LAGI
————————————Funi bertanya pada Ayana setelah ia tenang, tidak menangis lagi, dan tidak sesak lagi. Ayana hanya mampu berkata bahwa ia tidak ingin bertemu lagi dengan Linggar setelah kurang lebih satu setengah tahun berpisah. Ayana juga bilang, bahwa ia tidak mampu untuk mencintai Linggar sampai kapanpun, karena latar belakang yang berbeda juga orang tua Linggar yang tidak setuju.
Ayana menceritakan semuanya pada Funi. Bagaimana ia bisa kenal Linggar, bagaimana rasanya dicintai oleh Linggar, dan bagaimana rasanya ditinggalkan oleh Linggar. Sampai-sampai Funi tidak jadi bertemu dengan Rehan karena ingin berada disisi Ayana dan mendengar semua cerita yang memang sudah lama ingin ia dengar dari sahabatnya itu.
Untung saja, saat Ayana menarik tangan funi dan cepat-cepat untuk sampai ke kelas, Linggar tidak mengejar mereka. Kalau iya, pasti Linggar sudah melihat Ayana menangis karenanya. Mungkin, saat itu juga Linggar tahu bahwa mantan kekasih nya itu sangat terpukul setelah ia tinggalkan.
BEL PULANGGGG
'Aya, jadi nonton kan? Tadi belum dijawab' tanya Zaenal yang mau mencuri hati Ayana tapi belum dapet-dapet.
'Gue seriusan gak bisa Nal, asli deh' jawab Ayana sedikit bergumam. Entah sudah berapa kali ia menolak Zaenal selama 2 bulan terakhir.
'Yah yaudah deh, gak maksa nonton lagi. Tapi gimana kalo dianter pulang? irit ongkos kan? boleh dong. Masa gue ditolak terus sih' kali ini rasanya Zaenal sedikit meminta belas kasihan.
'Tapi gue bisa balik sendiri kok Nal, lagipula ini jadwal lo nongkrong sama temen temen lo. sana gih' perintah Ayana yang tetap saja dihiraukan Zaenal, karena sepertinya kali ini dia tidak mau gagal. Ibarat udah 199x mencoba dan yang ke-200 ini tidak mau gagal tentunya. Mari kita lihat.
DI KORIDOR MENUJU GERBANG SEKOLAH
Ayana dan Funi berjalan di koridor, masih diikuti Zaenal tentunya. Sudah ditolak, tapi tetap maksa. Padahal udah janji gak maksa lagi, duh.
——
'Zee' tetiba, laki laki dengan suara berat memanggil nama tersebut.Ayana, Funi, dan juga Zaenal.
Menoleh ke belakang, melihat sosok Linggar dengan rambut yang setia menggunakan pomade, tinggi sekitar 180 cm, sepatu converse hitam yang pas di kaki nya, tas hitam yang hanya digantungkan ke 1 sisi tangannya, juga jaket yang ia tenteng di tangan sebelahnya. Terlihat keren!'Zee? Emang ada yang namanya zee disini?' tanya Zaenal bingung. Tapi langsung ia lanjutkan dengan 'Tunggu. Zeeaya? Ayana maksut lo?'
Tampaknya Zaenal tidak suka. Ayana pun merasa begitu. Tidak dengan Funi yang biasa-biasa saja.
'Sorry, gue ada urusan sama Zee' pungkas Linggar singkat, jelas, dan membuat Zaenal marah.
'Lo siapa sih? Sok akrab banget manggil zee. Setau gua, Aya gak mau dipanggil Zee. Iya kan aya?' tegas Zaenal dan mulai berjalan mendekat ke arah Linggar.
Ayana membeku. Tidak ingin berkata apa-apa, tetapi harus mengatakan sesuatu agar tidak mengundang tanya lebih banyak dari mulut Zaenal yang lumayan kepo.
'Zee, Linggar mau ngomong. Bentar ya kita ngomong di taman' Linggar menghiraukan perkataan Zaenal dan mengalihkan perhatiaannya lagi pada Ayana. Tapi Ayana hanya dengan keadaan yang Hening.
Tetiba....
'Nal, kita jadi nonton kan? Justice League bagus deh kayaknya. Yuk! Buruan cepet!!!!' Ayana langsung menghadapkan badannya 45 derajat yaitu setara dengan posisi Zaenal yang memang berdiri di sebelah Ayana sedari tadi, sambil menepuk bahu Zaenal.
'HAH??? KITA JADI NIH YA?' puji dan syukur terhadap Tuhan YME. Zaenal sangat antusias karena akhirnya Ayana mau diajak nonton. Sekadar itu saja sudah membuat Zaenal senang.
'Iyaaa Nal, emang siapa yang bilang gak jadi sih?!' jawab Ayana sembari membuat mimik muka sedemikian rupa bahagianya. Funi yang menonton, hanya bingung dan tidak mengucapkan 1 patah kata sedari tadi. Tapi ia sudah di jemput pangerannya, Rehan. Sekarang, tinggal Zaenal, Ayana, dan Linggar.
'Yaudah lo tunggu sini, gue mau ambil motor dulu ok?' Zaenal yang sangat semangat, berlarian menuju parkiran motor sambil berkata 'YES!' dengan gaya loncatnya. Sebuah selebrasi ketika usaha tidak mengkhianati hasil versi Zaenal Walter.
Ayana menunggu dalam diam.
Begitu pun Linggar. Apa?
Mereka berdua dengan jarak yang tidak jauh lagi seperti jarak Indonesia-Belanda?
Kenapa Aya nggak ikut Zaenal ke parkir motor?
Ah tidak penting,
Tapi sepertinya, Linggar ingin berbicara.
Dan benar saja.'Zee..' dari keheningan, Linggar pun berbicara.
'Gue gasuka dipanggil zee, Linggar' Ayana menegaskan bicaranya.
'Kenapa Zee? Linggar cuma mau minta maaf' Linggar menjawab seraya mendekatkan tubuhnya 1 langkah menuju Ayana.
'Plis gar, panggil Ayana. Bukan Zee' pinta Ayana dengan serius. 'Lagipula lo panggil gue Ayana bukan pas pertama ketemu di toilet? udahlah terusin aja panggil Ayana. Gausah Zee' tambahnya seraya bernada tinggi.
'Kok kamu berubah? Kamu benci sama aku?yaudah, Ayana. Linggar mau minta maaf. Linggar balik ke sini cuma buat kamu' Linggar dengan gaya kerennya tapi masih sangat lembut dengan wanita. Alasan Ayana susah untuk melupakan Linggar. Sampai detik ini.
'Gue udah maafin lo. Sekarang, gue masih belom mau ketemu lo gar. Kita udah selesai' Entah mengapa, rasanya jahat sekali Ayana disini.
'Kalo gitu, Linggar bakal panggil Zee seterusnya' dengan nada sedikit kesal. 'Nggak peduli, kamu mau marah atau apapun. Zee bakal tetap Zee untuk Linggar' terus Linggar.
Ayana terpaku. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang, seperti terkena sihir Linggar. Mungkin SMP adalah cinta monyet bagi yang lain, tapi tidak bagi Ayana dan Linggar. Kelas 9 lebih tepatnya.
'LINGGAR! Aku benci sama kamu. Kenapa kamu dateng lagi?' teriak Ayana dalam hatinya, yang sebenarnya ingin ia lontarkan.
Ayana sudah melihat Zaenal dengan motornya dari jauh. Ayana pun bersiap dan melangkah menjauh dari Linggar. Membelakangi Linggar dan berjalan ke depan, langkah demi langkah dengan bertempo pelan.
'ZEE!'
..... tidak ada respon dari Ayana. Tetapi, Ayana menghentikan langkahnya.'Linggar sayang sama Zee' suatu pernyataan singkat menusuk hati Ayana untuk kesekian kali.
Ayana sudah terpaku berapa kali hari ini?pilu,
bisakah jangan beradu dengan hati kecil ku?sendu,
rintik peluru menembus jantungku,
bertanya apakah bisa aku menungguaku terjerat hasrat lama yang mengganggu
tipu muslihat yang buat aku rancu
ketika harus melihat pujaan lama ku
menginginkan kisah lalu menjadi baru
menjadikan niat melupakan berujung rindu
dan itulah,
titik lemah ku.
-ayanavomment, dan saran ditunggu!
terimakasih(:

KAMU SEDANG MEMBACA
rumah yang patah, dan kamu
ChickLit"rumah yang patah, dan kamu" -terpaut asa dan waktu yang membelenggu percaya bahwa bahagia akan menunggu walau kesedihan tak akan pernah berhenti yang patah akan tumbuh, dan yang hilang pun akan berganti. semoga memikat hati para kamu yang membaca...