TALK

208 19 7
                                    

Oke ini bakalan terlalu menye-menye, lebay dan drama banget. Tapi gue bingung milih adegannya yang kek gimana lagi? So, kalo enggak tahan jangan lanjutin, oke?

Happy reading

Corbyn bersiul memasuki rumah Jack, tidak dia sadari kalau ada ayah Jack yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Ayah Jack berdehem. Seolah adegan slow motion disinetron alay Indonesia. Corbyn menoleh, sumpah, wajahnya sudah seperti orang tahan berak sembilan bulan. Em, bukan, sembilan bulan itu masa ibu mengandung. Lupakan.

Dia nyengir tanpa merasa bersalah, detik berikutnya ayah Jack berdiri dari duduknya.

"Paman, tadi ada kucing didepan." Jelasnya dengan kepanikan terdahsyat.

"Itu, kau bawa apa?"

"Obat Jack, dia baru saja..."

"Yang ada dikotak."

Dasar. Rutuknya dalam hati. Anak dan ayah sama saja kalau ada makanan.

"Ini kue, mister. Dari teman Corbyn tadi dijalan tidak sengaja bertemu." Jelas Corbyn menutupi kekesalannya.

"Ayo berangkat sekarang," itu ibu Jack. Sudah rapi dan bersiap untuk pergi, lantas bagaimana dengan anak lelaki mereka?

"Eh, Corbyn. Kami titip Jack, ya. Kami minta tolong, please." Kata ibu Jack.

"Oh, tentu. Kalian pergi tak apa, kami masih disini menemani Jack." Kata Corbyn dibuat sesantai mungkin.

Setelah kepergian orang tua Jack, rasanya Corbyn lega karena kue pemberian Christina masih aman dalam genggamannya. Tapi tidak bisa dipastikan kalau akan habis diserbu anak-anak.

Corbyn memasuki kamar Jack yang tertutup itu, semua orang menatap kearahnya.

"Lama sekali," gerutu Jack.

Corbyn mendengus.

"Sudah dibelikan, tidak tahu diri." Corbyn mencibir.

"Thank's. Apa itu, btw?" Jack menerima sekantong plastik dari Corbyn sambil melirik plastik lain yang dibawa Corbyn.

"Oh, ini dari Christina." Jawab Corbyn seadanya.

"Pantas saja lama," gerutu Jack kemudian.

"Kau bertemu dengannya?" Jonah ingin tahu.

Corbyn mengangguk.

Daniel memainkan game sama seperti tadi pagi di sekolah, Jonah masih menatapnya. Sementara Zach entahlah, anak itu sudah duduk didipan Jack dan sok-sok an merawat Jack.

"Diamlah, Jack!" Sentak Zach membuat ketiga orang lainnya terkejut dan menoleh kearahnya.

"Kau terlalu kasar, kakiku sakit, buddy." Jack tidak kalah kesal.

"Iya, diamlah. Jangan berlebihan, deh."

"Ssh, pelan-pelan Zach." Jack masih menjauhkan kakinya dari Zach. Tidak ingin Zach menyentuhnya hanya untuk memberikan obat oles.

Corbyn dan Jonah saling menatap, seolah berkata lihat-kelakuan-anak-kecil-itu sementara Daniel baru sadar jika permainnya kalah lagi, sontak mengumpat keras-keras. "Damn, kotoran kuda. Game over, dasar kerang busuk."

Giliran keempat lainnya menoleh kearahnya dan menatapnya horor.

"Sialan, kenapa kalian menatapku?" Daniel baru sadar jika teman-temannya menatapnya.

"Bicaramu, Dan." Corbyn melempar bantal kearah Daniel. Meskipun dia juga sering mengumpat, tapi dia tidak suka jika mendengar Daniel mengumpat keras-keras seperti tadi.

Daniel meringis merasa tidak enak.

Plak!

"Biar Corbyn saja yang membantuku, tanganmu tidak bisa halus." Kata Jack setelah memukul tangan Zach untuk menjauh. Oke, Corbyn seperti malaikat hari ini.

***

Corbyn menarik napas dalam-dalam, ia menatap pantulan dirinya di cermin.

"Ternyata kalau dilihat aku itu tampan, ya? Baru sadar, kemana saja, sih?" Gumamnya sambil merapikan rambutnya.

"Oke, barangkat sekarang atau tidak katakan."

Setelahnya Corbyn keluar kamar dan meraih kunci mobil, dengan kecepatan sedang, Corbyn mengendarai mobilnya menembus kota.

Lima belas menit dia sampai di depan rumah Christina, dilihatnya gadis itu sudah rapi dan berdiri didepan pagar. Tidak butuh waktu lama, Corbyn segera menyuruh Christina masuk. Hari ini gadis itu mengenakan dress biru elektrik selutut yang tidak berlengan. Rambutnya lurus dibiarkan tergerai.

Tadi sore dia mendapat pesan dari Corbyn untuk segera bersiap karena Corbyn ingin mengajaknya pergi.

Corbyn menghentikan mobilnya disebuah taman, malam-malam begini mengajak anak orang keluar? Dia tahu ini akan berisiko, tapi biarlah kalau ini yang membuatnya percaya diri untuk membicarakan hal penting agar Christina tahu. Corbyn keluar dari mobil dan diikuti Christina. Gadis itu terkekeh menyadari Corbyn yang menggaruk kepalanya.

"Ada apa?" Tanya Christina yang melihat tingkah Corbyn.

"Nothing." Selanjutnya Corbyn mengajak Christina berkeliling taman. Lumayan ramai malam ini.

"Chris," panggil Corbyn.

"Hem?" Christina menggumam.

"Look, yah sebenarnya mau minta maaf masalah beberapa hari yang lalu. Itu kebetulan, the woman is my friend at school, Kami berlima sudah dekat dengannya. Aku tidak berniat untuk memberimu harapan, or lying, Chris..."

"It's okay, I'm wrong too, I do not want to hear you talk and explain it.I am selfish, right?"

"Ekhem, jadi, aku mau meluruskan semuanya. And I think it's my chance to say it."

Corbyn terkekeh dalam hati, merasa malu juga merasa senang. Akhirnya dia mengatakannya.

"Chris, I love you. Would you like to be my lover? I know this too ..."

"I want to, I want to be your friend." Kata Christina memotong ucapan Corbyn. "A special girl friend of course." Lanjutnya dengan wajah blushing.

End

I know, ini terlalu cepet. Tapi kapasitas cerita cuma sampai disini saja. Sebelum aku mau kasih extra part, aku bakalan tanya. Kalian lebih suka kalau cerita diatas dialognya dibuat bahasa baku atau pakai lo-gue?

TALK | WDW Part 1 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang