Namaku Shalloom Mahesa. Biasa dipanggil Chaa sejak kecil. Terlahir sebagai keluarga Mahesa membuatku menjadi orang yang beruntung. Ayahku bernama Atta Mahesa, seorang Dosen di Universitas Negeri. Ibuku bernama Tia ladjuba Mahesa, bekerja di toko roti sendiri dengan segala kreasi untuk rotinya. Aku punya adik perempuan, namanya Airin Mahesa, seorang pelajar kelas 4 SD.
Adik perempuanku itu berbanding terbalik denganku, dia pecicilan, bandel, tidak takut dengan siapapun kecuali entahlah, mengenal dan berteman dengan orang yang tidak pernah bertemu dengannya, sangat aktif, tidak ada tampilan cewek sedikitpun alias "tomboy". Sedangkan aku, memilih menyikapi orang-orang baru acuh, ketus, dingin dan cenderung tidak peduli terhadap orang-orang tertentu apalagi terhadap teman-teman cewek.
Aku suka duniaku yang seperti ini, bukan yang dulu. Duniaku yang dulu sudah mati sejak aku kelas sepuluh SMA semester akhir. Dulu, dengan mudahnya aku bergaul dengan banyak orang dan bebas bercerita tentang duniaku dan hubungan asmaraku bersama kekasihku.
Tapi, setelah aku putus dengan kekasihku sejak enam tahun lalu, dengan begitu teganya temanku sendiri menjalin kasih dengan mantan kekasihku itu. Duniaku seakan runtuh, hatiku dan semua kepercayaanku terhadap teman bagai di pukul dengan pukulan berdentum yang sangat kencang hingga hancur lebur. Bagaimana bisa sosok teman yang aku percaya untuk mendengar kisah asmaraku bersama dia dengan tega menjalin kasih dengan mantan kekasih temannya sendiri? Kututup rapat rasa percayaku pada semua orang yang mengaku temanku.
Aku menganggap mereka hanya memakai paras "teman" saja untuk mengelabuiku. Sejak saat itu, aku tak pernah mempercayai satupun di antara mereka yang mengaku sebagai teman. Aku hanya ingin menjadikan mereka orang-orang baru dan selalu menjadi orang baru dalam hidupku. Kecuali sahabat-sahabatku yang selalu menjadi kepercayaanku.
Aku berubah sejak saat itu, aku tidak ingin lagi dekat dengan teman manapun. Aku bahkan tidak mau merasakan cinta lagi, kutolak semua pernyataan cinta mereka dengan emosi yang meluap-luap. Pengkhianatan itu masih berbekas jauh di dalam lubuk hatiku.
Bagaimana bisa saat aku dan dia baru putus kemudian dengan mudahnya dia jadian dengan temanku sendiri saat esok harinya? Bukankah ini pengkhianatan yang sudah jauh-jauh hari di rencanakan? Tidak bisa terhapuskan pengkhianatan yang mereka lakukan terhadapku. Sudah cukup!
Aku mahasiswa semester akhir jurusan tata boga, di salah satu universitas daerahku. Di kelas pun aku hanya punya satu teman yang aku percaya, namanya Tania, dia sudah menemaniku saat pertama kali masuk kuliah dan sampai sekarang ini, aku sedang ada praktek lapangan untuk persiapan sidang skripsi 3 bulan yang akan datang itupun dia selalu membantu.
Aku selalu pulang menjelang adzan maghrib dari kampus, karna suka berlama-lama menikmati indahnya senja di tepi kolam air mancur. Sudah 3 tahun terakhir aku suka menyendiri dan menemukan ketenangan di tepi kolam air mancur dekat kampusku.
Rutinitasku sehabis pulang ngampus adalah bebenah diri, sholat maghrib, dan menuju pantry Ibu. Membuat aneka roti dan kue adalah hobiku sejak kecil. Tak heran jika aku mengambil jurusan tata boga di kampus.Slarang Lor, 29 juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalloom-Ale
Teen FictionKehidupanku, cintaku, dan segalanya tentang kamu sudah tertinggal jauh 6 tahun yang lalu. Setelahnya, aku adalah orang baru, bukan lagi aku yang lama. Entah kapan aku harus memulainya lagi, entah apa yang harus aku lakukan ketika memulainya. Semuany...