Sore itu, aku menikmati senja di tepian kolam air mancur dekat kampusku. Aku duduk di bangku panjang sendirian, tidak ada yg menemani. Bagiku, menikmati senja sehabis pulang ngampus adalah ritual wajib untukku.
Memang tidak setiap hari ada di tepian kolam ini, tapi pasti aku akan kesini kalau ada jadwal ngampus. Menatap indahnya langit di kala senja dan merenungi apapun yang aku lakukan seharian di tepi kolam kampus ini, membuatku menemukan ketenangan tersendiri.
Entah sejak kapan ada seseorang yang sudah duduk di sampingku ketika aku menengok ke arahnya. Dia berdehem entah untuk apa. Aku memaku, kemudian memikirkan betapa aku terlarut larut menikmati senja sore ini hingga tak sadar sudah ada seseorang yang duduk di sampingku.
Aku hanya melihatnya sekilas, tak minat untuk menyapanya. Mungkin dia salah satu mahasiswa yang kebetulan ingin mampir kesini, pikirku. Dia berdehem lagi, kemudian membuka percakapan.
"Hai," katanya dengan mengulurkan tangan dan masih menatapku.
"Hai juga." kataku datar sambil menerima uluran tangan itu. Hangat. Terasa sangat hangat. Aku melepaskan uluran tangan itu dengan canggung kemudian menatap ke arah air mancur lagi.
Entah kenapa aku suka dengan matanya. Begitu terasa hangat saat kutatap, sama hangatnya seperti saat berjabat tangan dengannya. Ah sudahlah, aku tidak mau memikirkan hal konyol seperti ini lagi.
"Namaku Aldebaran Syach, kamu boleh panggil aku Ale saja. Boleh aku tau namamu?" katanya sambil menatapku.
Aku tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaannya.
"Ohh, tentu. Namaku Shalloom Mahesa, kamu bisa panggil aku Chaa." Aku makin terpana melihat tatapan matanya saat dia menatapku. Belum lagi rahangnya yang tegas itu sangat mengesankan. Cukup tampan menurutku. Ah sudahlah Chaa.
"Salam kenal Chaa. Ngomong-ngomong kamu lagi ngapain di sini sendirian ngelamun lagi, hehehe" tanyanya.
"Salam kenal juga Ale. Menemukan ketenangan tersendiri di sini, hehehe" kekehku.
"Begitu tenangnya sampai tiga kali aku berdehem baru kedengaran yah?" Ale terlihat penasaran sepertinya.
"Maaf ya aku nggak denger tadi, entahlah," aku tersenyum tipis.
" Iyalah nggak denger kamu aja serius banget ngelamunnya, hahaha. "Dia tertawa, aku juga tertawa. "Btw, kamu mahasiswi di sini? Jurusan apa chaa?" Tanyanya.
"Aku jurusan tata boga semester akhir, kamu sendiri?" tanyaku pelan.
"Manajemen bisnis semester akhir juga." Dia menjawab sambil tersenyum. Baru kusadari ternyata dia mempunyai lesung di pipi kiri. Menawan. Pikirku melayang layang hihihi. Handphone ku berdering, pertanda ada panggilan masuk.
Ibuku yang menelepon, menyuruhku pulang untuk membantu di pantry nya. Aku pun segera pamit undur diri pada Ale.
"Mmhh, Ale, aku pulang duluan yaa. Udah di telfon sama Ibu." Kataku pada Ale. "Perlu aku antar ke rumah Chaa?" Tawarnya dengan tulus tapi langsung kutolak dengan menggelengkan kepala.
"Terimakasih Le, tapi aku bawa mobil sendiri. Sampai ketemu lagi ya Le," Kataku sambil tersenyum.
"Ohh ya udah. Sampai ketemu juga Chaa. Hati-hati ya Chaa." Katanya, sambil melambaikan tangan ke arahku dan aku membalas senyum sambil berjalan pulang ke arah parkiran kampus. Kemudian melajukan mobil dan berlalu dari kampus menuju toko roti Ibu.====================================
Halloo!!
Maaf ya update nya lama. Maklum aja ya, aku juga masih pelajar jadi masih disibukkan dengan sekolah:((
Pengennya si kalian kalo baca kasih bintang gitu biar greget hahaha. Ajakin temen-temen buat baca cerita aku yukk!!:)Slarang Lor, 10 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalloom-Ale
Teen FictionKehidupanku, cintaku, dan segalanya tentang kamu sudah tertinggal jauh 6 tahun yang lalu. Setelahnya, aku adalah orang baru, bukan lagi aku yang lama. Entah kapan aku harus memulainya lagi, entah apa yang harus aku lakukan ketika memulainya. Semuany...