Nama gue Aldebaran Syach. Biasa di panggil Ale. Gue suka mendaki gunung, menjelajah hutan belantara bareng temen-temen satu komunitas. Tapi gue nggak suka menjelajahi hati perempuan, entahlah.
Gue mati rasa, terlalu mati rasa buat ngerasain cinta lagi. Tiga tahun yang lalu, gue di campakkan gitu aja sama perempuan yang gue cintai. Di buang aja pas dia bosen, dan di cari lagi pas dia nggak bosen.
Gue masih bertahan kala itu, tapi nggak bisa terus menerus bertahan. Terkadang, yang mengerti akan pergi jika terus di sakiti. Gue terlalu mencintainya hingga lupa bahwa diri gue sendiri perlu di cintai.
Hingga satu hari dimana kesabaran gue udah habis karna dia, gue mutusin buat ninggalin dia dan pergi tanpa kabar. Dia nyari-nyari gue, berusaha ngehubungin gue tapi nggak pernah gue bales. Lelah hati gue, selalu di campakkan, di sia-siain sama dia. Sampe dia ngasih pesan kalo dia nyesel udah campakin gue, dia janji bakal berubah.
Terlanjur, hati gue udah tertutup rapat buat ngasih dia kesempatan. Dia terlalu sibuk sama dunianya, sampe lupa kalo ada gue yang dengan tabah dan sabar bertahan buat dia setelah di campakkan selama dua tahun. Dulu, gue selalu aja ngasih dia kesempatan, tapi dia nggak pernah menganggap kesempatan itu ada. Begitulah nasib gur yang bawa gue pada sosok yang sekarang. Sosok gue yang dingin sama perempuan yang ngedeketin gue dan nolak buat menjalin kasih dengan perempuan manapun.
Tiga tahun gue ngelampiasin semuanya dengan mendaki gunung dan menjelajahi hutan belantara sama temen satu komunitas. Menyibukkan diri dengan kegiatan yang bikin gue berpuas hati. Sempurna sudah ingatan tentangnya terhapus seiring berjalannya waktu.
Walaupun terkadang ingatan tentang kebersamaan yang pernah gue dan dia lakukan terlintas, tapi gue nggak peduli. Kita tidak bisa menghapus kenangan begitu aja. Kenangan itu akan selalu ada, baik itu kenangan buruk maupun menyenangkan.
Ada satu hari dimana gue melupakan sosok gue yang sekarang ini. Ale yang dulu kembali, kembali tertarik pada perempuan. Gue baru sadar, ternyata selalu ada sosok perempuan yang duduk sendirian di tepian kolam air mancur dekat kampus, yang dia lakukan hanya menatap langit senja dan melamun entah memikirkan apa. Gue baru ngeliat akhir-akhir ini, mungkin karena dulu gue acuh terhadap orang yang ada di sini.
Gue penasaran sama dia, membuat gue tertarik untuk mengenal dia lebih dekat. Entah sampai kapan gue bisa nemuin dia, duduk bareng sambil ngobrol ringan sama dia. Sampai saat ini pun gue masih ngumpulin tekad buat ngajakin ngobrol. Entah kenapa gue jadi cowok yang labil kayak gini.
Ketika gue udah ngumpulin tekad buat nemuin dia sore itu, gue lihat dia nggak ada. Gue nyesel kenapa nggak kemarin aja ketemu sama dia. Sampai di rumah juga gue terus mikirin dia. Berdoa sama Allah biar besok dia dateng di kolam air mancur dekat kampus itu.
Berkali-kali gue mencoba memejamkan mata untuk tertidur karna besok ada jadwal praktek lapangan untuk skripsi nanti. Ahh susah sekali buat tidur malam ini, akhirnya, gue membayangkan kalo gue sedang memperhatiin dia yang lagi duduk di tepian kolam air mancur sambil menatap langit senja sampai akhirnya gue tertidur pulas.
Kringgg... Kringgg.... Kringgg...
"Alarm sialan!" Gerutu gue sambil meraba alarm di atas nakas. "Sialan!! Gue belum shalat subuh!" Gue terbirit birit menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian sholat subuh.
Setelah selesai shalat, aku siap-siap untuk jogging keliling kompleks payung ini. Puas berjogging mengelilingi kompleks, akupun pulang ke rumah kemudian latihan fisik lain di halaman rumah.
Melepas lelah, gue berhenti dari latihan, duduk di atas rerumputan sambil minum jus jeruk buatan Bi Inah. Gue teguk sampe tandas, kemudian berlalu untuk mandi.
Selesai sudah kegiatan pagi gue, sekarang gue mulai bersiap untuk berangkat praktek lapangan. Di dalam mobil, gue terus merapalkan doa agar dia sore ini datang di tepi kolam air mancur. Dan bener aja, pas gue selesai praktek lapangan gue ngeliat sosoknya.
Gue mantap menuju tempat dia duduk, menelan semua rasa ke gerogian gue. Gue udah duduk di samping dia, tapi dia tidak menyadari keberadaan gue. Gue berdehem, tapi dia masih melamun juga, nggak ngerasa terusik dengan adanya gue.
Gue perhatiin sosoknya yang cantik, manis, anggun, misterius tentunya. Gue coba sekali lagi berdehem lebih keras, dan dia nengok ke arah gue tapi menatap lagi kearah air mancur. Gue mencoba ngajakin dia mengobrol.
"Hai," Kata gue dengan mengulurkan tangan dan masih menatapnya.
"Hai juga." Katanya sambil tersenyum dan menerima uluran tangan gue. Sangat cantik, manis, gue sangat tertarik. Dia kemudian melepaskan uluran tangan gue, dengan canggung kemudian menatap ke arah air mancur lagi. Gue baru sadar kalau dia memakai kacamata bulat, dan agak kebesaran. Tapi tetep aja cantik.
"Namaku Aldebaran Syach, kamu boleh panggil aku Ale saja. Boleh aku tau namamu?" Kata gue sambil menatapnya. Sipit, matanya sangat sipit dan cekung. Lucu sekali. Dia tersenyum tipis, sangat tipis malah tapi gue bisa ngeliatnya.
" Ohh, tentu. Namaku Shalloom Mahesa, kamu bisa aku panggil Chaa. " Katanya, ada jeda sejenak, entah dia sedang memikirkan apa saat menatap gue.
"Salam kenal Chaa. Ngomong-ngomong kamu lagi ngapain di sini sendirian ngelamun lagi, hehehe" Tanya gue.
"Salam kenal juga Ale. Menemukan ketenangan tersendiri disini, hehehe" Dia terkekeh, manis dengan tampilan gigi kelincinya.
"Begitu tenangnya sampai tiga kali aku berdehem baru kedengaran yah?" Gue mencoba membawa obrolan ringan.
"Maaf ya aku nggak denger tadi, entahlah," Dia menjawab sambil tersenyum tipis.
"Iyalah nggak denger kamu aja serius banget ngelamunnya, hahaha. " Gue ketawa entah karena apa, tapi dia juga ikut ketawa. "Btw, kamu mahasiswi disini? Jurusan apa chaa?" Gue penasaran.
"Aku jurusan tata boga semester akhir, kamu sendiri?"
"Manajemen bisnis semester akhir juga." Gue menjawab sambil tersenyum. Hati gue berdebar kencang saat ini. Entahlah ternyata gue masih bisa merasakan jantung gue berdetak lebih cepet dari biasanya lagi. Telepon nya berdering entah siapa yang menelepon.
"Mmhh, Ale, aku pulang duluan yaa. Udah di telfon sama Ibu. " Perlu aku antar ke rumah Chaa?" Tawar gue, tapi langsung ditolak dengan halus.
"Terimakasih Le, tapi aku bawa mobil sendiri. Sampai ketemu lagi ya Le," Katanya sambil tersenyum.
"Ohh ya udah. Sampai ketemu juga Chaa. Hati-hati ya Chaa." Sambil melambaikan tangan ke arah dia dan dia membalas senyum sambil berjalan pulang ke arah parkiran kampus. Kemudian melajukan mobil dan berlalu dari kampus.
Entahlah gue tercenung ketika dia melajukan mobilnya, gue lupa minta nomor telepon nya. "Ahh sialan!" Gerutu gue. Sudahlah akhirnya gue pulang dan uring uringan sendiri karna lupa minta nomor teleponnya. Menjelang tidur pun gue masih memikirkan senyumnya, tawanya, aduhh gue ini kenapa sih hahaha.====================================
Halloo!! Akhirnya aku bisa update double part wkkk. Kalo menurutku ini partnya tuh agak nyleneh gitu, soalnya aku ubah kata ganti orang pertamanya. Dulu tuh aku pakein "aku" buat kata gantinya Ale. Terus aku mikir, cowok kan lebih cool makek "gue" akhirnya pas cerita itu udah jadi makek "aku" aku ganti lagi jadi "gue". Yang tadinya ada kata formal aku ganti lagi deh jadi yang ga formal. Jadi kalo misalnya kalimatnya aneh mohon dikomen ya teman teman.Slarang Lor, 10 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalloom-Ale
Teen FictionKehidupanku, cintaku, dan segalanya tentang kamu sudah tertinggal jauh 6 tahun yang lalu. Setelahnya, aku adalah orang baru, bukan lagi aku yang lama. Entah kapan aku harus memulainya lagi, entah apa yang harus aku lakukan ketika memulainya. Semuany...